Sentimen
Netral (40%)
27 Jun 2024 : 09.18
Tokoh Terkait

2 Raksasa Eropa Batal Investasi Pabrik Nikel di Indonesia, Stefan Antonio: Dampak dari Cawe-cawe Jokowi Terhadap Hukum

27 Jun 2024 : 09.18 Views 4

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

2 Raksasa Eropa Batal Investasi Pabrik Nikel di Indonesia, Stefan Antonio: Dampak dari Cawe-cawe Jokowi Terhadap Hukum

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- 2 perusahaan asal Eropa yakni Eramet dan BASF memutuskan untuk membatalkan investasi bersama dalam pembangunan pemurnian nikel-kobalt di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku.

Diketahui sebelumnya, Eramet dan BASF sudah melakukan penandatanganan perjanjian dalam study kelayakan pembangunan pabrik nikel-kobalt pada tahun 2020.

Mengutip mining technology, rencananya pabrik tersebut dibangun untuk memperkuat rantai pasok baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).

Nilai investasi yang melibatkan Eramet dan BASF untuk membangun smelter nikel-kobalt di Weda Bay itu berkisar US$ 2,6 miliar.

Pegiat media sosial, Stefan Antonio melalui akun @StefanAntonio__ di X, turut mengomentari kabar tersebut. Menurutnya, investasi asing rontok dan batal salah satunya dipicu begitu mudahnya aturan diubah di tengah jalan oleh penguasa.

"Satu per satu Investor Asing RONTOK. Dua Raksasa Investor Nickel BATAL INVEST. Pemuja Jokowi masih mau bilang Jokowi Hebat ??!!," tulisnya, dikutip Rabu (26/6/2024).

"Kepercayaan Asing betul betul sudah Hancur terhadap Negri ini .. Inilah dampak dari cawe cawe Jokowi terhadap hukum di Negri ini .. Asing jadi sudah tidak percaya lagi kepada Indonesia," lanjut Mas Steff, sapaannya.

"Investor yang sudah tanam Dana, sejak awal tahun ramai ramai tarik dana .. Sekarang Investor yang mau taroh dana pun batal taroh dana. Mau jadi apa Negara ini Bro @jokowi ??!!!," tutup Mas Steff.

Sebagai tambahan informasi, hengkangnya kedua perusahaan tersebut lantaran, pertumbuhan penjualan baterai EV di negara Asia Tenggara terbilang lambat.

Namun, Eramet mengklaim masih berkomitmen untuk mengevaluasi potensi investasi lain di sektor nikel Indonesia untuk baterai EV dan berniat untuk terus memberikan informasi terbaru kepada para pemangku kepentingan mengenai perkembangannya.

Di sisi lain, BASF selaku perusahaan Jerman tersebut telah menyatakan bahwa mereka akan menghentikan semua kegiatan yang sedang berlangsung terkait dengan proyek Weda Bay.

"Pasokan bahan baku penting yang aman, bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk produksi bahan aktif katoda prekursor, yang mungkin juga berasal dari Indonesia, tetap penting untuk pengembangan masa depan bisnis bahan baterai kami." terang Presiden Divisi BASF Catalysts, Daniel Schonfelder, mengutip MiningTechnology berdasarkan laporan Bloomberg, Rabu (26/6/2024).

"Setelah melakukan evaluasi menyeluruh, kami telah menyimpulkan bahwa kami tidak akan melaksanakan proyek pemurnian nikel-kobalt di Weda Bay," ungkap Anggota Dewan Direktur Eksekutif BASF, Anup Kothari. (bs-sam/fajar)

Sentimen: netral (40%)