Sentimen
Negatif (100%)
2 Jul 2024 : 04.26
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tangerang

Suami Bakar Istri saat Cekcok di Tangerang, Tetangga Kalang Kabut Lihat Korban Dilahap Api

2 Jul 2024 : 04.26 Views 14

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Suami Bakar Istri saat Cekcok di Tangerang, Tetangga Kalang Kabut Lihat Korban Dilahap Api

PIKIRAN RAKYAT - Seorang laki-laki berinisial S (43) nekat membakar istrinya, SR (21), ketika cekcok masalah rumah tangga. Pelaku diduga gelap mata, karena sang istri cemburu hingga menyebabkan keributan yang berujung petaka.

Insiden tersebut kini ditangani Polsek Cipondoh, Tangerang, Banten. Kapolsek Cipondoh, Kompol Evarmon Lubis mengatakan bahwa pada saat ini korban masih menjalani perawatan di rumah sakit.

"Dia mengalami luka bakar hingga 27 persen," ucapnya, Senin 1 Juli 2024.

Sementara itu, sang suami yang melakukan pembakaran juga mengalami luka bakar di bagian lengan. Polisi pun akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, setelah kondisi keduanya membaik.

"Berdasarkan informasi awal, terjadi miskomunikasi sehingga pelaku emosi dan langsung bertindak," ujar Evarmon Lubis.

Baru Pindah, Sudah Sering Ribut

Warga setempat, Sodik mengungkapkan bahwa pasangan suami istri itu sebenarnya baru dua pekan tinggal di wilayah tersebut. Selama keduanya menetap di sana, warga sering mendengar keduanya kerap bersitegang.

"Benar, sering bertengkar, kalau yang kami dengar suaminya suka dicemburuin," katanya.

Sodik menambahkan, sebelum kejadian pun keduanya terlibat cekcok hebat. Menurutnya, pada saat itu para tetangga sempat melihat pelaku menyeret korban ke halaman dan berusaha memisahkan mereka.

"Namun, tiba-tiba si suami mengambil bensin lalu menyiramkan ke tubuh istrinya dan membakarnya," tuturnya.

Api pun langsung membesar dan menghanguskan tubuh korban terutama bagian wajah, kepala dan badan bagian atas. Melihat kejadian tersebut, warga segera mengambil air dan handuk basah untuk memadamkan api di tubuh korban.

Kenapa Seseorang Tak Bisa Menahan Emosi?

Emosi merupakan afeksi atau perasaan intens yang muncul sebagai respons dari situasi atau stimulus tertentu. Emosi biasanya melibatkan perubahan neurofisiologis yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan pemikiran seseorang, seperti rasa bahagia, sedih, atau kecewa dengan sikap orang lain atau terhadap situasi tertentu.

Pada beberapa kondisi, emosi dapat berubah secara mendadak, bahkan cenderung tidak stabil dan tidak terkontrol. Lantas, apa penyebab emosi tidak stabil tersebut?

Terdapat sejumlah kondisi yang dapat menyebabkan emosi cenderung tidak stabil, mulai dari perubahan hormon, kurang tidur, pola makan yang buruk, gangguan mental, stres, kondisi medis tertentu, kurangnya dukungan sosial, hingga penyalahgunaan NAPZA. Berikut penjelasan lengkapnya.

Penyebab emosi tidak stabil yang pertama adalah perubahan hormon. Salah satu contoh perubahan hormon yang dapat menimbulkan emosi tidak stabil adalah perubahan kadar hormon estrogen yang berkaitan dengan suasana hati. Karena itu, mood swing kerap dialami oleh wanita selama menstruasi, hamil, dan menopause.

Selain hormon estrogen, perubahan hormon lain yang dapat menyebabkan emosi tidak stabil adalah hormon dopamin, kortisol, adrenalin, noradrenalin, GABA (Gamma amino butyric acid), serotonin, beta endorphin, dan oksitosin.

Kurang tidur sering kali menyebabkan seseorang merasa sangat lelah dan tertekan, sehingga membuatnya cenderung mudah emosi, sensitif, dan tersinggung. Hal ini dapat terjadi karena kurang tidur turut memengaruhi keseimbangan zat kimia di dalam otak yang sangat berkaitan dengan emosi dan suasana hati.

Pola Makan dan Minum yang Buruk

Konsumsi makanan dan minuman tidak sehat secara berlebihan, seperti makanan berlemak, tinggi gula, bertepung, mengandung bahan penyedap, minuman berkafein, minuman beralkohol, makanan pedas, dan makanan olahan juga bisa menjadi salah satu penyebab emosi tidak stabil.

Gangguan mental merupakan salah satu faktor penyebab emosi tidak stabil yang umum terjadi. Secara umum, terdapat dua jenis gangguan mental yang dapat memicu emosi tidak stabil, di antaranya sebagai berikut.

Depresi: Gangguan suasana hati yang membuat seseorang merasa sangat sedih dan tidak berharga. Kondisi ini juga bisa menyebabkan penderitanya mudah marah dengan keadaan, tidak percaya diri, dan kehilangan minat dalam melakukan hal-hal yang awalnya disukainya.

Gangguan bipolar: Gangguan jiwa yang ditandai dengan perubahan suasana hati secara drastis dan tiba-tiba. Kondisi ini terdiri dari dua fase, yaitu mania atau hipomania (merasa sangat bahagia) dan depresi mayor (merasa sangat sedih dan putus asa).

Stres berkepanjangan juga dapat membuat emosi menjadi tidak terkendali, seperti mudah marah dan merasakan kesedihanmendalam. Kondisi ini biasanya terjadi akibat adanya tekanan dari pekerjaan, keluarga, atau faktor ekonomi secara terus-menerus.

Emosi yang tidak stabil juga bisa dipicu oleh kondisi medis atau cedera yang dapat memengaruhi fungsi otak, seperti stroke, demensia, serta gegar otak. Selain itu, emosi yang tidak terkontrol juga bisa disebabkan oleh penyakit kronis lain, di antaranya adalah penyakit tiroid, multiple sclerosis, dan penyakit Parkinson.

Kurangnya Dukungan Sosial

Kurangnya dukungan dari kerabat dan orang sekitar dapat membuat seseorang merasa kesepian, tertekan, dan terisolasi dari lingkungan sosial. Bila terjadi dalam jangka waktu yang panjang, hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental serta menimbulkan perubahan emosi yang tidak terkontrol pada penderitanya.

Salah satu penyebab emosi tidak stabil yang perlu diwaspadai adalah penyalahgunaan obat-obatan tertentu. Bahkan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang juga berisiko membuat seseorang bertindak tidak rasional serta memicu gangguan psikotik, seperti halusinasi dan delusi.

Selain itu, konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan juga dapat memicu gangguan perilaku dan emosi, seperti perubahan suasana hati yang tidak stabil, kesulitan berkonsentrasi, koordinasi tubuh yang buruk, hingga perilaku yang tidak pantas.***

Sentimen: negatif (100%)