Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Bogor, Purwakarta
Tokoh Terkait
Dedi Mulyadi: Kalau Enggak Mau Kebanjiran, Jangan Bangun Vila di Area Resapan Puncak Bogor Regional 14 September 2024
Kompas.com
Jenis Media: Regional
Dedi Mulyadi: Kalau Enggak Mau Kebanjiran, Jangan Bangun Vila di Area Resapan Puncak Bogor Tim Redaksi BOGOR, KOMPAS.com - Bakal calon Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi , bicara permasalahan banjir kiriman dari Bogor yang kerap melanda wilayah Jakarta. Menurut dia, permasalahan banjir tidak terlepas dari banyaknya alih fungsi lahan di kawasan Puncak Bogor . Dedi pun berpesan kepada warga Jakarta supaya tidak membangun vila di atas lahan basah atau areal resapan air. Sebab, hal itu akan menjadi pemicu banjir kiriman lantaran minimnya area serapan air di kawasan tersebut. "Jabar dengan DKI itu kan adalah satu kesatuan, orang DKI mendapat kenyamanan dari Jawa Barat kok. Makanya kalau orang DKI enggak mau kebanjiran, orang DKI-nya juga kalau ke Jabar jangan ngambil areal-areal resapan air untuk bangun vila," kata Dedi, usai acara menyapa warga Bogor di Lapangan Bojong Kiharib, Cigombong, Kabupaten Bogor, Jumat (13/9/2024) tengah malam. Dedi mengatakan, kawasan Puncak dikenal dengan pesona alamnya yang begitu indah. Sehingga, banyak wisatawan dari luar daerah terutama Jakarta rela datang berbondong-bondong hanya untuk menikmati liburan akhir pekan. Bahkan, tak sedikit pula dari mereka memilih menetap dan membangun vila di kawasan berhawa dingin tersebut. Karena itu, perlu adanya penataan secara integral terhadap kawasan Puncak Bogor. Di sisi lain, masyarakat atau pun pedagang juga harus punya kesadaran untuk saling menjaga alam dan lingkungan. "Ya begini, kami paham bahwa Puncak itu adalah areal yang indah. Karena itu areal yang indah maka harus dijaga, diperindah, maka orang berinvestasi di Puncak itu tidak boleh mengganggu konservasi," ucap dia. "Karena tidak boleh mengganggu konservasi, semuanya harus ditata dengan baik, termasuk juga perubahan perilaku, perilaku pedagangnya ke depannya kami dorong agar para pedagang mendapat tempat-tempat yang layak, tapi mau melakukan pengelolaan," sambung dia. Mantan Bupati Purwakarta ini kemudian menceritakan bagaimana pengalamannya dalam mengelola pedagang kaki lima atau PKL. Menurut dia, masyarakat atau pedagang harus punya rasa tanggung jawab dan kepemilikan saat diberi fasilitas. Terutama menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Hal itu bertujuan agar kawasan tersebut tidak tergenang banjir ketika hujan turun. "Saya memiliki pengalaman tentang itu. Puncak harus indah dan Puncak milik rakyat Jawa Barat, milik rakyat Bogor, bukan hanya milik beberapa orang, harus menjadi pusat investasi dan pusat tourism , tetapi warga sekitar juga harus mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk bisa berusaha dengan nyaman dan tenang, dengan mempertimbangkan aspek konservasi, keindahan dan aspek kepuasan pelanggan," ungkap dia. "Nah, ini kan perlu kedua-duanya harus saling memiliki rasa kepemilikan, ketika Pemprov misalnya ke depan memiliki rasa memiliki terhadap tanah, air, udara dan matahari. Masyarakat dengan lingkungannya juga harus begitu," pungkas dia. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (100%)