Sentimen
Negatif (99%)
28 Jun 2024 : 05.13
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Wina

Kasus: Narkoba

Partai Terkait

Kematian akibat Overdosis Disebut Bisa Naik gara-gara Afghanistan Setop Produksi Opium, Kok Gitu?

28 Jun 2024 : 05.13 Views 19

iNews.id iNews.id Jenis Media: Nasional

Kematian akibat Overdosis Disebut Bisa Naik gara-gara Afghanistan Setop Produksi Opium, Kok Gitu?

WINA, iNews.id – Penghentian produksi opium di Afghanistan disebut dapat meningkatkan angka kematian akibat overdosis narkotika, karena para pengguna heroin beralih ke opioid sintetis. Hal itu terungkap lewat sebuah laporan PBB pada Rabu (26/6/2024).

Afghanistan telah lama menjadi pemasok utama opium di dunia. Namun, sejak Taliban berkuasa, penduduk di sana dilarang membudidayakan tanaman candu tersebut. Sementara opioid sintetis sudah terbukti mematikan di Eropa.

Baca Juga

Geser Afghanistan, Myanmar Kini Jadi Sumber Opium Terbesar di Dunia

Budidaya opium, bahan baku pembuatan heroin, turun sebesar 95 persen di Afghanistan tahun lalu setelah Taliban melarang produksinya pada 2022. Meskipun produksi opium di Myanmar meningkat sebesar 36 persen tahun lalu, produksi tanaman tersebut masih turun secara global sebesar 75 persen, menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC).

“Akibat dari kekurangan opium Afghanistan yang berkepanjangan dapat menimbulkan konsekuensi ganda di Afghanistan dan di negara-negara transit dan tujuan opium Afghanistan. Kemurnian heroin di pasaran diperkirakan akan menurun,” ungkap UNODC dalam Laporan Narkoba Dunia tahunan yang diterbitkan pada hari ini.

Baca Juga

Laporan PBB Sebut Produksi Opium Afghanistan Anjlok setelah Taliban Berkuasa

Observasi awal di lapangan menunjukkan kemungkinan adanya sedikit peningkatan penanaman opium di Afghanistan pada tahun ini. Kendati demikian, kata UNODC, kecil kemungkinannya akan kembali ke tingkat sebelum pelarangan.

Meskipun dilaporkan bahwa tidak ada kekurangan yang kentara di pasar tujuan utama opium Afghanistan seperti Eropa, Timur Tengah, dan Asia Selatan hingga awal tahun ini, hal tersebut dapat berubah jika panen di masa depan tetap kecil, tambahnya.

Baca Juga

Angkatan Laut Prancis Sita 4 Ton Heroin dan Ganja di Laut Arab

“Permintaan terhadap layanan pengobatan opiat (menggunakan bahan baku opium), termasuk metadon, buprenorfin, dan pengobatan morfin pelepasan lambat, mungkin meningkat. Namun jika layanan ini tidak mencukupi, pengguna heroin dapat beralih ke opioid lain,” kata laporan tersebut.

“Peralihan seperti itu dapat menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kesehatan dan menyebabkan peningkatan overdosis, terutama jika opioid alternatif mengandung zat yang sangat kuat seperti analog fentanil atau nitazene yang telah muncul di beberapa negara Eropa dalam beberapa tahun terakhir,” ungkap UNODC lagi.

Baca Juga

Arab Saudi Terus Perangi Narkotika, Kali Ini Sita 3,33 Ton Ganja dan Heroin di Teluk Oman

Kepala Riset UNODC, Angela Me mengatakan, kematian akibat overdosis nitazene, sejenis opioid sintetik yang lebih kuat daripada fentanil, telah dilaporkan di Irlandia, Inggris, Estonia, dan Latvia.

Biasanya pengguna heroin akan membeli apa yang mereka anggap sebagai heroin. Akan tetapi, heroin tersebut telah digantikan dengan nitazene yang jauh lebih murah dan lebih manjur. “Obat tersebut kemudian terdeteksi ketika tes dilakukan setelah kematian akibat overdosis,” ujar Me.

Baca Juga

Pria Malaysia dengan IQ Rendah Dieksekusi Mati karena Selundupkan Heroin ke Singapura

Laporan tersebut juga menyebutkan, pasokan kokain mencapai rekor tertinggi pada 2022, tahun terakhir data yang terkait dengan jenis narkotika itu tersedia. Meskipun konsumsi di Amerika Serikat tampak menurun, pengujian air limbah menunjukkan konsumsinya meningkat di Eropa

Editor : Ahmad Islamy Jamil

Sentimen: negatif (99.2%)