Sentimen
Positif (100%)
19 Sep 2024 : 14.18
Informasi Tambahan

Institusi: UNAIR, Universitas Airlangga

Kab/Kota: Probolinggo

Tim Riset UNAIR paparkan potret pemberdayaan petani perempuan di Probolinggo 

19 Sep 2024 : 14.18 Views 4

Elshinta.com Elshinta.com Jenis Media: Ekonomi

Sumber foto: Istimewa/elshinta.com. Tim Riset UNAIR paparkan potret pemberdayaan petani perempuan di Probolinggo  Dalam Negeri    Sigit Kurniawan    Rabu, 18 September 2024 - 16:45 WIB

Elshinta.com - Sektor pertanian, yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, menyumbang 11,8% terhadap PDB pada triwulan I 2023 dan menyerap lebih dari 26% tenaga kerja. Meski vital, produktivitas sektor ini masih rendah, terutama di pedesaan, yang berkontribusi pada tingginya angka kemiskinan. Salah satu faktor kunci dalam meningkatkan produktivitas pertanian adalah dengan memberdayakan petani perempuan. Mereka berperan krusial dalam berbagai tahap rantai produksi, mulai dari pengolahan lahan hingga pemasaran hasil panen.

Penelitian terbaru oleh Tim Riset Universitas Airlangga (UNAIR) bersama INKLUSI (Kemitraan Australia-Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif) mengungkap potret pemberdayaan petani perempuan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Diseminasi hasil penelitian ini menjadi pembuka rangkaian acara di beberapa daerah, dengan Probolinggo sebagai lokasi pertama.

Kontribusi Petani Perempuan di Probolinggo

Shochrul Rohmatul Ajija, S.E., M.Ec., salah satu peneliti UNAIR, memaparkan bahwa mayoritas petani perempuan di Probolinggo adalah penggarap lahan sendiri dengan modal usaha rata-rata di bawah Rp 11.000 per meter persegi. “Meski banyak dari mereka sudah memiliki pinjaman usaha tani dan menabung untuk modal musim tanam berikutnya, lebih dari 70% petani perempuan masih mencantumkan ‘mengurus rumah tangga’ sebagai pekerjaan utama di KTP mereka. Hanya 22% yang mencantumkan ‘petani’,” jelas Shochrul.

Selain itu, petani perempuan di Probolinggo bekerja antara 2 hingga 8 jam per hari, dan sering kali tetap bertani meskipun sedang hamil atau menyusui. "Dedikasi mereka luar biasa, dan kontribusi ini perlu mendapat apresiasi," tambah Shochrul.

Namun, mereka menghadapi tantangan seperti rendahnya partisipasi dalam kelompok tani, kesulitan akses terhadap pupuk dan pestisida, serta belum optimalnya penggunaan teknologi seperti smartphone untuk mendukung usaha pertanian mereka.

Potret Pemberdayaan Perempuan

Muhammad Syaikh Rohman, SE., M.Ec., juga mengemukakan bahwa tingkat pemberdayaan petani perempuan di Probolinggo masih rendah. Hanya 19% dari mereka yang dianggap berdaya, terutama dalam hal pengambilan keputusan produktif dan otonomi dalam kegiatan produksi. "Mereka memiliki kendali atas aset dan pendapatan, tapi kurang terlibat dalam pengambilan keputusan penting, seperti pembelian atau penjualan aset," ungkap Rohman.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa banyak petani perempuan enggan bergabung dalam kelompok tani karena merasa terpinggirkan saat digabung dengan petani laki-laki. “Saat berkumpul dengan sesama petani perempuan, banyak usulan yang muncul. Tapi ketika digabung dengan kelompok laki-laki, suara mereka kerap tidak terdengar,” ujar salah satu responden dalam Focus Group Discussion (FGD).

Pendidikan dan Peran Ganda Petani Perempuan

Pendidikan juga menjadi sorotan utama dalam pemberdayaan petani perempuan. Perwakilan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyatakan, banyak perempuan di Probolinggo menikah saat SMP dan tidak melanjutkan pendidikan ke SMA. Ini menghambat peluang mereka untuk berdaya di sektor pertanian. Program Paket C dinilai penting sebagai solusi.

Selain itu, beban ganda sebagai petani dan ibu rumah tangga juga kerap menjadi kendala. "Kadang keluarga tidak mengerti bahwa bertani juga merupakan kontribusi besar terhadap perekonomian keluarga," keluh salah satu petani perempuan.

Apresiasi dan Harapan

Acara diseminasi ini tidak hanya memaparkan hasil penelitian, tetapi juga menjadi ajang tukar pikiran antara peneliti, petani, dan pemerintah. Hasil riset ini diharapkan bisa menjadi dasar kebijakan yang lebih baik untuk mendukung pemberdayaan petani perempuan, khususnya di Kabupaten Probolinggo.

“Semoga penelitian ini, ditambah dengan masukan dan rekomendasi yang kami terima hari ini, bisa berkontribusi pada pembangunan daerah dan meningkatkan kesejahteraan petani perempuan di Indonesia,” tutup perwakilan Tim Riset UNAIR.

Sumber : Elshinta.Com

Sentimen: positif (100%)