Sentimen
Negatif (79%)
1 Nov 2023 : 07.11
Informasi Tambahan

Event: vaksinasi

Kasus: covid-19, stunting

Tokoh Terkait

Menkes Minta Penanganan "Stunting" Tidak Terlambat

1 Nov 2023 : 07.11 Views 3

Koran-Jakarta.com Koran-Jakarta.com Jenis Media: Nasional

Menkes Minta Penanganan "Stunting" Tidak Terlambat

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta agar penanganan stunting tidak terlambat. Menurutnya, stunting merupakan penyakit gizi kronis yang sulit sembuh jika terlambat ditangani.

"Ini penyakit gizi kronis kayak kanker jangan telat. Kemungkinan sembuh kecil jika terlambat. Jadi harus dicegah," ujar Menkes, dalam Gerakan Anak Sehat: Bersama Cegah Stunting, di Jakarta, Selasa (31/10).

Dia menerangkan, pencegahan stunting bisa dilakukan dengan rutin setiap bulan mengecek berat dan tinggi badan bayi. Jika tidak ada peningkatan, maka bayi tersebut harus segera dikirim ke Puskesmas.

"Dicek penyakitnya, kalau tidak ada penyakit harus diberi makanan tambahan isinya protein hewani penting untuk perkembangan otak," jelasnya.

Baca Juga :

Menkes Minta Puskesmas Rutin Periksa Kualitas Udara

Budi mengungkapkan, penanganan stunting menjadi penting karena tidak hanya terkait dengan kesehatan, tapi juga pendidikan. Kedua hal tersebut merupakan penentu kualitas sumber daya manusia (SDM).

Dia menambahkan, kualitas SDM penting agar Indonesia terlepas dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap. Adapun salah satu syaratnya Indonesia harus mampu meningkatkan pendapatan rata-rata masyarakat menjadi 15 juta rupiah per bulan.

"Itu ada satu waktu, periode hampir semua negara bisa loncat ke negara maju, lewat rata-rata income-nya di periode bonus demografi terjadi. Bonus demografi Indonesia terjadi tahun 2030 dan kalau itu lewat, sulit jadi negara maju," katanya.

Menkes menekankan, stunting harus menjadi gerakan seperti vaksinasi Covid-19. Keberhasilannya sangat ditentukan juga melalui keterlibatan aktif masyarakat.

"Tidak mungkin stunting dijalankan sendiri, harus bersama-bersama. Tidak bisa ekslusif milik pemerintah, semua orang harus diajak. Tidak bisa membangun pendekatan program pemerintah," tandasnya.

Baca Juga :

BKKBN Dorong Gerakan Bapak Asuh untuk Bantu Atasi "Stunting" dan Kemiskinan Ekstrem

Sebagai informasi, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen pada 2022. Pemerintah menargetkan penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.


Redaktur : Sriyono

Penulis : Muhamad Ma'rup

Sentimen: negatif (79%)