Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Ayam, Monyet
Kab/Kota: bandung, Cimahi
Kasus: kebakaran
Membangun Ekonomi Hijau dan Ketahanan Pangan Melalui Pengolahan Sampah Berbasis Lingkungan
Ayobandung.com
Jenis Media: Nasional

CILEUNYI, AYOBANDUNG.COM -- Kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat menjadikan Aglomem larasi Bandung yakni Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi mengalami darurat sampah.
Bukan hanya kebakaran, darurat sampah juga masih mengintai Aglomerasi Bandung karena umur TPA Sarimukti sudah kadaluarsa, sementara TPPAS Legoknangka di Nagreg, Kabupaten Bandung yang belum juga beroperasi.
Ditengah kebingungan pemerintah dalam menyelesaikan pangangkutan sampah, di RW 07 Desa Cileunyi, Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung justru mampu mendulang rupiah dari pengolahan sampah berbasis lingkungan.
Tidak hanya mampu menghilangkan ketergantungan TP untuk mengolah sampah, di RW 07 Desa Cileunyi Wetan juga mampu membangun ekosistem ketahanan pangan melalui sampah yang diolah oleh Bank Sampah Tematik (BST) tersebut.
Pengolahan sampah berbasis lingkungan yang dilakukan oleh BST tersebut mulai dilakukan sejak 2019 lalu, sampah yang diolah lebih kurang 450 Kepala Keluarga.
"Sejak ada pengolahan, masyarakat di sini sudah tidak lagi dipusingkan dengan masalah sampah," ujar Deni Sulaeman, penglola BST Cileunyi Wetan, Minggu, 29 Oktober 2023.
Sama halnya dengan sebagian besar masyarakat di Bandung saat ini, pada mulanya warga RW 07 Cileunyi Wetan selalu kebingungan dengan masalah sampah. Kondisi ini terjadi sebelum BST dibentuk pada akhir 2019 lalu.
Masyarakat terbiasa membuang sampah sembarangan karena tidak dikelola secara benar. Kondisi ini menjadikan Deni yang pernah mengelola sampah dengan cara biokonversi magot mengajukan kepada pengurus RW setempat untuk melakukan pengolahan sendiri.
Baca Juga: Jembatan Kaca Bromo Sepanjang 120 Meter Dibangun di Atas Jurang Bisa Tampung Beban 1000 Orang
Niat tersebut disambut baik oleh pengurus RW yang menyediakan lahan untuk dijadikan tempat pengolahan sampah. Hingga sekarang, secara rutin sampah dari masyarakat diangkut dan diolah secara mandiri oleh para pengurus BST.
Ekonomi Berkelanjutan
Setiap hari, berkuintal-kuital sampah diolah oleh BST Cileunyi Wetan. Sampah tersebut dipilah sejak dari rumah tangga. Sampah anorganik dan organik dipisahkan oleh warga sekitar.
"Memang masih ada beberapa warga yang belum memilahnya dan perlu terus diedukasi," ujarnya.
Namun, secara umum warga sudah terbiasa memilah sendiri sampah dari rumah tangga yang memudahkan para pengelola dalam melakukan pengolahan.
Sampah onorganik dipilah kembali, sampah bernilai jual seperti plastik, besi, kertas dan lainnya dipisahkan kembali. Sementara sampah organik dijadikan pakan magot.
Sementara sampah residu atau jenis yang tidak memiliki daya jual, dibakar di tempat pembakaran khusus yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
"Kedepan, kami menargetkan tidak ada sampah yang dibakar. Tapi yang dibakar juga masih bisa bermanfaat, abunya bisa digunakan untuk kebutuhan lain, hanya saja butuh waktu untuk pengembangannya," imbuhnya.
Menurut Deni, sampah anorganik biasa dijual ketika sudah mencapai berat tertentu.
Sampah organik yang dijadikan pakan magot juga bernilai rupiah yang berjumlah lumayan besar. Memang sebagian dijual dalam bentuk magot atau telur magot untuk kebutuhan pakan, namun sebagian lagi dijual dalam bentuk lain, yakni ternak dan perikanan.
