Sentimen
Positif (100%)
14 Des 2023 : 15.36
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Event: Ibadah Haji

Kab/Kota: Yogyakarta, Mekah

Tokoh Terkait

Kisah Inspiratif KH. Ahmad Dahlan: Bapak Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat

14 Des 2023 : 15.36 Views 9

Ayobandung.com Ayobandung.com Jenis Media: Nasional

Kisah Inspiratif KH. Ahmad Dahlan: Bapak Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat

AYOBANDUNG.COM - Dalam relung-relung sejarah, terukir namanya sebagai pahlawan yang tak hanya memimpin dengan ilmu agama tetapi juga membawa angin segar dalam dunia pendidikan dan pembaruan sosial. Inilah kisah inspiratif KH. Ahmad Dahlan yang dilansir dari MediaMU, sosok luar biasa yang menjadi Bapak Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat Indonesia.

Pengantar

Dalam kehidupan penuh warna, Ahmad Dahlan lahir dan tumbuh sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara di keluarga ulama terkemuka, K.H. Abu Bakar. Beliau dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1686 dan diberi nama kecil Muhammad Darwis. Dari kecil, Ahmad Dahlan telah mewarisi kecintaan terhadap ilmu agama dan keulamaan dari orang tuanya.

Panggilan Kuat untuk Perubahan Positif

Dengan latar belakang keluarga yang kaya akan ilmu dan tradisi keagamaan, Ahmad Dahlan tumbuh sebagai sosok yang merasakan panggilan kuat untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat. Ayahnya, seorang ulama terkemuka di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta, dan ibunya, putri H. Ibrahim yang menjabat sebagai penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, memberikan fondasi kuat bagi perjalanan spiritual dan intelektualnya.

Silsilah Keluarga Sang Pendiri Muhammadiyah

Dalam menelusuri kisah inspiratif Ahmad Dahlan, tak bisa dilewatkan silsilah keluarganya yang kaya akan tokoh-tokoh agama. Ahmad Dahlan adalah keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim, salah satu tokoh Walisongo yang terkenal sebagai pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilah keluarganya melibatkan jalur keturunan yang melibatkan tokoh-tokoh utama, termasuk Maulana 'Ainul Yaqin, Sunan Prapen, dan Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom).

Perjalanan Religius Sang Pendiri Muhammadiyah

Pendidikan agama Ahmad Dahlan dimulai di lingkungan keluarganya yang taat beragama. Bahkan, sejak usia delapan tahun, beliau telah dapat membaca Alquran dengan mematuhi aturan ilmu tajwid. Dibimbing oleh orang tuanya, beliau mengejar ilmu agama dari para ulama, sehingga pengetahuannya terus berkembang. Pada usia 15 tahun, ayahnya mengirim Ahmad Dahlan merantau ke Mekah dengan tujuan utama untuk menunaikan ibadah haji sambil mendalami ilmu keagamaan.

Mekah: Menyatu dengan Ilmu dan Pembaharuan

Selama lima tahun di Mekah, Ahmad Dahlan mendalami berbagai ilmu agama seperti qiraat, tafsir, tauhid, fikih, tasawuf, ilmu falak, bahasa Arab, dan ilmu lainnya. Pengalamannya di Mekah tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan, melainkan juga mencakup pemahaman mendalam tentang gerakan pembaharuan Islam yang sedang bergulir di berbagai negara.

Transformasi Nama dan Kembali ke Tanah Air

Sebelum kepulangannya ke Tanah Air, Ahmad Dahlan mengubah namanya dari Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan. Perubahan ini terjadi setelah beliau bertemu dengan Imam Syai’I Sayid Bakri Syatha. Kembali ke tanah air pada tahun 1903, Ahmad Dahlan ditugaskan oleh ayahnya untuk mengajar anak-anak di Kampung Kauman, Yogyakarta.

