Sentimen
Negatif (66%)
10 Mei 2024 : 21.39
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Kalibata, Karet, Tanjung Priok, Purwakarta

Kasus: pengangguran, PHK

Tokoh Terkait

5 Fakta Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Alami Kerugian-Ratusan Karyawan Kena PHK

10 Mei 2024 : 21.39 Views 20

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

5 Fakta Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Alami Kerugian-Ratusan Karyawan Kena PHK

PIKIRAN RAKYAT - Setelah penutupan pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat, menarik perhatian masyarakat. Kementerian Perindustrian mengadakan dialog dengan pimpinan PT Sepatu Bata pada Rabu, 8 Mei 2024 di Jakarta.

Dalam pertemuan tersebut, manajemen PT Sepatu Bata menjelaskan kembali alasan penutupan pabriknya dan fokus mereka pada bisnis ritel untuk menjaga kelangsungan bisnis.

Sebelumnya, perusahaan alas kaki ini mengalami penurunan produksi dan kerugian dalam beberapa tahun terakhir. Berikut 6 fakta di balik penutupan perusahaan tersebut:

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta DitutupCorporate Secretary Bata, Hatta Tutuko, dalam keterangan kepada BEI pada 2 Mei 2024, menyebut alasan penutupan pabrik di Purwakarta adalah karena perusahaan tidak lagi mampu melanjutkan produksi di sana.

Dia menjelaskan bahwa permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang diproduksi di pabrik juga terus menurun.

"Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat," kata Hatta dalam keterangannya.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 31 Desember 2023, Bata mencatat penjualan bersih sebesar Rp609,61 miliar pada tahun 2023. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencapai Rp643,45 miliar.

Alami KerugianPada tahun 2018, mereka mampu mencetak 3,5 juta pasang alas kaki, namun jumlah tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai 1,15 juta pasang sepanjang tahun lalu.

Akibatnya, mereka mengalami peningkatan kerugian setiap tahun dan nilai asetnya pun menurun.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2023, PT Sepatu Bata mencatat rugi bersih sebesar Rp190,28 miliar. Rugi ini meningkat hampir 80% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022 yang mencapai Rp105,91 miliar.

Kemudian, terungkaplah fakta bahwa mereka memutuskan untuk menutup pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat, pada tanggal 30 April 2024.

Kurangnya InovasiPengamat Bisnis & Pemasaran Managing Partner Inventure, Yuswohady, menyatakan bahwa penurunan penjualan sepatu Bata adalah hasil dari proses penuaan merek.

“Proses penuaan itu sebenarnya sudah terjadi sejak lama, sejak 90-an itu sudah terjadi. Dan dia menarik, jarang ada merek yang bisa seperti Bata, karena brand global melokal itu tidak banyak,” ungkap Yuswohady kepada BBC News Indonesia.

Meskipun ia mengakui Bata sempat mengalami masa kejayaan pada era 70-an hingga 80-an, namun masa itu telah berlalu. Akibatnya, menurut Yuswohady, ceruk pasar dari merek tersebut adalah orang-orang yang masih mengingat masa kejayaan tersebut, yaitu Generasi X dan Boomer.

Sementara itu, Generasi X dan Boomer kini mulai memasuki masa pensiun, yang berarti daya beli mereka juga menurun. Oleh karena itu, merek-merek harus mampu menarik generasi-generasi yang memiliki daya beli yang semakin meningkat, terutama Milenial dan Generasi Z.

“Pendapatan yang besar, adanya itu di Milennial. Ketika Milennial itu menguasai pasar, tetapi Bata tidak mampu melakukan regenerasi konsumen. Makanya dia penjualannya (menurun),” kata Yuswohady.

Ia menjelaskan bahwa Milenial kurang tertarik dengan Bata karena citra merek tersebut dianggap sebagai merek yang kuno atau tidak sesuai zaman.

Sementara itu, Milenial lebih suka dengan merek-merek lokal yang diproduksi oleh generasi muda sehingga memiliki desain dan gaya pemasaran yang sesuai dengan tren saat ini.

“Semua yang merancang (merek-merek lokal baru) adalah orang-orang Milennial. Sehingga dia otomatis gaya sepatunya semua adalah gaya anak muda. Jadi setiap merek ada zamanya,” ujarnya.

Pembatasan Impor Bahan Baku jadi PenyebabPengamat ekonomi dari Indef, Andry Satrio Nugroho, menyatakan bahwa situasi yang dialami oleh Bata tidak terlepas dari kebijakan pemerintah terkait pembatasan impor bahan baku, yang disebutnya merugikan perusahaan alas kaki. Kehadiran bahan baku impor memiliki peran penting bagi industri mereka.

Jika pemerintah tidak merevisi peraturan tersebut setidaknya hingga pertengahan tahun, Andry memprediksi kinerja industri akan melambat hingga 4 persen.

Dalam keterangan terpisah, Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan bahwa penutupan pabrik PT Sepatu Bata tidak terkait dengan kenaikan tarif impor.

"Kenaikan tarif impor lebih disebabkan karena penguatan Dollar AS dan bukan karena pemberlakuan lartas (larangan dan pembatasan) bahan baku impor," kata Febri dalam keterangan tertulis kepada BBC News Indonesia, Kamis, 9 Mei 2024.

Di sisi lain, pengamat pemasaran dan bisnis, Yuswohady, menyoroti kurangnya inovasi dalam pemasaran dan pengembangan merek, yang membuat merek Bata mengalami kesulitan dalam menarik generasi milenial dan Gen Z.

Ratusan Karyawan di-PHKRatusan karyawan pabrik alas kaki Bata kehilangan pekerjaan setelah perusahaan menutup operasional pabriknya di Purwakarta. Penutupan ini menambah jumlah pabrik yang tutup dalam beberapa tahun terakhir dan meningkatkan tingkat pengangguran.

“Mendadak. Hari Jumat pagi karyawan dikumpulkan langsung pengumuman Bata stop produksi,” kata Dani Mardani selaku Ketua Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Aneka Industri (PUK SPAI) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) di perusahaan itu, Minggu 5 Mei 2024.

Ia menambahkan bahwa jumlah karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) mencapai 300 orang. Jumlah ini terdiri dari pekerja pabrik di Purwakarta dan staf kantor di Jakarta.

Sejarah Sepatu Bata di Indonesia

Bata adalah salah satu merek sepatu tertua di Indonesia, namun sebenarnya, Bata bukanlah merek lokal tetapi berasal dari Cekoslowakia.

Perusahaan ini didirikan oleh pengusaha bernama Tomas Anna dan Antonin Beta pada tahun 1894 di Zlin, Cekoslowakia. Mereka kemudian melakukan ekspansi ke berbagai benua seperti Eropa, Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Amerika Utara. Produk-produk Bata telah tersebar di lebih dari 50 negara dengan produsen yang berbasis di 26 negara.

Menurut situs resminya, Bata telah menjual sepatu di Indonesia sejak tahun 1931, 14 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, Bata bermitra dengan Netherlandsch-Indisch sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok.

Pada tahun 1937, Tomas Bata mendirikan pabrik sepatu di tengah perkebunan karet di daerah Kalibata, Jakarta Selatan. Produksi sepatu di Indonesia dimulai oleh Bata pada tahun 1940.

PT Sepatu Bata Tbk. terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada 24 Maret 1982. Pada tahun 1994, pembangunan pabrik sepatu Bata di Purwakarta selesai. Namun, 30 tahun kemudian, manajemen Bata memutuskan untuk menutup pabrik tersebut.***

Sentimen: negatif (66.3%)