Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Kasus: pembunuhan, kebakaran
Tokoh Terkait

Ismail Haniyeh
Dikawal Tentara Israel, Ratusan Pemukim Yahudi Geruduk Makam Yusuf di Tepi Barat
iNews.id
Jenis Media: Nasional

TEPI BARAT, iNews.id - Ratusan pemukim Yahudi menggeruduk makam Yusuf di Kota Nablus, Tepi Barat, Senin (5/8/2024). Mereka dikawal tentara Zionis memasuki tempat tersebut hingga terjadi bentrokan dengan warga Muslim Palestina.
Para pemukim ilegal itu memaksa masuk makam Yusuf setelah lokasi itu dibersihkan tentara Israel dari warga Palestina yang berusaha menghalangi mereka pada dini hari.
Baca Juga
Jet-Jet Tempur Israel Gempur Sekolah di Gaza, 25 Warga Palestina Gugur
Para saksi, seperti dikutip dari Anadolu, mengatakan bentrokan antara warga Palestina dengan tentara Israel tak bisa dihindari. Tentara Zionis menembaki warga dengan gas air mata serta peluru tajam.
Selain itu tentara juga menggeledah beberapa lingkungan di Nablus serta menyerbu rumah-rumah warga.
Baca Juga
JK Hadiri Malam Takziah Ismail Haniyeh, Tegaskan RI Dukung Perjuangan Palestina
Tabung gas air mata memicu kebakaran di gudang suku cadang mobil tua di dekat Makam Yusuf. Selain itu kebakaran juga terjadi di pasar sayur.
Api membakar habis gudang tersebut sebagian pasar.
Baca Juga
5 Tuntutan Massa Aksi Bela Palestina di Kedubes AS, Kecam Pembunuhan Ismail Haniyeh
Bukan hanya itu tentara Israel menghalangi petugas pemadam kebakaran untuk mencapai lokasi tersebut.
Sejauh ini tak ada laporan korban jiwa. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan, petugasnya merawat empat jurnalis yang menghirup gas air mata.
Makam Yusuf, terletak di sebelah timur Kota Nablus, dianggap pemeluk orang Yahudi sebagai tempat suci sejak Israel menduduki Tepi Barat pada 1967. Mereka menganggap tempat itu adalah makam Nabi Yusuf, putra Nabi Ya'kub. Mereka meyakini Nabi Yusuf dibawa dari Mesir kemudian dimakamkan di Nambus.
Namun para arkeolog membantah klaim tersebut dengan menegaskan, makam berusia beberapa abad itu adalah milik seorang ulama Muslim bernama Syekh Yusuf Dweikat.
Editor : Anton Suhartono
Sentimen: negatif (99.8%)