Jakarta, Beritasatu.com - Analis Marex, Edward Meir, menyatakan penurunan harga emas hingga titik terendah dipicu oleh aksi ambil untung. Menurut laporan Reuters, Jumat (26/7/2024), harga emas spot turun 1,8% menjadi US$ 2.355,22 per ons pada pukul 17.44 GMT, setelah mencapai titik terendah sejak 9 Juli.

"Ada aksi ambil untung yang terjadi, dipicu oleh kelemahan di pasar ekuitas AS yang lebih dari sekadar penjualan," kata Edward Meir.

Kontrak berjangka emas AS berakhir turun 2,6% menjadi US$ 2.353,5. Harga emas sempat mencapai rekor tertinggi US$ 2.483,6 minggu lalu karena optimisme terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada September.

Sementara itu, harga logam mulia lainnya juga mengalami penurunan. Harga perak spot melemah 4,2% menjadi US$ 27,77 per ons, mencapai titik terendah dalam 11 minggu. Platinum turun 1,4% menjadi US$ 934,85, mendekati titik terendah dalam tiga bulan. Sementara paladium terpangkas 2,8% menjadi US$ 907,08.

Direktur Investasi Alternatif dan Perdagangan High Ridge Futures, David Meger, mengatakan bahwa para trader saat ini menantikan data pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, yang merupakan indikator inflasi favorit The Fed, yang akan dirilis pada Jumat (26/7/2024).

"Kami telah melihat kenaikan tajam di pasar emas dan perak belakangan ini, sehingga kombinasi likuidasi posisi panjang dan aksi profit taking dari reli baru-baru ini memperburuk tekanan jual," ujar David Meger.

Sementara itu, mantan Presiden The Fed New York, Bill Dudley, dalam kolom Bloomberg pada Rabu (24/7/2024) mengatakan bahwa The Fed seharusnya memangkas suku bunga minggu depan, mengutip data ketenagakerjaan terbaru.

Pasar memperkirakan kemungkinan 100% untuk pemangkasan suku bunga pada September. Daya tarik emas yang tidak memberikan hasil cenderung meningkat dalam lingkungan suku bunga rendah.