Sentimen
Positif (96%)
19 Jul 2024 : 05.07
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Yogyakarta

Pengalaman SMAN 10 Yogyakarta Terapkan Kurikulun Tanpa Jurusan IPA/IPS/Bahasa, Ini Plus Minusnya Yogyakarta 19 Juli 2024

19 Jul 2024 : 05.07 Views 2

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Regional

Pengalaman SMAN 10 Yogyakarta Terapkan Kurikulum Tanpa Jurusan IPA/IPS/Bahasa, Ini Plus Minusnya Tim Redaksi YOGYAKARTA, KOMPAS.com - SMAN 10 Kota Yogyakarta menjadi salah satu sekolah yang secara bertahap menerapkan kurikulum merdeka belajar . Sudah dua tahun SMAN 10 Yogyakarta menerapkan kurikulum tanpa jurusan IPA , IPS , dan Bahasa . Kepala Sekolah SMAN 10 Yogyakarta, Sri Moerni mengatakan, selama dua tahun menerapkan kurikulum merdeka menemui adanya kekurangan dan kelebihan dalam menerapkan kurikulum merdeka belajar. Moerni menjelaskan keunggulan kurikulum merdeka belajar ini adalah  berfokus pada minat anak. Saat masuk SMA peserta didik ditanya satu persatu ingin masuk ke perguruan tinggi mana dan jurusan apa. Lanjut dia, dari permintaan peserta didik tersebut sekolah lalu memfasilitasi mata pelajaran apa saja yang dibutuhkan oleh peserta didik. “Misalkan anak itu kecenderungan ke kedokteran, maka dari itu kita siapkan jurusan yang mengarah kesana. Komposisinya ada biologi, kimia, fisika, matematika seperti itu,” ucap dia, Kamis (18/7/2024). “Kalau ada yang ke akuntansi atau hubungan internasional ya nuansanya kami desain seperti jurusan IPS. Ada sosiologi, bahasa inggris, ekonomi,” imbuh dia. Moerni menyampaikan dengan model kurikulum ini membuat SMA N 10 Kota Yogyakarta memiliki 6 varian kelas. “Jadi kami kelas 10 ada 6 kelas, kelas 11 itu warnanya juga enam warna. Jadi ada yang ipa nanti mix ips dan bahasa seperti itu,” imbuh dia. Penerapan kurikulum merdeka belajar ini juga tidak mengenal istilah tinggal kelas. Moerni menjelaskan bagi siswa yang nilainya masih kurang maka tahun berikutnya tetap naik kelas. Siswa tersebut akan memperbaiki nilainya pada kelas di atasnya. “Sekarang predikatnya (siswa) itu belum berkembang, sudah berkembang dan sangat berkembang gutu,” kata dia. “Sehingga nanti kalau misalkan ada keterangan untuk mapel ini belum berkembang nah itu nanti digodok lagi di kelas 11. Sehingga untuk istilah tunggal kelas sekarang tidak dipopulerkan kembali,” beber dia. Namun, dalam penerapannya, pihaknya juga menemui hambatan. Dia mencontohkan ada beberapa anak yang tidak sepaham dengan orangtua dalam memilih jurusan saat kuliah hal ini menjadi tantangan baginya. “Jadi antara siswa dengan orangtua sudah tidak klop. Mungkin ortu menginginkan anak jurusan ini, tapi anaknya sendiri punya kecenderungan berbeda,” kata dia. Lanjut dia, dengan adanya kasus ini, sekolah berperan untuk menjadi jembatan antara sekolah dan orangtua. “Yang paling sibuk ini bagian bimbingan konseling ini,” kata dia. Tantangan lainnya yang dihadapi adalah ketersediaan SDM. Dalam hal ini, guru di SMAN 10 Kota Yogyakarta yang harus ditata dengan cermat dalam penjadwalan. “Kadang maunya anak ini, tapi kan ketersediaan guru juga harus kita pikirkan. Jangan sampai satu guru mengajarnya overdosis. Kami juga harus berpikir itu juga. Jadi untuk mensinkronkan ini perlu waktu yang cukup panjang,” kata dia. Sebelumnya diberitakan, seluruh SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah menerapkan kurikulum Merdeka Belajar tanpa ada lagi jurusan IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia. “Kalau tahun ini sudah semua kelas satu seluruh SMA menerapkan kurikulum merdeka. Iya (tidak ada jurusan), tapi bukannya hilang sama sekali,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya, Kamis (18/7/2024). Didik menjelaskan dengan sudah tidak adanya jurusan di SMA maka memberikan kesempatan kepada siswa dan siswi untuk mengembangkan minatnya. Dia mencontohkan jika terdapat siswa yang memiliki minat pada mata pelajaran fisika, maka yang akan dikembangkan adalah pelajaran fisika. “Justru masing-masing anak itu kalau sukanya fisika yang dikembangkan fisika,” ucap dia. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (96.8%)