Sentimen
Positif (66%)
9 Okt 2024 : 23.12
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Apple

Kab/Kota: Batang, Mataram, Yogyakarta

Mengenal Kepel, Flora Identitas Yogyakarta yang Buahnya Jadi Kegemaran Putri Keraton Yogyakarta 9 Oktober 2024

9 Okt 2024 : 23.12 Views 8

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Regional

Mengenal Kepel, Flora Identitas Yogyakarta yang Buahnya Jadi Kegemaran Putri Keraton Editor KOMPAS.com - Tidak banyak yang tahu jika pohon kepel adalah tanaman yang identik dengan provinsi DI Yogyakarta. Bagaimana tidak, pohon kepel ternyata telah menjadi flora identitas provinsi DI Yogyakarta yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Kepala DIY No. 385/KPTS/1992 tentang Penetapan Identitas Flora dan Fauna DIY. Nama pohon ini diambil dari bentuk buahnya yang dalam istilah Jawa disebut ‘sekepel’ atau hanya sebesar kepalan tangan. Pohon kepel juga cukup istimewa karena pohon ini menjadi salah satu vegetasi yang tumbuh di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta . Bahkan buah kepel disebut sebagai buah kegemaran putri keraton karena menyimpan berbagai khasiat yang baik untuk kecantikan. Sayangnya saat ini pohon kepel termasuk dalam daftar flora yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Walau pohon ini belum masuk dalam IUCN Red List, namun keistimewaannya justru membuat keberadaanya saat ini sangat sulit ditemui. Konon, salah satu penyebab kelangkaan tanaman kepel adalah karena anggapan masyarakat bahwa kepel adalah pohon keraton yang hanya pantas ditanam di lingkungan istana. Terlepas dari hal tersebut, bagi masyarakat Yogyakarta, pohon kepel tidak hanya menyimpan khasiat namun juga memiliki filosofi yang mendalam. Dikutip dari laman Kementerian Pertanian RI, kepel adalah nama pohon yang memiliki nama ilmiah Stelechocarpus burahol. Di beberapa daerah, pohon kepel juga dikenal dengan nama pohon kecindul, cindul, simpol, burahol, dan turalak. Dalam Bahasa Inggris, tumbuhan langka ini dikenal sebagai kepel apple. Dilansir dari laman Taman Buah Mekarsari, ciri-ciri pohon kepel antara lain memiliki daun tunggal dengan bentuk lonjong meruncing, berukuran panjang antara 12 – 27 cm serta lebar 5 – 9 cm, dan berwarna hijau gelap. Pohon kepel memiliki bunga berkelamin tunggal dengan aroma harum. Bunga jantan terdapat pada batang bagian atas atau cabang yang tua bergerombol antara 8 sampai 16, sedangkan bunga betina hanya terdapat pada batang bagian bawah. Pohon kepel dapat tumbuh hingga 25 m dengan diameter batang mencapai 40 cm. Pada kulit batangnya biasanya akan terdapat benjolan-benjolan yang merupakan bekas tempat bunga dan buah. Hal ini karena salah satu ciri khas pohon kepel adalah bunga dan buah yang muncul di batang pohon, bukan di pucuk ranting atau dahan seperti pohon buah pada umumnya. Buah Kepel yang tumbuh memenuhi batang pohonnya memiliki bentuk bulat lonjong dengan bagian pangkal agak meruncing. Warna buah Kepel coklat agak keabu-abuan, dan ketika sudah tua akan berubah menjadi coklat tua. Apabila dibelah, daging buah kepel yang matang akan berwarna agak kekuningan sampai kecoklatan dan membungkus biji yang berukuran cukup besar. Rasa buah kepel manis seperti perpaduan rasa buah mangga dan pepaya, dengan aroma yang harum. Habitat pohon kepel tersebar di kawasan Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Indonesia hingga Kepulauan Solomon bahkan Australia. Di Indonesia, pohon kepel dapat tumbuh di habitat yang berupa hutan sekunder yang terdapat di dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl. Pohon kepel dianggap istimewa karena buah dan daunnya menyimpan berbagai khasiat yang baik untuk kesehatan. Khasiat pohon kepel sudah lama dikenal bahkan buahnya menjadi favorit para putri keraton. Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan DIY, sejak dulu, buah kepel telah digunakan oleh para putri keraton sebagai penghilang bau badan dan pewangi badan. Selain itu, buah kepel juga dipercaya sebagai salah satu sarana kontrasepsi sebagai sterilisasi wanita (KB). Selain itu, buah kepel dipercaya berkhasiat memperlancar buang air kecil hingga pencegahan inflamasi ginjal. Selain itu, buah kepel juga dikenal sebagai obat herbal untuk membersihkan darah, serta menguatkan liver, paru-paru hingga ginjal. Sementara daun pohon kepel dapat dimanfaatkan untuk mengurangi asam urat dan mampu menurunkan kolesterol. Sementara dikutip dari laman Kemendikbud, dosen Prodi Teknologi Pangan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Prof. Dr. Ir. Ambar Rukmini, M.P juga mengungkap khasiat buah kepel. Menurutnya, buah kepel mengandung banyak serat dan vitamin C yang baik untuk pencernaan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, buah kepel juga rendah kalori. Sementara daunnya banyak mengandung antioksidan serta memiliki anti hiperurisemik, yaitu zat yang dapat menormalkan kadar asam urat. Sebagai pohon yang tumbuh di lingkungan keraton, pohon kepel juga mengandung filosofi yang mendalam. Dikutip dari laman Keraton Yogyakarta, nama pohon kepel atau kepel watu tidak hanya diambil dari bahasa Jawa “kepel” yang artinya kepalan tangan, namun juga diartikan sebagai kempel atau “kumpul” yang berasosiasi dengan persatuan. Sementara di lingkungan Keraton Yogyakarta, pohon kepel melambangkan “manunggaling sedya kaliyan gegayuhan” yang berarti bersatunya niat dengan kerja. Hal ini bermakna bersatunya niat baik dengan kerja keras untuk mencapai cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai. Sehingga pesan yang terkandung pada pohon kepel adalah sebagai pengingat bahwa tanpa usaha dan kerja keras cita-cita tidak akan tercapai. Sebaliknya, jika hanya bekerja keras tanpa diawali dengan niat baik, pekerjaan yang dilakukan tidak akan memiliki arah yang jelas. Saat ini, pohon kepel masih dapat ditemukan di lingkungan Keraton Yogyakarta, tepatnya di Plataran Kemagangan, Plataran Srimanganti, dan Plataran Kamandungan Lor. Sumber:
pustaka.setjen.pertanian.go.id
uptpth.dishut.jatimprov.go.id
lldikti5.kemdikbud.go.id  
budaya.jogjaprov.go.id  
mekarsari.com  
kratonjogja.id   Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (66.6%)