Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Solo
Tokoh Terkait
PDI-P Dekati AMIN Dinilai Upaya Mencari Sekutu tapi Banyak Hambatan
Kompas.com
Jenis Media: Nasional
/data/photo/2023/11/15/6554a2401adea.jpg)
JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mendekati kubu Koalisi Perubahan untuk Persatuan dinilai taktik buat mencari sekutu dalam menghadapi kubu pasangan capres-cawapres nomor 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Menurut peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro, upaya PDI-P mendekati koalisi pengusung pasangan capres-cawapres nomor 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) itu buat mengimbangi kekuatan Prabowo-Gibran.
"Ini sebagai bagian dari strategi untuk mencari kawan baru dalam menghadapi Presiden Jokowi dan juga pasangan calon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming yang dipandang mendapat sokongan, atau menjadi preferensi politik utama dari Presiden Jokowi," ucap Bawono saat dihubungi pada Kamis (23/11/2023).
Bawono mengatakan, meskipun perbedaan sikap politik Presiden Jokowi membuat PDI-P dalam posisi kurang menguntungkan dalam menghadapi Pemilu dan Pilpres 2024.
Baca juga: Sikap Dingin Nasdem Tanggapi PDI-P yang Ingin Komunikasi karena Merasa Senasib Dapat Tekanan
Dia menilai PDI-P mulanya berharap bisa kembali mendapat dampak politik atau efek ekor jas (coattail efffect) dari Presiden Jokowi dalam menggalang dukungan terkait Pemilu dan pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Pilpres 2024.
Akan tetapi, posisi politik PDI-P semakin rumit ketika Presiden Jokowi justru terlihat lebih condong mendukung Prabowo-Gibran. Apalagi Gibran yang merupakan Wali Kota Solo merupakan anak sulung Presiden Jokowi.
"Padahal PDI Perjuangan sangat membutuhkan dukungan politik atau hubungan baik secara politik, relasi politik yang baik dengan Presiden Jokowi dalam menghadapi Pemilu 2024. Ini dikarenakan approval rating Presiden Jokowi masih tinggi di sisa 1 tahun masa pemerintahan beliau," ucap Bawono.
Menurut Bawono, dari data survei terbaru Indikator menunjukkan approval rating Presiden Jokowi masih di atas 75 persen.
Baca juga: Didekati PDI-P, Nasdem: Kubu Anies Tak Berkoalisi dengan Semangat Kemarahan
Sehingga hal itu memperlihatkan pengaruh politik terkait restu yang diberikan oleh Presiden Jokowi sangat berdampak luas terhadap persepsi masyarakat tentang para capres-cawapres yang akan bersaing.
Selain itu, lanjut Bawono, masyarakat yang memilih PDI-P sebenarnya sangat dipengaruhi oleh faktor kedisukaan Presiden Jokowi.
Hal itu memperlihatkan figur Presiden Jokowi di mata pemilih berperan penting buat mereka memutuskan menjatuhkan pilihan kepada PDI-P dalam Pemilu.
Akan tetapi, persoalan lainnya adalah basis pemilih PDI-P dan kubu AMIN sangat bertolak belakang. Hal itu dianggap menjadi hambatan apalagi berbagai gagasan yang diusung keduanya juga sangat berbeda dari sisi pandangan politik maupun pendekatan yang digunakan.
Sebelumnya diberitakan, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menilai tekanan politik yang mereka alami semakin banyak menjelang Pilpres dan Pemilu 2024.
Baca juga: Nasdem: PDI-P Kan Partai Tua, Jangan Cengeng Dong!
Hasto juga sempat menyinggung soal netralitas aparat dalam peta persaingan Pilpres 2024.
"Cukup banyak (tekanan yang muncul). Kita menyepakati dengan AMIN juga, (adanya) penggunaan suatu instrumen hukum, instrumen kekuasaan. Dalam konteks ini, kami juga membangun komunikasi dengan AMIN, karena merasakan hal yang sama," kata Hasto pada 18 November 2023.
Tekanan-tekanan itu, menurut Hasto, meliputi penurunan baliho Ganjar Pranowo-Mahfud MD serta intimidasi terhadap tim sukses. Namun, klaim Hasto mengenai komunikasi itu dibantah oleh kubu Anies-Cak Imin.
Menanggapi pernyataan PDI-P, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali menyarankan supaya partai berlambang banteng bermoncong putih itu tegar dalam menghadapi tekanan politik.
Baca juga: Puan Bilang PDI-P Tak Instruksikan Ganjar Kritik Pemerintahan Jokowi
"PDI-P kan partai yang sudah sangat tua, sudah sangat berpengalaman terbiasa menghadapi sesuatu, harusnya jangan cengeng dong," kata Ali dalam keterangannya, Selasa (21/11/2023).
"Jadi, sekali lagi bahwa Koalisi Perubahan itu tidak akan pernah membangun koalisi yang semangatnya kemarahan dan kebencian," ujarnya.
-. - "-", -. -
Sentimen: negatif (94.1%)