Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Yogyakarta, Kulon Progo
Tokoh Terkait
Momen Ganjar Minta Maaf pada Penyandang Tunarungu karena Tak Bawa Penerjemah saat Kampanye
Kompas.com
Jenis Media: Nasional
/data/photo/2024/01/28/65b647670358a.jpg)
KULON PROGO, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo nampak meminta maaf kepada penyandang tunarungu saat ia tengah berorasi di Alun-alun Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (28/1/2024).
Mulanya, Ganjar fokus berorasi di depan ratusan massa yang memadati alun-alun. Pandangannya lalu tertuju pada seseorang di sebelah kiri panggung. Sebab, dia memperagakan diri tidak bisa mendengar apapun yang dikatakan Ganjar.
Ganjar mengaku merasa bersalah lantaran tidak membawa juru bahasa isyarat setiap kampanye di berbagai kota.
"Ini ada anak yang menyampaikan ke saya, saya harus minta maaf karena saya enggak punya penerjemah. Ini ada kelompok tuli, saya mau siapa dulu," kata Ganjar di acara tersebut, Minggu.
Baca juga: Juru Bahasa Isyarat dan Kebutuhan Rekan Disabilitas Dalam Debat Capres-Cawapres
Mantan Gubernur Jawa Tengah ini bergerak ke sisi kiri panggung dan mengajak anak tersebut untuk naik.
Sesaat setelahnya, Ganjar memilih untuk mencopot rompi hitam yang dia pakai, dan memberikannya ke anak tersebut. Diketahui, rompi hitam dengan tulisan "Sat-set, Tas-tes" ini adalah rompi yang kerap digunakan Ganjar saat berkampanye. naik
Di saat yang sama, Ganjar mengucapkan terima kasih karena telah hadir di acara kampanyenya yang bertema "Hajatan Rakyat".
" Ya, ya terima kasih (sudah hadir)," tuturnya.
Setelah memberi rompi, Ganjar kembali berjalan ke tengah panggung dan melanjutkan orasi.
Baca juga: KPU DKI Upayakan Semua TPS Pemilu 2024 Ramah Disabilitas
Ia mengingatkan, disabilitas perlu mendapatkan perhatian. Sebab saat menyiapkan rancangan pembangunan, kelompok ini bersama kelompok rentan, perempuan, dan anak-anak, kerap kali ditinggalkan.
"Maka kita perhatikan agar kesetaraan itu ada termasuk dalam pendidikannya. Tentu saja semua mimpi itu dijawab, saya dan Pak Mahfud mencoba membangun komitmen, kita mendengarkan masyarakat sipil, mendengarkan panjenengan semuanya," jelas Ganjar.
Lebih lanjut Ganjar mengaku akan lebih arif dan bijaksana untuk menyiapkan kebutuhan penyandang disabilitas, termasuk saat berkampanye ke berbagai daerah.
Ia mengaku salah karena saat kampanye akbar diadakan gegap gempita, penyandang tunarungu justru memiliki keterbatasan untuk mendengar.
"Saya sedih pada soal itu, maka tadi ada salah satu yang mengingatkan. Tadi di Medan juga ada yang sama, mengharukan. Maka kadang-kadang kami membayar dengan hal yang sederhana, kami turun dan mereka minta foto. Rasanya itu sudah senang," jelas Ganjar.
-. - "-", -. -
Sentimen: positif (66%)