Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Tokoh Terkait

Dokter Tifa
Dokter Tifa Kecam Kematian Suryati: Dana Bansos Rp471 Triliun Habis, Warga Meninggal Kelaparan
Fajar.co.id
Jenis Media: Nasional

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kematian seorang perempuan bernama Suryati (35) karena kelaparan pasca-lebaran Idulfitri 2024 mengguncang publik.
Dokter Tifa, atau Tifauzia Tyassuma, seorang pegiat media sosial, angkat suara mengecam keadaan ini yang menimbulkan kegeraman di kalangan masyarakat.
Lebaran dikenal sebagai momen perayaan kemenangan bagi umat Muslim yang seringkali diidentikkan dengan keberlimpahan makanan.
Namun, kematian Suryati setelah perayaan tersebut mengundang kecaman keras.
Dalam kicauannya, Tifa menyoroti penggunaan dana bansos sebesar Rp471 triliun yang dinilainya habis demi kepentingan politik.
"Negara memainkan dana bansos Rp 471 Triliun demi kekuasaan," ujar Tifa dalam keterangannya di aplikasi X @DokterTifa (18/4/2024).
Sementara itu, warga negara meninggal karena kelaparan dan kurangnya akses terhadap kebutuhan pokok.
"Tapi membiarkan warganya meninggal kelaparan sampai tulang balut kulit begini?," cetusnya.
Mengutarakan kekesalannya, Tifa menyatakan bahwa Presiden Indonesia layak masuk neraka yang paling dalam.
"Presidennya layak masuk Neraka paling Jahanam!," tandasnya.
Komentar tersebut mencerminkan kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah dalam menangani masalah kesejahteraan sosial.
Bukan hanya itu, tapi juga tentang perlindungan terhadap warga negara, terutama mereka yang berada dalam kondisi rentan seperti Suryati.
Sebelumnya, warga Desa Sungai Jernih, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumsel, dirundung duka atas kematian Suryati (35) pada Rabu (13/4/2024) pukul 18.00 WIB, tengah-tengah perayaan Idul Fitri.
Kabar memilukan ini mengejutkan masyarakat, terutama karena Suryati diduga meninggal dunia karena kelaparan, saat umat Muslim merayakan kemenangan setelah sebulan berpuasa.
Kematian Suryati terjadi di tengah-tengah keberlimpahan makanan dan minuman yang ada di setiap rumah, ketika orang-orang berkumpul untuk merayakan lebaran dengan sukacita.
Suryati dan suaminya, Rudi Putra Mahani (35), hidup dari meminta-minta untuk memperoleh makanan sehari-hari.
Rudi, sebagai kepala keluarga, tidak memiliki pekerjaan tetap, dan mereka bergantung pada belas kasihan warga untuk makanan dan perawatan medis bagi Suryati yang sedang sakit.
Kondisi keluarga semakin sulit karena kedua anak mereka sudah ditempatkan di panti asuhan, karena Rudi dan Suryati tidak mampu memberikan kehidupan yang layak bagi mereka.
Tragedi ini menyisakan tanya besar tentang kecukupan jaringan sosial dan perlindungan sosial bagi warga yang membutuhkan, serta menyoroti masalah kemiskinan dan ketidaksetaraan akses terhadap kebutuhan dasar di masyarakat.
Kematian Suryati juga menegaskan urgensi untuk tindakan yang lebih konkret dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan perlindungan terhadap kelompok rentan dalam masyarakat.
(Muhsin/fajar)
Sentimen: positif (94.1%)