Sentimen
Negatif (98%)
17 Agu 2024 : 12.31
Informasi Tambahan

Agama: Katolik

Kab/Kota: Semarang

Jejak Uskup Katolik Sembunyikan Pejuang Kemerdekaan Indonesia dari Kejaran Jepang di Semarang Regional 17 Agustus 2024

17 Agu 2024 : 12.31 Views 3

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Regional

Jejak Uskup Katolik Sembunyikan Pejuang Kemerdekaan Indonesia dari Kejaran Jepang di Semarang Tim Redaksi SEMARANG, KOMPAS.com - Mgr Albertus Soegijapranata atau Soegija merupakan Uskup Agung pribumi yang pertama di Indonesia, ditahbiskan pada tahun 1940. Berdasarkan data Universitas Katolik (Unika) Semarang, Soegija berperan besar dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada semasa perang, Soegija kerap menuliskan keprihatinannya terkait peristiwa-peristiwa perang yang terjadi di Indonesia. Melalui tulisan-tulisannya dan gagasannya ketika wawancara dengan media dalam dan asing akhirnya mendapatkan respons yang positif. Selain itu, di tengah tekanan yang dihadapi Indonesia saat itu, Vatikan menjadi entitas politik pertama di Eropa yang mengakui bahwa Indonesia sebagai negara yang merdeka. Tentu hal ini berkat diplomasi yang dilakukan Soegija pada 18 Januari 1947. Hal itulah yang membuat Soegija dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1963. Pemerhati Sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono mengatakan, Gereja Paroki Santo Yosef atau yang sering disebut Gereja Gedangan menjadi saksi bisu Soegija membantu kemerdekaan Indonesia. Selain menjadi gereja Katolik paling tua di Kota Semarang, gereja tersebut juga pernah menjadi tempat persembunyian pejuang. "Banyak pejuang yang bersembunyi di sana lewat pintu belakang," kata Johanes, kepada Kompas.com , Sabtu (17/8/2024). Dia mengatakan, saat perang lima hari di Semarang mulai 15-19 Oktober 1945 banyak pejuang yang kocar-kacir dan melarikan diri dari kejaran tentara Jepang. Salah satu tempat persembunyian para pejuang adalah Gereja Gedangan yang saat itu dipimpin oleh Soegija. "Saat itu, Monsinyur Albertus Soegijapranata memutuskan sikap politik untuk memihak kepada Republik Indonesia," ucap Johanes. Hal itulah yang membuat para pejuang dapat bersembunyi di Gereja Katolik tertua di Kota Semarang itu. Apalagi, saat itu Jepang sudah kalah perang dengan Amerika. "Jepang saat itu sudah kalah perang dan Gereja Katolik punya dukungan dari luar," papar dia. Karena keputusan Soegijapranata tersebut, pasukan Jepang tak berani masuk ke Gereja Gedangan. "Padahal, saat itu pejuang kemerdekaan ada bersembunyi di sana," imbuh dia. Meski demikian, dia tak tahu pasti apa alasan pasukan Jepang tak berani masuk ke Gereja Gedangan. "Ada dugaan pasukan Jepang tak masuk gereja tersebut karena bukan interniran," imbuhnya. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (98.8%)