Repotnya, yang Panas Kawan Sendiri
Kompas.com
Jenis Media: Nasional
/data/photo/2023/08/19/64e0991924f40.jpg)
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan situasi tahun politik kali ini, sudah cenderung hangat. Untuk itu, Presiden meminta agar masyarakat menjaga situasi agar tetap damai.
"Situasi di tahun politik ini sudah mulai hangat hangat kuku, dan sudah mulai cenderung menghangat agak memanas tapi belum panas," katanya saat memberikan kata sambutan di acara Pengukuhan DPP Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) di Lapangan Benteng, Kota Medan, Sabtu (19/8/2023).
"Repotnya yang sudah panas itu justru antar kawan sendiri, sudah mulai saling panas memanasi," ucap Jokowi tanpa menjelaskan konteks pernyataannya.
Jokowi hanya mengingatkan dalam ajang kompetisi politik seperti saat ini, jangan sampai bermusuhan satu sama lain.
Baca juga: Jokowi Ingatkan Pentingnya Pilih Pemimpin yang Bisa Bawa Indonesia Jadi Negara Maju
"Sehingga walaupun kita berkompetisi dalam tahun politik ini kawan adalah kawan," tambah dia.
Kemudian, Jokowi berpesan perlu menyikapi situasi tahun politik ini dengan bijak terutama dalam ajang Pemilu 2024 dengan mengibaratkan pertandingan persaudaraan.
"Jangan antar-kawan enggak saling menyapa setelah Pilpres, engga lah perlu saya ingatkan, kita ini saudara sebangsa dan tanah air," ujarnya.
Baca juga: Survei Indikator Politik: Kepuasan terhadap Kinerja Jokowi Sentuh Angka 81 Persen
Dia menambahkan bahwa politik di Indonesia itu memiliki rasa kekeluargaan, gotong royong, dan budaya bersatu.
Jokowi juga mengimbau dalam kondisi ketidakpastian global, diperlukan bekerja dengan cara gotong royong dan juga fokus.
"Karena dalam situasi ketidakpastian global seperti sekarang ini kita betul betul perlu bekerja fokus, perlu bekerja kompak, perlu bekerja solid," pungkas dia.
Adapun, Jokowi mengatakan masyarakat perlu menjaga rasa persaudaraan yang tinggi pada tahun politik ini agar Indonesia tidak ikut-ikutan jadi "pasien IMF".
"Supaya kita tahu semuanya saat ini sudah 96 negara masuk jadi pasiennya IMF, 96 negara. Mengerikan tapi itulah faktanya," ucap dia.
-. - "-", -. -
Sentimen: positif (99.8%)