Sentimen
Negatif (66%)
13 Agu 2024 : 08.26
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Surabaya, Malang

Mahasiswa UMM Ciptakan Alat Deteksi Dini Rematik Melalui Kuku Surabaya 13 Agustus 2024

13 Agu 2024 : 08.26 Views 2

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Regional

Mahasiswa UMM Ciptakan Alat Deteksi Dini Rematik Melalui Kuku Editor MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa lintas program studi Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ) bekerjasama menciptakan alat deteksi dini penyakit rheumatoid arthritis ( rematik ) melalui kuku. Penyakit rheumatoid arthritis atau rematik merupakan penyakit autoimun dengan gangguan peradangan jangka panjang pada sendi. Penyakit ini sering ditemui pada lansia, tetapi tidak menutup kemungkinan orang dewasa ataupun remaja dapat mengalaminya. Salah satu anggota tim pembuat alat tersebut, Abi Mufid Octavio di Malang, Senin kemarin (12/8/2024) mengemukakan, saat penyakit ini sudah memasuki masa akut, tak dapat disembuhkan, sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan. Oleh karena itu, kata dia, perlu adanya identifikasi dini untuk mengetahui potensi seseorang terkena penyakit rematik. Alat pendeteksi ini telah diujicobakan kepada lebih dari 100 sampel dan mendapatkan respons positif. “Sampel kami banyak, mulai dari remaja, dewasa dan lansia. Setelah menggunakan alat kami untuk deteksi dini, kemudian melakukan recheck lebih lanjut, ternyata didapati hasil yang efektif,” ujar dia seperti dikutip Antara . Abi --sapaan akrabnya, mengatakan, alat tersebut bekerja dengan menganalisis kondisi kuku, mulai dari tekstur, ridging atau berlubang, kuku menguning, rapuh dan pendarahan serpihan. Kondisi tersebut tidak dapat dilihat secara langsung lewat mata telanjang. Selanjutnya, jika ditemukan indikasi rematik, akan dilakukan observasi lebih lanjut oleh dokter. “Indikasi rematik itu banyak, dan alat kami bertugas untuk memvisualisasi hasil dari kuku yang telah difoto untuk diidentifikasi lebih lanjut,” ujar Abi. Ia mengakui, setiap inovasi yang dibuat pasti mengalami kesulitan dalam pengembangannya, itu juga berlaku bagi timnya. Tim ini memerlukan waktu lebih dari satu bulan untuk melakukan pengembangan untuk inovasi tersebut.   Ke depan alat tersebut akan dibuat secara massal untuk menambah ragam inovasi dalam dunia kesehatan. “Dengan biaya produksi sebesar Rp 7 juta, kami nilai itu dana yang kecil untuk inovasi dalam dunia kesehatan. Ke depan kami akan menjalin kerja sama dengan perusahaan yang nantinya dapat di komersialkan,” ujar dia.  Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (66.3%)