Sentimen
Positif (84%)
4 Agu 2024 : 15.07
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Waketum PBNU: NU-Muhammadiyah Ibarat Adik-kakak yang Kedepankan Toleransi

4 Agu 2024 : 15.07 Views 5

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Nasional

Jakarta, Beritasatu.com - Wakil Ketua Umum PBNU Zulfa Mustofa menggambarkan hubungan antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah seperti hubungan adik dan kakak yang memiliki semangat yang sama dalam mengutamakan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.

"NU tidak pernah memulai puasa lebih dahulu. Muhammadiyah biasanya memulai dahulu, seperti kakak yang lebih dahulu. Adik biasanya mengalah. Tarawih juga begitu, kakak selesai lebih dahulu karena jumlah rakaatnya lebih sedikit," kata Zulfa dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (4/8/2024) dikutip dari Antara.

Pernyataan Kiai Zulfa disampaikan saat memberikan pidato kunci dalam acara Silaturahim Nasional Pokja Majelis Taklim dengan tema "Majelis Taklim sebagai Basis untuk Membangun Peradaban Umat Manusia" di Jakarta.

Muhammadiyah didirikan lebih dahulu pada 1912, sedangkan NU lahir pada 1926. Namun, jumlah jemaah NU lebih banyak sehingga Kiai Zulfa menyebut NU sebagai "adik bongsor."

Ia menjelaskan bahwa perbedaan antara NU dan Muhammadiyah terletak pada aspek cabang (furu’), bukan pada pokok (ushul). Oleh karena itu, semangat toleransi (tasamuh) perlu dikedepankan.

Kiai Zulfa juga menceritakan pengalamannya menjadi penceramah di masjid Muhammadiyah selama hampir 20 tahun. Pengurus Muhammadiyah, katanya, sengaja mengundangnya agar jemaah Muhammadiyah dapat memahami cara berpikir, berfatwa, beribadah, dan beramaliah ala NU langsung dari sumbernya.

Ia berharap langkah Muhammadiyah ini dapat ditiru oleh ormas atau lembaga lainnya untuk menghindari kesalahpahaman di antara umat Islam.

Zulfa juga menekankan pentingnya keterbukaan dalam mengkaji berbagai literatur. Ia berbagi pengalaman bahwa gurunya, KH Sahal Mahfudh, membolehkan membaca berbagai kitab, termasuk karya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim al-Jawziyah, dengan catatan untuk mengambil yang baik dan meninggalkan yang tidak baik.

Ia mengkritik sikap sebagian pengurus masjid dan majelis taklim yang terkadang hanya mengundang penceramah dari kelompok mereka sendiri dan menyampaikan materi dari perspektif mereka, termasuk mengenai kelompok lain. Menurutnya, pendekatan seperti ini tidak bijaksana dan dapat menimbulkan kesalahpahaman di antara umat Islam.

"Lebih baik mengundang penceramah dari kelompok lain agar umat menjadi lebih cerdas," sarannya.

Ia menegaskan bahwa perbedaan pendapat, baik dalam hal cabang (furu’) maupun pokok (ushul), tidak seharusnya membuat pengurus majelis taklim, masjid, dan dai tidak harmonis. Menurutnya, meskipun berbeda dalam ushul, kita tetap merupakan saudara sebangsa dan setanah air.

Kiai Zulfa menyayangkan narasi-narasi kebencian yang disampaikan oleh beberapa dai terhadap sesama Muslim hanya karena ketidaktahuan mengenai perbedaan dalam furu’ dan ushul.

"Kita juga tidak boleh membenci orang yang berbeda dalam masalah furu’, karena mereka adalah saudara sebangsa, setanah air, dan sesama manusia," katanya.

Sentimen: positif (84.2%)