Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Perang Dunia II
Partai Terkait
Tokoh Terkait

David Lloyd
Penjajahan Israel di Tanah Palestina Berawal dari Deklarasi Balfour
Ayobandung.com
Jenis Media: Nasional

AYOBANDUNG.COM -- Deklarasi Balfour dianggap sebagai biang kerok yang membawa mimpi buruk bagi rakyat Palestina. Dokumen ini merupakan salah satu dokumen paling kontroversial dalam sejarah modern dunia Arab.
Dikeluarkan pada 2 November 1917, Deklarasi Balfour berisi janji Inggris untuk membantu orang-orang Yahudi mendirikan rumah di tanah Palestina. Deklarasi ini ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour dan ditujukan kepada tokoh Yahudi Inggris, Lionel Walter Rothschild.
Deklarasi Balfour dibuat saat Perang Dunia I oleh Inggris setelah kejatuhan Kesultanan Ottoman yang menguasai Palestina. Saat itu, negara-negara sekutu melakukan kolonialisme terselubung di bawah sistem mandat.
Baca Juga: Israel Buat Kebohongan Demi Hancurkan RS Indonesia di Gaza
Dalam sistem ini, wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh negara-negara yang kalah dalam perang (Jerman, Austria-Hungaria, Kesultanan Ottoman, dan Bulgaria) jatuh ke tangan negara-negara yang menang. Salah satu wilayah yang masuk dalam sistem ini adalah Palestina.
Namun, menurut Aljazeera, kasus kolonialisme di Palestina cukup unik karena dijadikan Inggris sebagai rumah bagi orang Yahudi yang populasinya bahkan kurang dari 10% pada saat itu.
Sejak itu, Inggris mulai memfasilitasi imigrasi orang-orang Yahudi Eropa ke Palestina. Dalam kurun waktu 1922 hingga 1935, populasi Yahudi meningkat dari 9 persen menjadi hampir 27 persen dari total populasi di Palestina.
Berstatus 'pengungsi', tak jarang orang-orang Yahudi merebut lahan dari penduduk lokal dengan cara kasar. Padahal di dalam Deklarasi Balfour memuat peringatan larangan melakukan hal apapun yang dapat merugikan hak-hak sipil dan agama komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina.
Menurut mendiang akademisi Palestina-Amerika Edward Said, Deklarasi Balfour kontroversial karena dibuat oleh pemerintah Eropa untuk wilayah non-Eropa dengan mengabaikan kehadiran penduduk aslinya, yakni rakyat Palestina.
Baca Juga: Sejarah Awal Mula Semangka Jadi Simbol Perlawanan Palestina
Dalam pertemuan dengan pemimpin Zionis Chaim Weizmann pada 1922, Arthur Balfour dan Perdana Menteri Inggris David Lloyd George dilaporkan mengatakan bahwa Deklarasi Balfour memang dibuat untuk membentuk sebuah negara Yahudi.
Namun, lebih dari itu, beberapa pakar menduga ada banyak motif lain di balik kolonialisasi di Palestina. Salah satunya adalah menjaga agar Mesir dan Terusan Suez yang ada di dekat Gaza, untuk tetap berada dalam pengaruh Inggris.
Tak hanya itu, Inggris juga menjilat zionis karena ingin mendapatkan dukungan Yahudi di Amerika Serikat dan Rusia agar bisa memenangkan perang. Terlebih, zionis pada masa itu banyak dianiaya di Eropa.
Ketika Inggris memutuskan untuk mengakhiri mandat mereka pada 1947 dan menyerahkan permasalahan Palestina-Israel ke PBB, orang-orang Yahudi sudah terlanjur memiliki tentara yang dibentuk dari kelompok paramiliter bersenjata yang dilatih untuk berperang berdampingan dengan Inggris dalam Perang Dunia II.
Baca Juga: Gaza Makin Mencekam, Jenazah Korban Israel Disimpan di Truk Es Krim karena Permakaman Penuh
Inggris bahkan mengizinkan orang-orang Yahudi untuk mendirikan lembaga-lembaga pemerintahan sebagai persiapan pembentukan negara Israel. Sementara orang Palestina dilarang melakukannya.
Kekacauan pertama dan terparah yang disebabkan oleh Deklarasi Balfour terjadi pada 1948 saat kelompok bersenjata Zionis, yang dilatih oleh Inggris, mengusir secara paksa lebih dari 750.000 warga Palestina. Insiden ini dikenal dengan sebutan peristiwa Nakba.
Sentimen: negatif (100%)