Sentimen
Informasi Tambahan
Event: CFD
Tokoh Terkait
Undang 20 Dubes, Menko PMK dan Menkes Bakal Jalan Sehat di ASEAN Car Free Day
Kompas.com
Jenis Media: Nasional
/data/photo/2023/07/30/64c5bf9d8ce6a.jpg)
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy bakal melakukan jalan sehat (fun walk) pada momen ASEAN Car Free Day pada Minggu (27/8/2023).
Plt Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kemenkes, Nida Rohmawati mengatakan, acara jalan sehat ini akan dimulai sekitar pukul 06.20 WIB di Jalan Imam Bonjol, tepatnya di depan Bundaran HI, Jakarta Pusat.
Acara fun walk itu menuju ke arah Sarinah, kemudian kembali lagi ke Jalan Imam Bonjol pada pukul 07.00 WIB.
"Kami mengundang Menko PMK dan Menkes. Kami akan konfirmasi Pj Gubernur DKI dan Kemenlu untuk hadir dan diawali dengan ada marching band dari sekolah tinggi ilmu pelayaran," kata Nida dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat (25/8/2023).
Baca juga: Menkes Tak Wajibkan Pakai Masker Saat Polusi Memburuk, Ini Alasannya
Nida menuturkan, acara juga akan dihadiri oleh 20 duta besar negara ASEAN dan negara-negara sahabat dan 20 organisasi, termasuk WHO Indonesia, ASEAN Medical Student Association (AMSA), dan lain-lain.
Di acara tersebut, pihaknya juga menyiapkan pemeriksaan kesehatan penyakit-penyakit tidak menular dengan target 150 orang yang diperiksa.
"Pak Menko PMK yang sampai detik ini masih konfirmasi akan hadir. Kita mengundang 20 Dubes baik negara ASEAN maupun negara-negara lain seperti AS, Australia, hingga Inggris," tuturnya.
Baca juga: Menko PMK Wacanakan Larang Pergi Haji Lebih dari Satu Kali
Lebih lanjut Nida menyampaikan acara diinisiasi untuk menggencarkan hidup sehat melalui aktivitas fisik. Pasalnya, ada pergeseran pola penyakit di masyarakat dalam 10 tahun terakhir dari 2009-2019, dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan kematian.
Terlebih kata Nida, terdapat empat penyakit tidak menular dengan pembiayaan yang tinggi. Seringkali orang kehabisan harta untuk pengobatan penyakit katastropik, meliputi kanker, jantung, stroke, dan ginjal.
"Kita melihat pembiayaan kesehatan untuk penyakit tersebut memang sangat tinggi karena masyarakat Indonesia jumlahnya sekitar 278 juta. Untuk jantung (misalnya) mencapai Rp 10,3 triliun. Jadi sangat banyak memakan sumber keuangan negara untuk membiayai penyakit katastropik tersebut," ungkap Nida.
Kemudian Nida mengungkapkan, prevalensi PTM tercatat meningkat pada 2013-2018. Hipertensi misalnya, meningkat dari 25,8 persen pada tahun 2013 menjadi 34,1 persen pada tahun 2018.
Adapun tingkat kesehatan masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perilaku dari masyarakat. Sedangkan dari keturunan hanya 10 persen, dan pelayanan kesehatan hanya 20 persen.
"Walau kita beri pelayanan optimal, masyarakat tidak akan sehat jika ada faktor lingkungan dan perilaku dari masyarakat (tidak mendukung). Jadi pengaruh perilaku dan lingkungan sangat mempengaruhi dibandingkan pelayanan kesehatan dan faktor genetik," jelasnya.
-. - "-", -. -
Sentimen: positif (99.8%)