Hingga saat ini, setiap tahunnya Cileunyi Wetan telah mendapat ratusan juta rupiah dari pengolahan sampah. Dana yang didapat digunakan untuk membayar para ralawan, juga pengembangan tempat supaya bisa lebih baik dan laik lagi.
"Kami sedang membangun destinasi wisata pengolahan sampah," katanya.
[Ilustrasi sampah] Bank Sampah Mandiri Tematik Magot di Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, bisa menghasilkan uang ratusan juta rupiah. (Pixabay/Hans Braxmeier)
Ketahanan Pangan
Biokonversi Magot menjadi salah satu pengolahan sampah organik. Sampah organik dijadikan pakan utama bayi lalat hitam tersebut. Magot dijadikan pakan ternak dan ikan.
Unggas yang dipelihara adalah ayam dan angsa juga ternak lainnya. Seluruhnya mengggunakan pakan nmagot yang dihasilkan dari pengolahan sampah organik.
Selain itu, ikan juga menggunakan magot sebagai pakan utama. Keduanya dijual secara berkala setelah siap panen. Dengan pengolahan seperti ini secara tidak langsung membantu pemerintah dalam meningkatkan ketahanann pangan.
Kepala Dinas Ketahaanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bandung Ina Dewi Kania mengatakan, Kabupaten Bandung pada mulanya merupakan daerah dengan perikanan sebagai unggulan.
Sebelum ada pemerkaran Kabupaten Bandung Barat pada 2007 silam, produksi ikan Kabupaten Bandung sangatlah besar. Mengingat ada dua sentra perikanan yakni Waduk Saguling dan Cirata.
"Setelah Bandung Barat mekar, otoamatis produksi ikan kami menurun. Makanya kami mamanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksi ikan tawar," katanya.
Dengan teknologi menjadikan nproduksi bisa lebih maksimal tanpa harus menggunakan lahan besar. Seperti memanfaatkan kolam buatan dari terpal di lahan terbatas dan menjadikan magot sebagai pakan.
Pola yang dilakukan oleh BST Cileunyi Wetan kata Ina merupakan pola yang tepat dalam meningkatkan ketahan pangan di Kabupaten Bandung, terlebih selain perikanan ada juga peternakan yang bisa menjadi sumber protein bagi masyarakat.
Kepala Dinas LingkunHidup dan Kebersihan Kabupaten Bandung Asep Kusumah mengatakan, biokonversi magot menjadi salah satu program yang terus ditingkatkan oleh pihaknya untuk menyelesaikan masalah sampah.
Baca Juga: Cacar Monyet Ditemukan di Jabar, Satu Kasus Tercatat di Kota Bandung
Asep mengungkapkan, setiap hari satu rumah tangga bisa menghasilkan sekitar setengah kilogram sampah organik. Dengan jumlah penduduk 3,7 juta jiwa, maka sampah organik yang dihasilkan akan sangat banyak.
"Jika sebagian saja diolah dengan biokonversi magot, maka akan banyak ternak dan ikan yang dihasilkan," katanya.
Saat ini pihaknya terus melakukan upaya menambah pengolahan sampah berbasis lingkungan. Karena bukan hanya akan menyelesaikan masalah sampah, namun juga akan menciptakan ekonomi hijau yang berkelanjutan.
Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat mendukung keberlangsungan emonomi hijau, khususnya bagi UMKM.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Jeffry Dwi Putra saat Dialoh Japri 5 Juli lalu mengatakan pihaknya menargetkan pembiayaan untuk green economy mencapai 15 miliar.
"Diharapkan ada peningkatan 15 persen. Targetnya memang tidak mudah, mengingat tidak hanya proses bisnis output maupun inputnya, tapi masalah pola pikir dari UMKM," katanya.
Dalam pembangunan ekonomi hijau dan ketanahan pangan yang dilakukan oleh BST Cileunyi Wetan juga memiliki kendala dalam mengubah mindset masyarakat dalam pengolahan sampah. Baik itu untuk secara sadar memilah sampah sendiri, maupun mau mendukung keberadaan tempat pengolahan. Namun jika semua sudah teratasi, keberhasilan bisa dicapai, bahkan dari sampah bisa mendapat ratusan juta rupiah.
Sentimen: negatif (99.9%)