Pendirian Muhammadiyah: Visi Pembaruan Islam

Pada tanggal 18 November 1912, Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Kampung Kauman. Visi utama beliau adalah membawa pembaruan dalam cara berpikir dan beramal sesuai tuntunan agama Islam. Muhammadiyah tidak hanya berperan sebagai wadah pembaharuan Islam tetapi juga sebagai organisasi sosial dan pendidikan.

Tantangan dan Perlawanan Awal

Namun, perjalanan pendirian Muhammadiyah tidak berjalan mulus. Ahmad Dahlan menghadapi perlawanan dari keluarga dan masyarakat sekitarnya. Tuduhan mendirikan agama baru, fitnahan, dan hasutan datang berlimpah. Meski demikian, dengan tekad yang kuat, beliau berhasil mengatasi semua rintangan tersebut demi melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air.

Perjuangan Membangun Muhammadiyah di Bawah Kendali Ahmad Dahlan

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan badan hukum kepada Pemerintah Hindia Belanda. Meskipun mendapat izin pada 22 Agustus 1914, izin tersebut hanya berlaku di Yogyakarta dan dibatasi oleh pemerintah Hindia Belanda. Meskipun dibatasi, cabang-cabang Muhammadiyah muncul di daerah-daerah lain, menentang keinginan pemerintah.

Pengaruh dan Perkembangan Luas Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan melalui tabligh ke berbagai kota dan relasi dagangnya. Dapat dilihat bahwa gagasan ini mendapatkan sambutan besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah datang untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah, yang mulai berkembang di hampir seluruh Indonesia.

Demokratisasi dalam Organisasi Muhammadiyah

Ahmad Dahlan, yang demokratis dalam mengelola gerakan dakwah Muhammadiyah, memberikan fasilitas untuk evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam organisasi. Selama perjalanan aktivitas Muhammadiyah, telah diadakan hingga 48 kali Muktamar dengan berbagai dinamika di setiap perhelatannya.

Sang Pendiri Muhammadiyah sebagai Saudagar Batik

Tak hanya sebagai ulama dan pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan juga seorang pedagang batik. Dagangannya ini tidak hanya menjadi sumber penghasilan, tetapi juga menjadi penopang aktivitas dakwah dan pembangunan Muhammadiyah. Bagi Ahmad Dahlan, dagang dan dakwah bukanlah dua hal yang harus dipisahkan, tetapi keduanya dapat berjalan seiringan.

Keterlibatan Keluarga dan Aktivitas Sehari-hari

Pasangan suami-istri Ahmad Dahlan dan Siti Walidah tidak hanya menjadi figur inspiratif, tetapi juga menunjukkan keterlibatan aktif dalam kehidupan sehari-hari. Ahmad Dahlan memanfaatkan keuntungan dari berdagang batik sebagai penopang aktivitas dakwahnya. Di samping itu, Siti Walidah memegang peran penting sebagai pengatur kelancaran produksi batik di Kampung Kauman.

Wafatnya Sang Pendiri Muhammadiyah dan Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional

Pada tahun 1923, Ahmad Dahlan meninggal dan dimakamkan di pemakaman Karangkajen, Yogyakarta. Atas jasa-jasanya, Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1961. Pengakuan ini diberikan karena peran Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan.

Penutup: Muhammadiyah dalam Lensa Mediamu.com

Perjalanan inspiratif Ahmad Dahlan yang membentuk Muhammadiyah mencerminkan keteguhan dalam mengatasi rintangan, memperluas gagasan pembaharuan, dan membentuk organisasi yang demokratis dalam pengelolaannya. Mediamu.com membahas perjalanan inspiratif ini, memberikan wawasan mendalam tentang perjuangan Ahmad Dahlan dan pengaruh Muhammadiyah dalam pembaruan Islam di Indonesia.

Kunjungi Mediamu.com untuk mendalami sejarah Muhammadiyah dan menemukan informasi yang lebih mendalam tentang perjalanan inspiratif Ahmad Dahlan. Sebuah perjalanan yang tidak hanya melibatkan satu individu, tetapi menciptakan jejak yang mendalam dalam sejarah bangsa.

Sentimen: positif (100%)