Sentimen
Negatif (66%)
7 Agu 2023 : 11.18
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: bandung, Batang, Sumedang

[LIPKHAS] Tempuh Jarak 30 Km, Begini Cerita Penjual Bambu Berkeliling Ditemani Temaram Cahaya Obor

7 Agu 2023 : 11.18 Views 4

Ayobandung.com Ayobandung.com Jenis Media: Nasional

[LIPKHAS] Tempuh Jarak 30 Km, Begini Cerita Penjual Bambu Berkeliling Ditemani Temaram Cahaya Obor

JATINANGOR, AYOBANDUNG.COM -- Waktu menunjukkan pukul 01.20 WIB, dimana sebagian besar manusia tengah beristirahat untuk menjalani aktivitas di esok pagi.Indikator suhu dalam gawai menunjukkan suhu 16 derajat celcius. Hawa dingin menusuk tulang beberapa pengendara yang melintasi Jalan Nasional III, tepatnya di kawasan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Diiringi suara jangkrik yang cukup nyaring, terlihat dari kejauhan temaram cahaya obor menjadi sumber cahaya iring-iringan penjual bambu keliling. Ya, ditengah lelapnya kebanyakan orang, Mang Ojo (54) bersama 3 kawannya tengah berjibaku mendorong gerobak pengangkut bambu.

Samar-samar terdengar teriakan salah satu dari rombongan "Siap-siap, tanjakan Cikuda didepan. Bentuk formasi," ujar salah satu pedagang yang belakangan diketahui bernama Ajat Kurnia. Ternyata, formasi yang dimaksud yaitu memarkirkan seluruh gerobak di bahu jalan.

Sesaat setelah instruksi, empat orang yang masing-masing mendorong satu gerobak bersamaaan berubah menjadi dua orang untuk 1 gerobak. Maklum, hal itu dilakukan agar setiap gerobak dengan beban hampir 100 kilogram itu bisa didorong supaya bisa melewati tanjakan yang cukup curam.

Baca Juga: Penjelasan BMKG Soal Hujan Lokal di Bandung yang Sering Terjadi

Setelah bergantian mendorong gerobak satu persatu, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tak heran, mereka sudah mendorong gerobak itu sejauh 20 kilometer dari rumah mereka di kawasan Citali, Kabupaten Sumedang. Selidik punya selidik, bambu-bambu tersebut akan dijual secara keliling di kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Mang Ojo, menceritakan bahwa ia dan tiga rekan lainnya terbiasa mendorong gerobak tersebut sejauh kurang lebih 30 kilometer dari tempat tinggalnya. Bambu sejumlah 21 buah dengan panjang 7,4 meter itu dibawa untuk dijual ditempat biasa mereka mangkal.

"Jadi emang setiap 2 hari sekali kita berjualan keliling seperi ini. Dari rumah kita biasanya berangkat sama-sama. Biasanya bawa sekitar 21-25 batang bambu," ujar Mang Ojo seraya meneguk air yang ia bekal dari rumah.

Bambu Hanya Dijual Puluhan Ribu

Mang Ojo menyebut, batang bambu yang ia bawa dibanderol dengan harga Rp30.000. Cukup murah jika dibandingkan dengan perjuangannya mendorong gerobak dari pukul 10.00 hingga pukul 04.00 WIB saat ia tiba di lokasi berjualan.

Penjual bambu keliling tempuh jarak 30 Km. (Ayobandung.com/Muslim YP)

Meski hawa dingin menusuk tulang, pakaian Mang Ojo dan rekannya basah kuyup akibat keringat yang mengucur deras selama perjalanan. Terlebih, jalur Nasional III yang mengubungkan Bandung-Sumedang banyak medan turunan dan tanjakan.

"Ya memang mau sedingin apapun cuaca pasti berkeringat, karena beban ini lebih dari 100 kilogram. Apalagi pas nanjak, lain hahehoh deui tapi renghap ranjug (bukan hanya capai, tapi sampai megap-megap mengambil nafas)," ujar Mang Ojo meyakinkan.

Meski begitu, Mang Ojo mengakui bahwa profesi yang ia tekuni sejak tahun 1993 itu membuatnya sudah terbiasa. Bahkan, jika ia terpaksa libur berjualan karena ada kepentingan, tubuhnya justru merasa tidak enak.

Baca Juga: Kapolresta Bandung, Minta Sumbangan HUT RI di Tengah Jalan Bisa Kena Denda Rp24 Juta

Mang Ojo pun menceritakan bahwa profesi yang ia jalani sudah lebih dulu ditekuni oleh kedua generasi leluhurnya. Jika tak salah mengingat, kata dia, kakeknya dahulu menekuni profesi yang sama sejak tahun 1903.

Bukan tanpa alasan, profesi menjadi pedagang bambu keliling ini ditekuni turun-temurun dikarenakan kawasan tempat ia tinggal merupakan daerah penghasil bambu berkualitas tinggi. Warga biasa menyebutnya Awi Tali.

"Jadi memang dari dulu pekerjaannya begini, turun temurun lah istilahnya. Bambu yang dijual ini pun bukan bambu biasa, ini awi tali namanya. Biasanya dibuat untuk bahan bangunan dan hal lain. Kekuatannya beda dengan bambu biasa," beber Mang Ojo.

Bambu yang ia jual merupakan hasil panen dari lahan yang ia tanami pohon bambu. Bambu itu pun tak bisa asal dipanen, rata-rata usia bambu yang ia jual berkisar antara 5-7 tahun. Hal itu karena kekuatan bambu akan berkurang jika dipanen sebelum waktu yang ditentukan.

Tak Mau Sang Anak Mengikuti Jejaknya

Walaupun sering berjualan bambu secara keliling menggunakan gerobak, Mang Ojo mengakui bahwa sesekali ia berjualan menggunakan kendaraan mobil bak yang ia miliki dirumah. Tentunya dengan kondisi tertentu, karena menggunakan gerobak sudah menjadi kebiasaan yang ia tekuni sejak lama.

Penjual bambu keliling tempuh jarak 30 Km. (Ayobandung.com/Muslim YP)

"Kalau ada orderan atau partai besar, baru kita pakai mobil buat anterinnya. Kalau keliling gini kan paling banyak juga Rp.500.000 lah kalau laku semua. Jadi boros biaya kalau partai kecil pakai mobil," jelas Ojo.

Ia meyakini, bahwa profesi yang dijalani suatu hari akan menghilang. Pasalnya, anak sulung laki-lakinya ia larang untuk melakukan profesi yang sama.

"Lebih baik sekolah saja, bekerja seperti ini kalau ga kuat ga akan bisa. Fisik cape, ngantuk, belum resiko di jalan. Terlalu berbahaya, makannya saya suruh sekolah biar bisa kerja yang lebih mudah," kata Ojo.

Baca Juga: [FOTO] Menikmati Akhir Pekan di Tepi Healing

Berselang 20 menit, Mang Ojo dan ketiga rekannya yang sama-sama menekuni profesi penjual bambu keliling lebih dari 10 tahun itu bergegas untuk melanjutkan perjalanan. Ia sengaja memilih waktu perjalanan pada tengah malam agar kondisi lalu lintas tak terlalu ramai.

"Kalau siang terlalu ramai, resiko bikin macet kasihan yang lain. Kalau malam kan agak santai, enak juga kita ga ikutan macet. Mangga, tipayun kang bilih kabujeng siang," tutup Mang Ojo seraya menyalakan obor dengan bahan bakar solar dan berlalu ditengah heningnya jalan Nasional III.

Sentimen: negatif (66.7%)