Sentimen
Positif (66%)
14 Apr 2024 : 02.34
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Institusi: UGM, Universitas Trisakti

Kab/Kota: Tangerang, Depok, Malang, Kebon Jeruk

Kasus: covid-19, Kemacetan

Tokoh Terkait

Banyak Orang yang Jenuh dengan Jakarta karena Setumpuk Persoalan

14 Apr 2024 : 02.34 Views 30

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Banyak Orang yang Jenuh dengan Jakarta karena Setumpuk Persoalan

PIKIRAN RAKYAT - Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) DKI Jakarta memperkirakan adanya penurunan pendatang baru setelah Lebaran 2024. Berdasarkan perkiraan, akan ada 15.000—20.000 pendatang baru yang datang ke Jakarta, turun bila dibandingkan dengan jumlah pendatang baru setelah Lebaran 2022 dan 2023.

Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada Arie Sujito mengungkapkan, banyak orang jenuh dengan Jakarta lantaran memiliki setumpuk masalah yang menjadi daya halau, atau sesuatu yang mendorong orang pergi.

Dia bilang, kejenuhan akan kota itu terjadi akibat dari gejala soal kerusakan ekologi, keamanan, banyak kasus kekerasan, kepengapan, polutan, dan sebagainya. Pasalnya, selain bekerja, orang juga membutuhkan kenyamanan.

Belum lagi, perkembangan teknologi, menurut dia, memungkinkan orang untuk bekerja dari jarak jauh. Selama ada jaringan internet yang memadai, pekerjaan bisa dikerjakan di mana saja.

Daya tarik Jakarta memudar

Ilustrasi pekerja kantor di Jakarta.

Sementara menurut pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna, biaya hidup di Jakarta menjadi faktor penting yang membuat daya tarik kota metropolitan itu memudar. Karena itu, banyak orang yang kini merasa tak perlu ngoyo di Jakarta dan lebih memilih bekerja di daerah asalnya, karena ogah mengorbankan kenyamanan.

Yayat mengungkapkan, kendati hidup di kampung tak mewah, toh kebutuhan masih tetap terpenuhi. Apalagi, pembangunan infrastruktur sudah menyentuh daerah-daerah terpencil dan ekonomi desa bisa tumbuh secara mandiri tanpa dukungan kota, sehingga menciptakan berbagai peluang kerja.

"Kalau pertaruhannya terlalu besar, mereka lebih baik balik ke kota asal," tutur dia, seperti dilansir dari BBC News Indonesia.

Cerita warga yang tinggalkan Jakarta

Sejumlah kendaraan berjalan perlahan saat terjebak macet di Jalan Wolter Mongonsidi, Jakarta, Senin 4 April 2022. Pelonggaran aturan pembatasan kegiatan masyarakat terkait pandemi Covid-19 membuat sejumlah perusahaan kembali memberlakukan aturan bekerja di kantor sehingga menyebabkan kemacetan di sejumlah ruas jalan ibu kota saat jam berangkat dan pulang kerja.

Maria Miracellia Bo adalah salah satu warga luar kota yang sempat merasakan kehidupan di Jakarta. Dia merantau dari Malang, Jawa Timur, pada 2009, berkuliah S1 di Tangerang, Banten.

Mira lulus pada 2013, sempat bekerja di dua kantor berbeda di Jakarta. Kendati demikian, dia tidak memilih indekos di Jakarta, melainkan di Tangerang untuk menghemat biaya hidup.

Selain bekerja, Mira juga menamatkan S2 di salah satu kampus di Depok, Jawa Barat. Perempuan asal Malang itu baru benar-benar tinggal di Jakarta setelah menikah pada 2020.

Kala itu, dia dan suaminya tinggal di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Namun, cuma setahun mereka tinggal di sana. Setahun berselang, Mira dan suami sama-sama mendapatkan pekerjaan yang bisa dikerjakan dari jarak jauh.

Lantara tak ada kebutuhan untuk berkantor di Jakarta, dia pun mengusulkan untuk pindah ke Bali. Suaminya setuju. Hitungan keuangan pun masuk. Mira dan suaminya bertahan di Bali hingga kini.

Mira meninggalkan Jakarta lantaran tiga hal, yakni macet, banjir, dan penuh kebisingan. "Di Jakarta itu, semua orang kayak emosian aja."

Sementara di Bali, menurutnya, orang-orangnya lebih santai. Sehingga, pas keluar rumah terasa lebih nyaman.***

Sentimen: positif (66.3%)