Sentimen
Negatif (100%)
20 Feb 2024 : 08.31
Informasi Tambahan

Event: Pemilu 2019

Institusi: UGM

Kab/Kota: Yogyakarta, Kubu Raya, Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu

Tokoh Terkait
Khoirunnisa Nur Agustyati

Khoirunnisa Nur Agustyati

Kisah Petugas KPPS di Pidie Aceh Kerja Keras Persiapkan Pemilu 2024 hingga Meninggal Dunia

20 Feb 2024 : 08.31 Views 5

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Kisah Petugas KPPS di Pidie Aceh Kerja Keras Persiapkan Pemilu 2024 hingga Meninggal Dunia

PIKIRAN RAKYAT - Hingga 17 Februari 2024, ada 57 petugas Pemilu 2024 yang meninggal dunia, terdiri dari anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Panitia Pemungutan Suara (PPS), petugas perlindungan masyarakat (Linmas), saksi, dan pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS). Sedangkan laporan BBC News Indonesia yang menggabungkan data Kemenkes dengan angka dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), kematian petugas pemilu mencapai 100 orang, lebih dari 7.000 lainnya sakit.

Pada Pemilu 2024, ada 5.741.127 anggota KPPS yang bertugas di 820.161 TPS yang tersebar. Abdurrahman merupakan satu di antara jutaan petugas pemilu yang bertugas. Dia adalah anggota KPPS Desa Barieh, Pidie, Aceh.

Abdurrahman meninggal dunia pada 10 Februari 2024, empat hari sebelum hari pencoblosan serentak. Istri Abdurrahman, Habibah, mengungkapkan bahwa belahan hatinya itu mendadak sakit sepulang dari sawah. Anggota KPPS Desa Barieh itu meninggalkan Habibah dan tiga anak laki-laki.

"Tiba-tiba pulang dari sawah dia sakit," kata dia menerangkan.

Ibu tiga anak itu berharap, ada santunan dari pemerintah, apalagi melihat suaminya yang telah bekerja keras dalam mempersiapkan pemilu.

Masyarakat bingung

Petugas KPPS menunjukkan surat suara pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden saat perhitungan surat suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 17, Pulau Kelapa, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu, 14 Februari 2024.

Direktur Eksekutif Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati bilang, sistem pemilu di Indonesia yang kompleks dan rumit mesti dipisahkan. "Pemilu yang nasional ya nasional, yang lokal ya lokal. Itu akan lebih memudahkan."

Selain itu, pemilu serentak membuat pemilih kerap cuma berfokus pada kandidat presiden dan wakil presiden, sehingga para calon anggota legislatif atau caleg menjadi terlupakan. Akhirnya, saat masuk ke TPS pemilih bingung menghadapi banyaknya pilihan caleg dan cenderung memilih selebriti yang wajahnya dirasa familiar.

Padahal, menurut Neni, sebetulnya secara kapasitas, secara politik gagasan, caleg artis sama sekali kurang. "Ini yang sebenarnya sangat disayangkan."

"Karena masyarakat bingung, ya sudah akhirnya masyarakat coblos saja yang mereka tahu yang mereka kenal," katanya lagi.

Harus ada tenaga kesehatan

Ilustrasi tenaga kesehatan.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyati menilai, semestinya ada tenaga kesehatan yang berjaga dan siap membantu bila ada petugas yang sakit, lantaran mempertimbangkan beban kerja petugas di lapangan.

"Memang beban kerjanya berat sekali," kata dia.

Selain jam kerja panjang, di Pemilu 2024 para petugas di lapangan menghadapi pelbagai permasalahan, seperti hambatan teknis, kurangnya surat suara, hasil penghitungan suara yang tak sesuai dengan jumlah surat, dan Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) KPU yang kerap tak bisa diakses.

"Karena ujung tombak penyelenggaraan itu KPPS, kalau misalnya ada hambatan, pasti KPPS-nya duluan yang bakal kena," ucapnya, seperti dilaporkan BBC News Indonesia.

Kondisi Pemilu 2019

Pekerja mengangkut bilik suara Pemilu 2024 ke gudang penyimpanan logistik Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kubu Raya di Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Rabu, 1 November 2023.

Berdasarkan riset Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta, beban kerja tinggi harus dihadapi petugas Pemilu 2019. Sebelum hari H pencoblosan, secara median mereka bekerja selama 7,5—11 jam untuk mempersiapkan Tempat Pemungutan Suara (TPS), dan 8—48 jam guna mempersiapkan dan mendistribusikan undangan. Pada hari H pencoblosan, jam kerja mereka 20—22 jam.

Per Mei 2019, 12 petugas pemilu di Yogyakarta meninggal dunia. Tim peneliti UGM mewawancarai anggota keluarga korban, menemukan fakta bahwa seluruh korban berjenis kelamin laki-laki, berusia 46—67 tahun, 80 persen di antaranya memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, 90 persen memiliki riwayat merokok.

Selain itu, 89,2 persen dari 74 petugas pemilu yang sakit merasa memiliki tuntutan kerja yang tinggi, sedangkan cuma 74,2 persen dari 138 dari petugas yang sehat. "Kondisi tersebut mengakibatkan petugas pemilu yang sakit memiliki tingkat kelelahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petugas yang sehat," ujar tim peneliti UGM.***

Sentimen: negatif (100%)