Sentimen
Negatif (94%)
19 Agu 2024 : 06.38
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung, Surabaya, Lumajang

Cerita Warga Lereng Semeru, Terbiasa Lihat Erupsi dan Pilih Bertahan Surabaya 19 Agustus 2024

19 Agu 2024 : 06.38 Views 2

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Regional

Cerita Warga Lereng Semeru, Terbiasa Lihat Erupsi dan Pilih Bertahan Tim Redaksi LUMAJANG, KOMPAS.com - Tinggal di lereng Gunung Semeru, bagi warga setempat adalah pilihan sulit. Antara sumber penghidupan dan tanah leluhur atau mendekat ke ancaman keselamatan. Gunung Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, diketahui sebagai gunung api aktif yang bisa mengalami erupsi besar kapan saja. Seperti pada 4 Desember 2021 dan 2022. Sedikitnya, ada 128 jiwa meninggal dunia, ribuan rumah, dan fasilitas umum seperti masjid serta jembatan rusak akibat terjangan lahar. Usai peristiwa yang menimbulkan trauma itu, warga toh masih beraktivitas di sekitar lereng Gunung Semeru. Ada yang berkebun, beternak, hingga bekerja di tambang pasir. Kini, tingkat aktivitas vulkanik Gunung Semeru menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), berada pada level II atau waspada. Fenomena letusan asap setinggi 500 sampai 1.500 dari puncak kawah menjadi tontonan setiap hari bagi warga yang tinggal di lereng gunung. Saking biasanya, jarang sekali ada warga yang mengabadikan aktivitas vulkanik Gunung Semeru yang rutin terjadi setiap hari. Bahkan, warga setempat mengaku heran dan khawatir jika aktivitas vulkanik jarang terjadi. "Biasa kalau letusan gini setiap hari, malah kalau gak ada letusan orang-orang bingung gunungnya gak papa ta ini," kata Suyati, akhir pekan lalu. Tidak hanya letusan, suara gemuruh Gunung Semeru juga seakan menjadi musik alami yang kerap menemani waktu tidur warga. Menurut Erik, salah satu warga di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, beberapa hari terakhir, suara letusan memang terdengar lebih keras dari biasanya. Erik yang juga bergerak sebagai relawan Semeru menerangkan, beberapa warga ada juga yang khawatir dan menanyakan pada dirinya terkait kondisi gunung. "Memang suaranya lebih keras, banyak yang tanya itu, ya saya jawab sambil menenangkan tidak ada apa-apa, karena memang dari pos pantau belum ada informasi ada peningkatan dan semacamnya," ungkap Erik.   Tepatnya di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro. Di sana, warga dibuatkan rumah oleh Pemerintah, sudah terisi lengkap dengan perabotan dan siap ditinggali. Meski letaknya tetap berada di lereng, namun lokasinya tidak langsung menghadap bibir kawah yang rawan mengalami guguran material. Namun, di tempat baru, warga dibuat pusing dengan tidak adanya sumber ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Akhirnya, warga banyak yang memilih kembali ke tempat lama. Ada yang kembali menempati rumahnya yang rusak, ada juga yang hanya bekerja dan kembali ke tempat relokasi. Aktivitasnya beragam. Ada yang bertani, berkebun, beternak, hingga bekerja di tambang pasir. Khusus tambang pasir, meski tempatnya masih berada dalam radius yang dilarang beraktivitas oleh PVMBG, namun, para penambang memiliki alasan lain selain ekonomi yakni keselamatan warga sekitar lereng. Aktivitas pertambangan, kata Imam, menjadi salah satu langkah mengantisipasi terjadinya penumpukan pasir yang turun dari gunung. Sebab, apabila tidak dilakukan penambangan, pasir-pasir akan menumpuk di aliran sungai yang di jalur lahar. Akibatnya, saat hujan deras turun sambil membawa material dari puncak gunung, badan sungai tidak mampu menampung dan akhirnya meluber tidak terkendali ke permukiman warga. "Tapi kita pasti diberi tahu terlebih dahulu sama pos pantau, kalau memang ada peningkatan aktivitas pasti langsung dikabari dan kami juga paham dan mau berhenti," terang Imam. "Para penambang di sini juga sudah diedukasi dengan baik jadi begitu ada erupsi kita tahu harus lari kemana," ungkap dia. Sementara, Kepala BPBD Lumajang Patria Dwi Hastiadi mengimbau warga yang beraktivitas di lereng Gunung Semeru untuk tetap waspada. Warga diminta tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, warga juga diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak. Selain itu, kata Patria, dalam radius lima kilometer dari kawah Gunung Api Semeru agar tidak dilakukan aktivitas karena rawan terhadap bahaya lontaran batu. "Kami imbau warga untuk tetap waspada dan perhatikan rekomendasi dari PVMBG, apalagi erupsi yang terjadi terkadang tidak bisa dilihat secara visual seperti pagi tadi," sebut dia. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (94.1%)