Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: Sukabumi, Yogyakarta
Ada Apa dengan Joko Pinurbo dan 'Celana'? Ternyata Ada Syair Tuhan di Baliknya
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT - Kabar duka menyelimuti dunia sastra Tanah Air. Seniman syair legenda, Joko Pinurbo menghembuskan nafas terakhirnya, Sabtu pagi, 27 April 2024.
Ramai dalam berbagai pesan mengantar kepergian Joko Pinurbo di media sosial, mendiang dikaitkan dengan 'celana'. Mengapa demikian?
Kata 'celana' dikait-kaitkan dengan Jokpin lantaran salah satu judul puisi masyhurnya bertajuk 'Celana Ibu'. Bukan hanya sekadar rangkaian kata, puisi ini mencerminkan Tuhan dan iman yang dipercayai sang seniman.
Dalam sebuah pembacaan yang mendalam, "Celana Ibu" menghadirkan metafora yang kuat dan permainan kata yang mengundang refleksi mendalam.
Dilansir dari buku Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan/Joko Pinurbo tahun 2013, berikut isi puisi Celana Ibu yang mengisahkan kebangkitan Yesus dalam kepercayaan nasrani:
Celana Ibu
Maria sangat sedih
menyaksikan anaknya
mati di kayu salib tanpa celana
dan hanya berbalutkan sobekan jubah
yang berlumuran darah.
Ketika tiga hari kemudian
Yesus bangkit dari mati,
pagi-pagi sekali Maria datang
ke kubur anaknya itu, membawa
celana yang dijahitnya sendiri
dan meminta Yesus mencobanya.
"Paskah?" tanya Maria.
"Pas!" jawab Yesus gembira.
Mengenakan celana buatan ibunya,
Yesus naik ke surga.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Buku Puisi Joko Pinurbo, Bahasa Sederhana yang Sarat Makna
Profil Joko Pinurbo
Joko Pinurbo lahir 11 Mei 1962 di Sukabumi, Jawa Barat. Semenjak lulus kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Sanata Dharma, Yogyakarta 1987, Ia sempat mengajar di almamaternya sembari mengurus majalah Basis.
Tulisan-tulisannya selalu mengusung genre kontemporer. Bahkan sudah banyak puisi karya Joko Pinurbo yang terkenal dan diakui oleh masyarakat.
Celana (1999), Di Bawah Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku (2002), Telepon Genggam (2003), Kekasihku (2004), Pacar Senja: Seratus Puisi Pilihan (2005), Kepada Cium (2007), Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007), Tahilalat (2012), Haduh, aku di-follow (2013), Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan (2013).
Joko Pinurbo juga menulis esai yang dimuat di beberapa surat kabar seperti Horison, Basis, Kalam, Citra Yogya, Jurnal Puisi, Mutiara, Suara Pembaruan, Media Indonesia, Republika, Kompas, dan Bernas. Bahkan beberapa puisi Jokpin juga dimuat di beberapa antologi seperti Tugu (1986), Tonggak (1987), Sembilu (1991), Ambang (1992), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), dan Utan Kayu Tafsir dalam Permainan (1998). ***
Sentimen: positif (99.9%)