Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Jayapura
Saat Bahasa Tak Jadi Kendala bagi Para Mama Papua di Pasar Lintas Batas Negara... Regional 17 Agustus 2024
Kompas.com
Jenis Media: Regional
Saat Bahasa Tak Jadi Kendala bagi Para Mama Papua di Pasar Lintas Batas Negara... Tim Redaksi JAYAPURA, KOMPAS.com - Jarum jam menunjukkan pukul 12.00 WIT, para “Mama Papua ” -sebutan kaum ibu Papua-masih sibuk menata dagangan di area Pasar Pos Lintas Batas Negara ( PLBN ) Skouw, Distrik Muara Tami, Jayapura, Papua, Sabtu (17/8/2024). Di belakang barang dagangan yang beralaskan karung goni, para Mama Papua duduk di emperan pasar. Mereka tampak berinteraksi dengan pembeli yang kebanyakan berasal dari Papua Nugini . Dengan ramah, mereka saling melempar senyum dan sesekali menyapa. Suasana pasar pun begitu hangat, seolah tak ada sekat yang membatasi interaksi sosial antara penduduk lokal, wisatawan ataupun warga Papua Nugini. Di sini, para Mama Papua tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa lokal ketika berdagang. Mereka juga mahir menggunakan bahasa warga lokal Papua Nugini, yang bercampur Bahasa Inggris. “Memang kami pedagang di sini sudah biasa pakai dua bahasa. Memang kami sudah biasa dari dulu,” ujar Mama Anita (33), pedagang pinang di Pasar PLBN Skouw , Sabtu (12/8/2024). Sabtu, kata Mama Anita, menjadi hari berlangsungnya pasar mingguan di PLBN Skouw. Para Mama Papua umumnya sudah memulai aktivitas jual beli sejak pukul 06.00 WIT, dan berakhir pukul 15.00 WIT bersamaan dengan jam tutup pasar. Komoditas dagangan para Mama Papua adalah sayur, pisang, umbi-umbian, pinang, sirih, dan beberapa buah lokal lainnya. Sedangkan pedagang perabotan rumah tangga, elektronik dan pakaian kebanyakan adalah para pendatang. Pada hari pasar, para penduduk Papua Nugini yang tinggal di dekat perbatasan , rutin melintas ke Indonesia untuk berbelanja. Salah satu permukiman warga Papua Nugini yang terdekat dengan Indonesia adalah Kampung Wutung, Provinsi Sandaun. “Mereka datang itu untuk belanja. Setelah belanja barang-barang di ruko dalam, biasanya beli sayur atau pinang juga,” ucap Mama Anita. Anita mengakui bahwa para pedagang tak pernah ada kendala bahasa selama berinteraksi dengan warga Papua Nugini. Para pedagang juga menerima pembayaran menggunakan mata uang Kina. “Jadi sama saja seperti kita, orang sana juga suka tawar harga. Jadi gunakan bahasa mereka. Bayar tetap pakai Kina, kalau selesai dagang tinggal tukar saja ke rupiah,” tutur Mama Anita. Tak hanya para Mama Papua, Ilyas (49) pria yang berdagang makan di luar Pasar PLBN Skouw juga mengaku terbiasa melayani pembeli, dengan berganti-ganti bahasa. “Ya kadang bahasa PNG toh, campur-campur Inggris. Kalau orang kita ya bahasa sehari-hari atau bahasa Indonesia saja,” pungkasnya. Liputan di PLBN Skouw ini merupakan kolaborasi antara Kompas.com dengan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) RI. Berita-berita perjalanan ini dapat Anda baca selengkapnya di topik Merah Putih di Perbatasan | Kompas.com x BNPP. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (49.8%)