Sentimen
Positif (65%)
18 Jan 2024 : 08.48
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Event: Ramadhan, Idul Adha 1441 Hijriah

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Yogyakarta

Tokoh Terkait

Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan 1445 H Jatuh pada 11 Maret 2024

18 Jan 2024 : 08.48 Views 62

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan 1445 H Jatuh pada 11 Maret 2024

PIKIRAN RAKYAT - Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara resmi menetapkan awal bulan Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada Senin, 11 Maret 2024. Keputusan ini diambil berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid.

Surat resmi yang memuat penetapan ini, yang ditandatangani oleh Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Hamim Ilyas, dan Atang Solihin, menyebutkan bahwa tanggal 1 Ramadan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 M.

Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa pada hari Ahad, 29 Syakban 1445 H, yang bertepatan dengan 10 Maret 2024, ijtimak menjelang Ramadan 1445 H terjadi pada pukul 16:07:42 WIB. Tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta menunjukkan bahwa hilal sudah wujud.

Pada saat matahari terbenam tanggal 10 Maret 2024, bulan berada di atas ufuk (hilal sudah wujud) kecuali di beberapa wilayah tertentu seperti Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.

Selain menetapkan awal Ramadan, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan tanggal 1 Syawal 1445 H (Idul Fitri 2024) dan 1 Zulhijah 1445 H.

Untuk 1 Syawal 1445 H/Idul Fitri 2024, tanggal tersebut jatuh pada Rabu Pahing, 10 April 2024 Masehi. Ijtimak menjelang Syawal 1445 H terjadi pada hari Selasa, 30 Ramadhan 1445 H, bertepatan dengan 9 April 2024, pukul 01:23:10 WIB.

Sementara itu, 1 Zulhijah 1445 H jatuh pada Sabtu, 8 Juni 2024. Hari Arafah (9 Zulhijjah) akan jatuh pada Minggu, 16 Juni 2024, dan Idul Adha pada Senin, 17 Juni 2024, sesuai dengan penetapan yang telah disampaikan oleh Muhammadiyah.

Metode Penetapan 1 Ramadhan 1445 H

Dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, Muhammadiyah menggunakan metode hisab dan Rukyah. Metode hisab dan Rukyah menjadi dua pendekatan yang umum digunakan dalam menentukan awal puasa, khususnya dalam menetapkan bulan Ramadan dan Syawal. Kedua metode ini memiliki ciri khasnya masing-masing dan diakui dalam konteks penentuan waktu ibadah Islam.

Metode hisab adalah pendekatan yang menggunakan perhitungan matematis dan astronomis untuk menentukan awal puasa. Dalam konteks Islam, hisab digunakan untuk perhitungan waktu-waktu ibadah, termasuk penentuan awal puasa Ramadan dan Idul Fitri.

Menurut buku Pedoman Hisab Muhammadiyah, hisab berasal dari bahasa Arab "al hisab," yang berarti perhitungan atau pemeriksaan. Dalam konteks fikih, hisab berkaitan dengan penentuan waktu-waktu ibadah, seperti waktu salat, waktu puasa, waktu Idul Fitri, waktu haji, dan waktu salat gerhana.

Metode hisab melibatkan perhitungan matematis yang melibatkan data astronomis, seperti pergerakan bulan dan matahari. Ini memungkinkan umat Islam untuk menentukan waktu-waktu ibadah dengan akurat berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Sementara itu, metode rukyah menggunakan pendekatan pengamatan bulan. Dalam konteks penentuan awal Ramadan dan Syawal, hilal (bulan sabit) diamati saat matahari tenggelam. Observasi ini dapat dilakukan dengan mata telanjang atau menggunakan bantuan optik seperti teleskop.

Metode rukyah menekankan pengamatan langsung terhadap langit untuk menentukan awal bulan, khususnya hilal. Keputusan ini didasarkan pada visualisasi langsung dari bulan sabit yang menjadi petunjuk awal puasa atau Idul Fitri.

Dalam konteks Muhammadiyah, yang telah mengembangkan Pedoman Hisab, kedua metode ini diakui sebagai alat yang sah dalam menentukan waktu-waktu ibadah. Pemahaman dan penggunaan metode ini mencerminkan upaya untuk menggabungkan ilmu pengetahuan dan tradisi observasional dalam menentukan awal puasa dan peristiwa keagamaan lainnya.***

Sentimen: positif (65.3%)