Chicago, Beritastu.com - Harga emas turun pada Jumat (4/10/2024) setelah laporan pekerjaan AS lebih kuat dari perkiraan sehingga dolar menguat. Kondisi ini membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga agresif Federal Reserve (The Fed) pada bulan depan berkurang.

Harga emas di pasar spot turun 0,3% menjadi US$ 2.647,52 per ons, setelah mencapai rekor tertinggi US$ 2.685,42 minggu lalu. Sementara harga emas berjangka AS turun sekitar 0,5% menjadi US$ 2.666,60.

Pertumbuhan lapangan kerja di AS meningkat pada September dan angka pengangguran turun ke 4,1%. Hal ini mengurangi tekanan pada Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan 6-7 November 2024.

“Harga emas anjlok karena kuatnya laporan penggajian. Revisi bulan lalu juga lebih tinggi, yang belum pernah kita lihat selama berbulan-bulan, sementara tingkat pengangguran menurun,” kata trader logam independen yang berbasis di New York, Tai Wong dilansir CNBC International.

Indeks dolar melonjak setelah data pekerjaan diumumkan sehingga emas lebih mahal bagi pembeli luar negeri. Namun, diperkirakan penurunan harga emas akan relatif tak signifikan karena sentimen bullish masih ada.

“Jika geopolitik berperan pada akhir pekan, harga emas dapat dengan mudah naik kembali ke US$ 2.700 dan membuat rekor tertinggi baru,” kata Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures, Phillip Streible.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan negaranya tidak akan mundur setelah serangan Israel di Beirut.

Emas digunakan sebagai investasi aman di tengah ketidakpastian politik dan keuangan.Emas juga tumbuh subur dalam lingkungan suku bunga rendah.

Pada logam lain, harga perak turun 0,8% menjadi US$ 31,8, tetapi mencatat kenaikan mingguan. Platinum naik 0,3% menjadi US$ 993,3 dan paladium naik 0,4% menjadi US$ 1.004.