Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Beijing
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Tanggal 7 Januari 2024 Memperingati Hari Apa?
Kompas.com
Jenis Media: Nasional
/data/photo/2020/01/31/5e33f589934a7.jpg)
KOMPAS.com - Tanggal 7 Januari 2024 jatuh pada hari Sabtu. Tanggal ini diperingati sebagai Hari Peringatan Keluarnya Indonesia dari PBB Tahun 1965.
Selain itu, terdapat pula peringatan dan perayaan lain pada hari ini. Berikut beberapa peringatan yang jatuh pada 7 Januari 2024.
Peringatan Keluarnya Indonesia dari PBB
Tahukah Anda bahwa Indonesia pernah keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1965.
Kala itu Presiden Soekarno menyampaikan ketidakpuasannya terhadap PBB. Salah satunya karena menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Hubungan Indonesia dengan Malaysia saat itu sedang tidak harmonis. Presiden Soekarno pun mengancam keluar dari PBB jika Malaysia masuk.
Pada tanggal 7 Januari 1965, Malaysia diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Keputusan PBB ini akhirnya membuat Indonesia menyatakan diri keluar dari PBB pada saat itu juga.
Secara resminya Indonesia keluar dari PBB sejak 1 Januari 1965 melalui surat yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri, Dr. Subandrio.
Meski begitu setahun tahun kemudian Indonesia masuk kembali ke PBB. Hal ini setelah politik luar negeri bebas aktif telah diterapkan secara konkret di PBB. Indonesia kembali aktif di PBB pada tanggal 28 September 1966.
Tanggal 7 Januari 2024, Kamboja merayakan peringatan Hari Pembebasannya.
Mereka menang atas rezim Khmer Merah, yang digulingkan pada tahun 1979 oleh tentara Vietnam. Merujuk pada The Diplomat, pembebasan Kamboja memakan banyak korban. Tercatat menewaskan sekitar 1,7 juta warga Kamboja.
Bagi Partai Rakyat Kamboja (CPP) yang dipimpin oleh Perdana Menteri Hun Sen, tanggal 7 Januari tidak hanya dianggap sebagai “Hari Pembebasan” atau “Hari Kemenangan” tetapi juga sebagai “ ulang tahun kedua ” bagi rakyat Kamboja.
Diketahui bahwa daerah Kamboja dikuasai Kerajaan Khmer hingga abad ke-15. Setelah itu posisi Khmer dikuasai oleh Raja-raja dari Thai dan Vietnam secara bergilir.
Hingga pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Namun hal itu tidak dibenarkan oleh petinggi militer, yaitu Jendral Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak.
Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di Kamboja.
Baca juga: Penyebab Perang Kamboja-Vietnam
Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975. Mereka secara paksa memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian.
Mereka menolak pengobatan Barat yang berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja. Kejadian ini berdampak pada tewasnya banyak orang di Kamboja.
Pada November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan genosida besar-besaran yang terjadi di Kamboja. Perdamaian baru tercipta pada tahun 1989, ketika PBB memberi mandat untuk mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk dan Lon Nol.
Referensi:
Sukmayani, Ratna. Dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial 3. Jakarta: Grasindo -. - "-", -. -
Sentimen: negatif (100%)