Sentimen
Netral (66%)
9 Mar 2024 : 07.35
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Event: Sidang Isbat 1 Syawal, sidang isbat

Grup Musik: APRIL

Tokoh Terkait
Ismail Fahmi

Ismail Fahmi

Thomas Djamaluddin

Thomas Djamaluddin

Awal Puasa Berpotensi Berbeda, BRIN Sebut Dua Faktor Penyebabnya

9 Mar 2024 : 07.35 Views 6

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Awal Puasa Berpotensi Berbeda, BRIN Sebut Dua Faktor Penyebabnya

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Awal puasa Ramadan di Indonesia pada tahun 2024 berpotensi terjadi perbedaan. Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa pada 11 Maret 2024, sementara pemerintah akan menentukan setelah sidang Isbat pada 10 Maret 2024.

Menanggapi hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan ada dua alasan terjadinya perbedaan awal puasa Ramadan dan persamaan Lebaran di Indonesia pada 2024.

"Kalau dilihat dari prinsip kalender, perbedaan itu terjadi karena perbedaan kriteria dan perbedaan otoritas," kata Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin di Jakarta, Jumat (8/3) seperti dikutip dari Antara.

Thomas membeberkan kriteria hilal yang secara resmi diterapkan pemerintah Indonesia dan ormas-ormas Islam adalah tinggi minimal tiga derajat Celcius, dan elongasi atau jarak pisah bulan dengan matahari sebesar 6,4 derajat.

Menurutnya, kriteria tersebut juga sudah disepakati oleh para menteri agama di Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Singapura (MABIMS).

Kawasan yang memenuhi kriteria 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat berada di Benua Amerika, sedangkan Asia Tenggara termasuk di dalamnya Indonesia belum memenuhi kriteria itu, sehingga kemungkinan besar hasil rukyat pada 10 Maret 2024 tidak ada yang berhasil.

Berdasarkan hal itulah awal Ramadan di Indonesia kemungkinan jatuh pada 12 Maret 2024.

Namun, sejumlah ormas juga menggunakan metode lain untuk menetapkan awal puasa Ramadan serta Idul Fitri, yaitu menggunakan wujudul hilal.

Menurut salah satu ormas, pada 10 Maret 2024 di Indonesia, posisi Bulan sudah di atas ufuk dan sudah positif.

Sebagai informasi, di Jakarta, posisi bulan tingginya 0,7 derajat dan elongasi sudah di atas ufuk, namun masih kurang dari 6,4 derajat.

Atas dasar itulah organisasi masyarakat tersebut memutuskan awal puasa Ramadan jatuh pada 11 Maret 2024.

"Pemerintah mengumumkan pada sidang isbat, tapi otoritas ormas dan pimpinan ormas sudah mengumumkan lebih dahulu," ujarnya.

Meski awal Ramadan berbeda, Thomas juga menilai, ada persamaan dalam hal tanggal Lebaran, sehingga pemerintah maupun organisasi masyarakat kemungkinan bisa merayakan Idul Fitri bersama-sama.

Untuk rinciannya, pada 9 April 2024, posisi Bulan di wilayah Indonesia sudah cukup tinggi lebih dari 6 derajat dan elongasi sekitar 8 derajat.

Hitung-hitungan tersebut berarti sudah memenuhi kriteria MABIMS, yakni minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

"Saat sidang isbat tanggal 9 April 2024 akan diputuskan bahwa Idul Fitri jatuh pada 10 April 2024. Itu sama dengan kriteria wujudul hilal yang sudah dilakukan salah satu ormas, sehingga nanti Idul Fitri akan seragam tanggal 10 April 2024," imbuhnya.

Sementara itu, Kasubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama Ismail Fahmi meminta masyarakat bisa saling menghormati terkait adanya potensi perbedaan dalam hal awal puasa Ramadan.

"Ramadan adalah bulan suci agar kita suci, maka kita mengawali dengan hal yang suci, jauhkan kata-kata yang justru membuat kegalauan," ucap Ismail. (*)

Sentimen: netral (66.6%)