Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: IZ*ONE
Kab/Kota: Bone
Tokoh Terkait
Longsor Gorontalo Sudah Telan 23 Jiwa, 33 Masih Hilang: Tambang Dikenal Rawan, Pernah Ditutup tapi Warga Bebal
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT - Jumlah korban tanah longsor Gorontalo yang ditemukan meninggal dunia kini mencapai 23 orang. Bencana itu menerjang kawasan tambang rakyat Desa Tulabolo Timur Kecamatan Suwawa Timur Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.
Berdasarkan data yang tercatat dan sudah terkonfirmasi pada Selasa 9 Juli 2024 pukul 23.00 WITA, total keseluruhan korban mencapai 173 orang. Angka itu termasuk dengan orang-orang yang masih dinyatakan hilang.
"Rinciannya 23 orang meninggal dunia, yang selamat 81 orang, dan masih dalam pencarian sebanyak 33 orang," kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Gorontalo, Hariyanto.
Korban yang selamat dari bencana tanah longsor yang terjadi pada Sabtu 6 Juli 2024 malam itu sebagian besar mengalami luka-luka hingga patah tulang. Pada saat ini, mereka tengah menjalani perawatan di rumah sakit.
Memasuki hari ke tiga setelah kejadian, jumlah tim SAR gabungan yang melakukan pencarian di lokasi telah bertambah. Hadir tim elite yang didatangkan khusus dari Basarnas Pusat hingga personel dari Kantor Pencarian dan Pertolongan Sulawesi Utara.
Proses evakuasi yang sebelumnya memakan waktu dan tenaga ekstra, sudah lebih mudah dan cepat karena adanya bantuan Helikopter AW 169 Register 0-3304 milik Baharkam Polri yang didatangkan oleh Kapolda Gorontalo.
"Mengingat hari sudah gelap, proses pencarian di lokasi hingga evakuasi untuk sementara dihentikan dan mulai dilanjutkan kembali pagi hari ini," ucap Hariyanto.
Selain itu, personel gabungan yang berada di Posko SAR Desa Tulabolo juga terus mengumpulkan data dan informasi terkait jumlah hingga identitas dari para korban agar lebih memudahkan pihak keluarga yang mencari keberadaan anggota keluarganya.
Hariyanto mengatakan bahwa hingga saat ini sebagian besar wilayah Kecamatan Suwawa Timur Bone Bolango, masih diguyur hujan dengan intensitas sedang.
Evakuasi dengan Heli
Badan Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mengupayakan evakuasi korban longsor di areal tambang emas rakyat di Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, menggunakan helikopter karena kesulitan akses keluar masuk lokasi bencana dan banyaknya jumlah korban. Pada masa operasi SAR hari ketiga ini, sudah ada satu helikopter milik Polri untuk mengevakuasi korban.
"Kami sedang berkoordinasi dengan TNI Angkatan Udara untuk membantu penambahan heli lagi," ujar Kepala Basarnas, Kusworo.
Dia mengungkapkan bahwa keberadaan helikopter sangat dibutuhkan karena satu-satunya cara untuk mempercepat evakuasi. Berdasarkan hasil pantauannya, akses dari posko menuju ke lokasi bencana berjarak puluhan kilometer di dalam hutan perbukitan atau setidaknya butuh waktu 4 jam sampai dengan 5 jam secara infanteri.
Menurut Kusworo, waktu tempuh personel SAR gabungan bisa lebih lama lagi karena hujan masih terus mengguyur, kondisi tanah yang labil, dan di beberapa titik harus melintasi jembatan sehingga pihaknya kesulitan mengerahkan alat berat.
“Untuk jumlah personel total ada sebanyak 1.009 tim gabungan dalam operasi SAR ini. 30 orang di antaranya khusus mengerahkan dari regu Basarnas Spesial Grup,” tuturnya.
Tambang Emas Dikenal Rawan, Pernah Ditutup
Kepala BPBD Kabupaten Bone Bolango, Ahril mengungkapkan bahwa lokasi pertambangan emas tanpa izin (PETI) yang mengalami longsor, dulunya pernah ditutup. Hal ini seiring dengan aktivitas pertambangan rakyat yang berada di lokasi rawan longsor.
"Memang bahaya itu (lokasi pertambangan). Dulu sudah diperingatkan sampai pernah ditutup tapi masyarakat masih datang lagi," katanya.
Ahril mengatakan, lokasi pertambangan tersebut telah beberapa kali mengalami longsor. Namun selama ini tidak pernah memakan korban jiwa.
"Baru kali ini saja (ada korban jiwa). Karena longsornya di lokasi camp penambang," ucapnya.
Aktivitas pertambangan rakyat di Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, sudah ada sejak tahun 1980-an. Sampai saat ini, camp penambang sudah seperti permukiman penduduk.
"Mereka sudah beranak pinak disana. Bahkan ada pendatang juga dari Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, bahkan dari Jawa," tutur Ahril.***
Sentimen: negatif (98.4%)