Sentimen
Positif (84%)
16 Agu 2024 : 17.01
Informasi Tambahan

Hewan: Sapi

Kab/Kota: Boyolali

Tokoh Terkait
Said Abdullah

Said Abdullah

Said Paparkan 4 Prioritas Kebijakan Fiskal 2025, Mulai dari Kemandirian Pangan hingga Pengembangan SDM

16 Agu 2024 : 17.01 Views 3

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

Said Paparkan 4 Prioritas Kebijakan Fiskal 2025, Mulai dari Kemandirian Pangan hingga Pengembangan SDM

KOMPAS.com – Ketua Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Said Abdullah memaparkan empat agenda kebijakan strategis yang harus didorong oleh kebijakan fiskal pada 2025.

Dari sudut pandang kebijakan fiskal, ia ingin menekankan agar pemerintah ke depan lebih memfokuskan perhatian pada program-program yang lebih mendesak, mengingat kondisi fiskal yang terbatas.

“Agenda kebijakan strategis pertama adalah program kemandirian pangan. Sejak 2014 hingga 2023, jumlah kumulatif impor beras nasional mencapai 8,95 juta ton,” ujar Said dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (16/8/2024).

Dalam periode 2019-2023, lanjut dia, nilai impor beras mencapai 1,95 miliar dollar Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Tsunami Impor dari China: Risiko dan Resonansi bagi Ekonomi Indonesia

Said mengungkapkan bahwa impor gula juga menunjukkan angka yang signifikan.

Pada 2023, sebut dia, impor gula mencapai 5,07 juta ton dengan nilai 2,88 miliar dollar AS.

“Selain itu, kita juga mengimpor komoditas lain seperti kedelai, susu, jagung, daging sapi, sayuran, dan buah,” imbuh Said.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ekspor hasil pertanian di Indonesia pada 2023 mencapai 6,5 miliar dollar AS, sedangkan  nilai impornya mencapai 11,59 miliar dollar AS. Hal ini mengakibatkan defisit impor hasil pertanian sebesar 5,0 miliar dollar AS.

Baca juga: Penambahan Lahan Pertanian di Boyolali Tercapai 77 Persen dari Target 5.470 Hektar

Oleh karena itu, kata Said, pemerintah memerlukan program kemandirian pangan yang lebih terfokus.

“Program ini harus mendorong diversifikasi pangan pokok, mengurangi ketergantungan pada beras, dan memanfaatkan keanekaragaman pangan seperti umbi, sagu, dan sorgum,” jelas Said.

Teknologi pangan, lanjut dia, juga harus mendukung pertumbuhan industri pertanian, optimalisasi lahan tidak produktif, dan peningkatan hasil laut sebagai sumber pangan yang lebih sehat pada masa depan.

Kebijakan strategis kedua, dia mengatakan, adalah program kemandirian energi.

Baca juga: Ira Mencapai Kemandirian Ekonomi melalui Keripik Pelepah Pisang

Ia menjelaskan, total impor minyak mentah dalam periode 2015-2023 mencapai 69,3 miliar dollar AS, sedangkan ekspor hanya 30,1 miliar dollar AS. Hal ini mengakibatkan defisit sebesar 39,2 miliar dollar AS.

“Nilai impor hasil minyak juga mencapai 165,2 miliar dollar AS, dengan ekspor hanya 17,9 miliar dollar AS, sehingga defisitnya mencapai 147,3 miliar dollar AS. Sejak konversi dari minyak tanah ke liquified petroleum gas (LPG), kebutuhan impor LPG terus meningkat,” imbuh Said.

Dalam periode yang sama, lanjut dia, kebutuhan impor LPG mencapai 51,4 juta ton, sementara ekspor gas alam di Indonesia selama periode 2015-2023 mencapai 70,2 miliar dollar AS.

Sentimen: positif (84.2%)