Sentimen
Negatif (99%)
2 Feb 2024 : 07.05
Informasi Tambahan

Agama: Katolik

Pendukung Fanatik Capres-Cawapres Rentan Terkena Depresi

2 Feb 2024 : 07.05 Views 6

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Pendukung Fanatik Capres-Cawapres Rentan Terkena Depresi

PIKIRAN RAKYAT - Situasi Pemilu 2024 berpengaruh terhadap emosi para pendukung fanatik capres-cawapres di Pilpres 2024. Kesehatan dan pemilu bahkan menjadi bahan penelitian di pelbagai negara, kebanyakan menghubungkan antara pemilih dengan beberapa masalah kesehatan, salah satunya kesehatan mental.

Pilpres Amerika Serikat pada tahun 2020 contohnya. Dalam penelitian Timothy Fraser yang dirilis Cambridge University Press menyebut, pemilihan presiden itu berdampak terhadap gangguan mental masyarakatnya, diperkirakan 12,5 persen orang Amerika Serikat mengalami gejala yang sesuai dengan kemungkinan diagnosis Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).

American Psychological Association (APA) melaporkan, 68 persen orang dewasa Amerika Serikat menyatakan kalau Pilpres Amerika Serikat 2020 merupakan sumber stres yang signifikan dalam hidupnya. Dokter spesialis kedokteran jiwa RS Jiwa Daerah Abepura Manoe Bernd Paul menilai, berita pemilu sampai komentar bernada emosional di media sosial dan obrolan langsung yang semakin intens, bisa memengaruhi psikologis seseorang.

Manoe Bernd Paul juga menilai, pemilih fanatik berisiko lebih besar mengalami respons stres bila dibandingkan dengan pemilih rasional atau pemilih yang belum menentukan pilihannya. Banyak di antara para pendukung yang sudah menjadi pendukung militan, cenderung lebih mudah terstimulasi emosinya kala figur pilihannya mendapat kritik atau serangan.

"Gejalanya mulai dari kecemasan, preokupasi terkait tema-tema pemilu, gangguan pola tidur, pola makan, sampai mempengaruhi fisiknya, seperti sakit kepala, sakit-sakit bagian tubuh lainnya hingga mengganggu relasi keluarga, teman, pekerjaan, sekolah dan aktivitas sehari-hari," tutur dia menerangkan.

Berisiko mengalami kecemasan

Ilustrasi kesehatan mental

Psikolog dari Universitas Katolik Parahyangan Ignatia Ria Natalia menyebut, pendukung fanatik memiliki kecenderungan menaruh harapan berlebihan terhadap sosok yang diidolakannya itu, bahkan sampai mengkultuskan bak 'orang suci'. Pendukung fanatik berisiko mengalami kecemasan yang tidak terkendali, lantaran pusat perhatian dan seluruh energinya terkuras pada sosok jagoannya itu.

"Yang kedua, para pendukung fanatik itu bisa rentan terkena depresi, tertekan kalau misalkan orang yang dia dukung kalah, kemudian menerima hujatan, terlebih menerima hujatan di media sosial dan dia tidak siap dengan itu," kata dia.

"Sebenarnya yang menjadi semrawut itu kan bukan tentang si pasangan calonnya masing-masing, tetapi si pendukung-pendukung fanatik ini yang bikin rusuh sebenarnya," ucapnya lagi, seperti dilaporkan BBC News Indonesia.

Berdasarkan rekapitulasi penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT), total DPT Pemilu 2024 ada 204.807.222 orang, terdiri dari 102.218.503 laki-laki dan 102.588.719 perempuan. Jumlah tersebut tersebar di 823.532 TPS, TPS luar negeri, pemungutan suara via Pos, dan Kotak Suara Keliling (KSK).

Pemilih generasi milenial dan Gen Z mendominasi DPT Pemilu 2024. Ada 66.822.389 orang dari kalangan milenial dan 46.800.161 orang generasi Z dari 204.807.222 DPT.***

Sentimen: negatif (99.2%)