Jakarta, Beritasatu.com - Penyaluran pinjaman online (pinjol) dari penyelenggara fintech P2P lending mencapai Rp 874,53 triliun sampai dengan Mei 2024, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ini adalah nominal penyaluran secara kumulatif sejak fintech P2P lending resmi diatur OJK pada enam tahun silam.

“Pada saat ini nilai outstanding dari P2P lending online mencapai Rp 70 triliun,” tegas Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar dalam sambutannya di Pullman Hotel Jakarta, Jumat (9/8/2024), seraya menegaskan kontribusi fintech P2P lending.

Menurut Mahendra, transformasi teknologi di sektor keuangan merupakan suatu keniscayaan. Meskipun dia, tak bisa menampik bahwa terdapat ancaman, tantangan, dan downside risk yang harus dihadapi. Namun, keberadaan inovasi digital sektor keuangan, seperti P2P lending turut mengambil peran untuk mendukung konsumsi, modal kerja maupun kegiatan produktif lainnya.

“Bahwa ada sisi risiko negatifnya yang harus kita atasi dan kita minimalisasi adalah benar, tetapi kita tidak bisa menafikan peran kontribusinya ke depan, dan kita juga harus melihat perspektif yang serupa dari berbagai inovasi kegiatan di sektor keuangan,” jelas dia.

Sebelumnya, OJK resmi meluncurkan peta jalan (road map) pengembangan dan penguatan inovasi teknologi sektor keuangan, aset keuangan, dan kripto periode 2024-2028. Acara ini sekaligus membuka acara OJK Digital Financial Innovation Day 2024.

Mahendra Siregar menambahkan, transformasi digital di sektor keuangan harus dioptimalkan semaksimal mungkin, sehingga bisa memberi manfaat besar bagi seluruh masyarakat. OJK siap mewadahi semua potensi besar dalam aset keuangan digital termasuk salah satunya aset kripto.

“Kita tidak menafikan tantangan downside risk, tetapi justru dengan kolaborasi dan sinergi di internal OJK, maka risiko bisa diminimalisir. Dengan kesungguhan, tekad, serta komitmen bersama, maka bisa menonjolkan aspek-aspek positif,” pungkasnya.