Sentimen
Negatif (66%)
9 Agu 2024 : 21.35
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Indonesia

Ahli Gizi Peringatkan Risiko Obesitas dari Konsumsi Minuman Manis

9 Agu 2024 : 21.35 Views 26

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Hiburan

Jakarta, Beritasatu.com - Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Universitas Indonesia, dr Luciana Sutanto mengingatkan tentang risiko obesitas akibat konsumsi minuman berpemanis secara rutin setiap hari.

"Minuman berpemanis yang dikonsumsi terus-menerus dapat meningkatkan asupan kalori, yang berpotensi menyebabkan obesitas dan berbagai penyakit metabolik," ungkap Luciana dilansir ari Antara, Jumat (9/8/2024).

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melaporkan, ada sekitar 60 anak yang menjalani terapi untuk penyakit gagal ginjal di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Selain itu, belakangan ini beredar kabar sejumlah anak dan remaja mengalami gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah akibat konsumsi berlebihan minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis yang mengandung gula, mengingat risiko kesehatan yang bisa ditimbulkan.

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan diterbitkan untuk mengatasi konsumsi berlebihan makanan dan minuman yang tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) di masyarakat.

Luciana menjelaskan, baik minuman berpemanis dalam kemasan maupun yang tidak, keduanya memiliki potensi risiko yang sama terhadap obesitas dan penyakit metabolik seperti diabetes melitus, peningkatan kolesterol/trigliserida, asam urat, hipertensi, dan masalah kesehatan lainnya.

Untuk anak-anak, Luciana menekankan pentingnya edukasi kepada orang tua dan siswa mengenai pola makan sehat untuk mencegah konsumsi yang berlebihan.

"Pengetahuan tentang pola makan sehat dan gizi seimbang sebaiknya diperkenalkan di sekolah dan masyarakat sesuai dengan panduan dari Kementerian Kesehatan," terangnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan sekitar 13% populasi Indonesia, atau sekitar 35,8 juta orang, mengalami diabetes, dan masalah ini bisa semakin memburuk tanpa penanganan yang tepat.

"Apabila tidak ditangani secara rutin, kondisi ini bisa berkembang menjadi penyakit kronis. Salah satu indikasi yang mudah adalah ukuran celana jeans, jika lebih dari 34, kemungkinan besar ada masalah gula," terang Budi.

Oleh karena itu, Budi mendorong masyarakat, terutama anak-anak, untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula sebagai langkah pencegahan terhadap penyakit kronis.

"Anak-anak saat ini sering mengonsumsi minuman manis. Ini harus dikurangi. Kembali ke pola makan tanpa gula," imbuhnya.

Budi menambahkan, tingginya konsumsi gula dalam makanan dan minuman berkontribusi pada kasus anak-anak yang harus menjalani cuci darah akibat gagal ginjal.

Dengan meningkatnya konsumsi gula pada anak-anak, Budi memperingatkan bahwa masalah ini bisa semakin meluas. Ia meminta agar konsumsi gula dikendalikan agar tidak melebihi batas aman guna menurunkan risiko penyakit.

"Banyak anak yang mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula. Indonesia memiliki kecenderungan tinggi terhadap konsumsi gula, padahal gula adalah penyebab berbagai penyakit, mulai dari ginjal, hati, strok, hingga jantung," pungkas Budi.

Sentimen: negatif (66.6%)