Sentimen
Negatif (80%)
18 Agu 2024 : 11.25
Informasi Tambahan

Institusi: UNCEN

Kab/Kota: Senayan, Bogor, Yogyakarta, Jayapura

Kasus: HAM

Tokoh Terkait

Perumpamaan "Politik Septic Tank" dan Janji pada Papua Nasional 18 Agustus 2024

18 Agu 2024 : 11.25 Views 6

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

Perumpamaan "Politik Septic Tank" dan Janji pada Papua Mantan wartawan harian Kompas . Kolumnis  SABTU , jam 10.30 waktu Indonesia barat (WIB) atau 12.30 waktu Indonesia timur (WIT), 17 Agustus 2024, saya mendengarkan rekaman video pidato Ketua DPR Puan Maharani hari Sabtu 16 Agustus 2024, di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, sambil membaca ulang buku berjudul Yth Bapak Presiden - Pesan untuk Indonesia Sejahtera dan Berkeadilan . Buku ini dicetak pertama pada Juni 2014 oleh PT Gramedia. Pada jam itu, telepon gengam saya berdering. Teman lama, seorang wartawan senior yang tahun 2000 bertugas di Istana Kepresidenan, Wolas Krenak, menelepon saya dari Jayapura, Papua. Langsung saya tanya apakah dia sudah mengikuti upacara hari ulang tahun kemerdekaan RI yang diploklamirkan di Jakarta, 17 Agustus 1945? “Upacara penghormatan Sang Merah Putih di Jayapura baru saja selesai,” jawab Wolas. Kemudian dia balas bertanya pada saya, “Apakan Anda ikut perayaan kemerdekaan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur?” Saya jawab, “Tidak, saya ada di kota tempat Republik Indonesia ini diproklamirkan.” Kemudian kami membahas tentang perayaan proklamasi kemerdekaan ke-79 di berbagai tempat di Indonesia hari Sabtu itu, termasuk yang berlangsung di Penajam Paser Utara. Dalam pembicaraan kami, muncul berkali-kali kosa kata “demi Indonesia sentris” perayaan meriah dan “tidak ada kata mahal untuk kemerdekaan” diadakan di Penajam Paser Utara. “Kalau betul-betul Indonesia sentris dan tidak Jawa Sentris, di Papua juga perlu didirikan kantor atau istana presiden semacam di Bali, Cipanas, Yogyakarta dan Bogor. Itu kan juga janji presiden terpilih dalam pemilihan presiden bulan Juli 2014,” ujarnya lagi. Selanjutnya, Wolas Krenak berkisah tentang pengalamannya menjadi moderator pertemuan silaturahmi antara para tokoh masyarakat Papua dengan presiden terpilih dalam pemilihan presiden secara langsung pada Juli 2014, di Wisma Haji Pondok Gede Jakarta Timur, jam 19.00 WIB, Rabu, 13 Agustus 2014. Dalam pertemuan silaturahmi itu, kata Wolas, presiden tepilih ini dilantik, akan berkunjung ke Papua. “Setelah itu beliau berkeinginan membangun rumah peristirahatan negara di tepi Danau Sentani (Papua). Maksudnya membangun rumah negara atau istana negara seperti Istana Cipanas, Istana Yogyakarta, Istana Tapak Siring di Bali dan Istana Presiden di Bogor,“ Wolas Krenak berkisah. “Sampai kini janji itu dan janji-janji lainnya belum terwujud sepenuhnya atau juga yang tidak ditepati... janji tinggal janji... bulan madu hanya dimulut,” katanya sambil ketawa bercanda. Menurut Wolas, para tokoh Papua yang hadir dalam pertemuan itu antara lain Prof Dr Yohana Susan Yembise dari Universitas Cenderawasih (Uncen), Abepura. “Ketika itu saya perkenalkan Ibu Yohana kepada presiden terpilih. Setelah pelantikan presiden Oktober 2014, Ibu Yohana diangkat menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan,” ujar Wolas. Tokoh Papua lainnya yang hadir antara lain August Kafiar (dari PT Freeport Indonesia), Simon Patrik Morin (anggota DPR RI), Anthonius Rahail, dan Frans Ansanay. Menurut Wolas, pertemuan silaturahmi berlangsung lagi dengan Majelis Rakyat Papua (MRP) dan MRP Papua Barat di Balai Kota DKI Jakarta, 14 September 2014, jam 17.00 WIB. “Di sini muncul janji dari presiden terpilih tentang penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Papua, meningkatkan kontrol terhadap penggunaan dana Otsus (otonomi khusus) Papua, memprioritaskan putra-putri orang asli Papua diangkat sebagai CPNS (calon pegawai negeri sipil) dan