Sentimen
Positif (99%)
4 Agu 2024 : 12.39
Tokoh Terkait

Tantangan Ibu Mengontrol Jajanan Anak: 'Godaan' dari Teman Sebaya Megapolitan 4 Agustus 2024

4 Agu 2024 : 12.39 Views 6

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Metropolitan

Tantangan Ibu Mengontrol Jajanan Anak: Godaan dari Teman Sebaya Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Mengontrol jajanan anak merupakan tantangan bagi banyak ibu di Jakarta, terutama di tengah maraknya jajanan atau camilan yang mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan.  Rara (36), seorang ibu rumah tangga dari Jakarta Barat mengaku ia tak membiasakan anaknya mengonsumsi makanan manis. Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bila sang anak yang masih berusia 4 tahun kerap tergiur dengan jajanan yang juga dikonsumsi oleh teman sebayanya. "Memang kalau lihat teman-temannya sih pengin ya. Tapi sejauh ini enggak pernah yang rewel gimana banget. Alhamdulilahnya anak nurut sih buat enggak jajan. Makanya saya biasakan di rumah itu enggak ada jajanan," ujar dia saat ditemui Kompas.com di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu (4/8/2024).  Ia tidak pernah memberikan susu kemasan atau minuman manis lainnya kepada sang anak. "Saya lebih memilih susu formula (sufor) untuk pertumbuhan anak, dan itu pun harus benar-benar terkontrol," ujar dia. Di samping itu, Rara juga lebih banyak memberikan camilan alami, misalnya buah-buahan. "Iya (kalau gula) dari yang alami. Paling juga cari buahnya yang gulanya sedikit kayak buah naga," terang dia. Sementara itu, Ressa (34), ibu rumah tangga dari Jakarta Pusat, juga menghadapi kesulitan yang sama. Ia berusaha menghindari makanan yang tidak sehat dengan membuat camilan sendiri di rumah. "Anak-anak saya sering saya buatkan puding atau camilan lain yang lebih sehat," kata dia.  Namun, Ressa mengakui bahwa mengontrol jajanan anak tidak mudah, terutama saat mereka berada di luar rumah. "Anak-anak pasti rewel kalau tidak diberikan camilan. Cuma sekarang saya lebih banyakin stok snack sehat untuk anak-anak yang bisa dibawa kalau keluar rumah," ungkap Ressa. Ia berharap agar pemerintah dapat lebih memerhatikan kandungan gula dalam makanan kemasan. "Jadi kalau bisa lebih fokus ke kandungannya. Kalau bisa gula jangan dimanipulasi. Karena gula kadang ditulisnya bukan gula, dalam bahasa lainnya. Padahal dari komposisinya ada gula tapi kita enggak tahu," imbuh dia. Sebelumnya, ramai di media sosial X yang menyebutkan banyak anak harus menjalani cuci darah di RSCM.  Namun, hal ini langsung dibantah Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi RSCM Eka Laksmi Hidayati melalui siaran langsung akun instagram @rscm.official, Kamis (25/7/2024) lalu. Eka mengungkapkan, saat ini ada 60 pasien anak yang rutin menjalani prosedur dialisis untuk menggantikan fungsi ginjal. Namun, tidak semua anak tersebut menjalani cuci darah. Dari 60 pasien anak, ada 30 anak yang harus cuci darah. Tapi, ada juga anak yang menggunakan dialisis dengan mesin untuk kontrol per bulan.  RSCM memiliki banyak pasien anak cuci darah karena menjadi tempat rujukan dari sekitar Jakarta hingga luar Pulau Jawa. Untuk menekan kasus cuci darah pada anak di Jakarta, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta secara berkala akan memberikan edukasi makanan sehat di lingkungan sekolah.  Hal ini disampaikan Heru mengingat maraknya kasus cuci darah pada anak dan Pemerintah Daerah (Pemda) diminta mengawasi makanan di sekolah sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024. "Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan memberikan edukasi makanan yang sehat (di lingkungan sekolah)," ujar Heru kepada awak media di Jakarta Selatan, Rabu (31/7/2024) malam. Dinkes dan Disdik DKI memiliki peralatan untuk mengecek kesehatan anak-anak. Pengecekannya akan dilakukan secara rutin. "Ada beberapa sekolah yang punya dan juga tim dari Dinas Kesehatan selalu keliling (mengecek). Intinya mengedukasi kesehatan makanan yang sehat bagi anak-anak kita," ucap Heru. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (99.2%)