MerahPutih.com - Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul dalam sejumlah survei pertarungan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani meminta partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan relawan pendukung untuk untuk tetap rendah hati dan tidak terlena karena survei.

Berbagai macam hasil lembaga survei merilis elektabilitas Prabowo-Gibran terus meningkat dan kepercayaan masyarakat semakin tinggi.

Baca Juga:

Hasil Survei LSN: Prabowo-Gibran Dipastikan Masuk Putaran Kedua Pilpres 2024

"Tetapi, kami ingatkan kepada seluruh partai koalisi pendukung dan simpatisan Prabowo-Gibran, (hasil survei) jangan sampai meninabobokan. Karena ini hasil survei, bukan hasil Pemilu yang sesungguhnya," jelas Muzani dikutip di Jakarta, Minggu (26/11).

Muzani menegaskan bahwa hasil Pemilu yang sesungguhnya baru akan terlihat pada hari pencoblosan 14 Februari 2024.

Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk terus bekerja keras dan meyakinkan masyarakat agar memilih pasangan Prabowo-Gibran sebagai pilihan terbaik pada Pilpres 2024.

Baca Juga:

Gerindra Wajibkan Calegnya Pasang Baliho Prabowo-Gibran

Sementara itu, ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, optimisme Prabowo-Gibran menang 1 putaran bukanlah hal yang berlebihan.

Waketum Partai Golkar itu meyakini, pasangan capres dan cawapres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) akan memperoleh suara unggul di Jabar.

"Minimal 60 persen," kata pria yang juga mantan Gubernur Jawa Barat ini.

Sekadar informasi, Prabowo-Gibran masih menempati urutan pertama di beberapa hasil survei.

Mereka unggul atas duet Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Misalnya sebagaimana hasil survei terkini yang dirilis oleh Lembaga Indonesia Political Opinion atau IPO mengenai peta elektabilitas tiga pasang calon di Pilpres 2024.

1. Prabowo: 37,5 persen

2. Anies: 32,7 persen

3. Ganjar: 28,3 persen

Tidak tahu/tidak jawab: 1,5 persen. (Knu)

Baca Juga:

Prabowo Sebut Butuh Pendekatan Lembut untuk Tangani Konflik Papua