di bidang lain, termasuk di sekolah kedinasan," papar Wolas. Ketika menyinggung soal janji presiden terpilih kepada Papua ini, saya membuka buku Yth Bapak Presiden - Pesan untuk Indonesia Sejahtera dan Berkeadilan . Dalam buku ini ada beberapa artikel yang ditulis oleh relawan calon presiden yang kemudian terpilih, di antaranya ada yang jadi menteri kabinet, pegawai tidak tetap kantor Sekretariat Negara, pegawai kantor Kepala Staf Presiden dan anggota dewan pertimbangan presiden (Wantimpres). Di dalam buku itu ada artikel berjudul Melayani dengan Hati (halaman 36 sampai 39 ). Sebaiknya saya tidak menyebut nama penulisnya, karena ketika saya hubungi, sang penulis nampaknya lupa tentang tulisannya itu. Dalam artikel yang merupakan pesan untuk presiden terpilih 2014, antara lain dikatakan begini,“... Jika posisi dan jabatan presiden yang dipercayakan Anda sia-siakan hanya untuk memenuhi ambisi dan kepentingan diri, keluarga, dan kelompok di atas kepentingan rakyat, bahkan rakyat malah dibuat sengsara, pasti kutukan dunia akhirat yang akan diperoleh.” “Anda akan dikenang sebagai pengkhianat dan perusak apa yang telah dibangun dengan susah payah oleh pendiri bangsa. Anda akan dianggap sebagai penipu dan penjajah rakyat sendiri,” ujar penulis itu. “Harap Anda ingat, sebenarnya rakyat itu daya ingatnya memang pendek. Tetapi, berkat bantuan teknologi, maka berbagai janji-janji presiden yang pernah disampaikan akan mudah sekali diputar dan ditampilkan ulang melalui televisi untuk memantik ingatan,“ lanjut sang penulis. (Perlu dicatat, sekarang bukan hanya ada televisi, tapi juga ada media sosial, podcast di Youtube, Google dan seterusnya). Sang penulis menekankan kembali tentang “janji” yang pernah diucapkan di depan banyak orang oleh seorang calon presiden. “Oleh karena itu, jangan melupakan janji, karena janji itu utang yang mesti dipenuhi baik didunia maupun akhirat. Dan, jika dilanggar, dokumen televisi akan menampilkan kembali secara otentik,” ujarnya. Dalam percakapan telepon dengan Wolas, kami juga mengenang masa lalu, antara lain tulisan wartawan Istana yang mengulas tentang  septic tank di Istana Kepresidenan pecah sehingga baunya menyebar ke mana-mana. Waktu itu (antara tahun 2004 - 2014), isi tulisan itu sering dibahas para wartawan Istana di masanya. Ketika itu dikatakan oleh seorang wartawan, pecahnya septic tank itu seperti penyebaran gosip-gosip isu politik . “Septic tank bisa mengeluarkan bau tinja kemana-mana, tapi tinjanya sendiri tidak bisa diihat karena tertutup septic tank,” kata sang wartawan. Sebelum pemilihan presiden 2014, tersebar banyak pernyataan tentang periode masa jabatan presiden akan diperpanjang atau seorang presiden diperkenankan untuk ikut lagi pemilihan untuk periode masa jabatan ketiga kali. Banyak orang bicara soal isu perpanjangan masa jabatan presiden itu, tapi menentukan secara pasti siapa penggagas utama dari hal itu tidak bisa ditunjuk secara gamblang. Seperti ada bau busuk tinja dari septic tank, tapi tinjanya terlindung oleh septic tank. Begitu pula tentang adanya “cawe-cawe” dalam pemilihan presiden dan pemilihan legislatif. Baunya menyebar, tapi sumber bau atau tinjanya tertutup septic tank. Inilah politik tinja septic tank. Gerak politik tinja septic tank ini mungkin (sekali lagi mungkin) bisa untuk menjadi perumpaan mengenai mundurnya ketua umum “partai tua” dari kursinya. Banyak dugaan dan analisa menunjuk seseorang sebagai pelaku utama (penggagas utama) dari tragedi politik tersebut, tapi siapa orang itu bisa tertutup oleh semacam septic tank. Mungkin ini bagian dari pepatah baru tentang politik tinja septic tank. Demikian percakapan saya dengan Wolas dan yang ditimpali oleh teman wartawan lainnya hari Sabtu 17 Agustus 2024 itu. Percakapan kampungan ini memang lucu. Bisakah ini membuat tertawa? Tapi jangan marah ya. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (80%)