Sentimen
Negatif (100%)
6 Agu 2023 : 12.13
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Karet, Yogyakarta, Sleman, Bantul

Mengelola Sampah Rumah Tangga Secara Mandiri yang Anti PHP

6 Agu 2023 : 12.13 Views 25

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

Mengelola Sampah Rumah Tangga Secara Mandiri yang Anti PHP

Krjogja.com - Warga mana yang tidak pusing jika sampah Rumah Tangganya terus menumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap. Persoalan timbunan sambah dan pengelolaannya seolah menjadi masalah yang tidak kunjung ada solusinya bagi warga Jogja. Bisa jadi Pemerintah memang kerepotan sekali mengurus warganya yang memproduksi sampah lebih besar dari kapasitas tempat pembuangan akhir yang tersedia.

TPA atau Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan merupakan tempat untuk menampung sampah dari 3 daerah di DIY, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, dan Kota Yogyakarta. TPA yang didirikan pada 1995 hingga 1996 ini mulai beroperasi di tahun yang sama setelah selesai didirikan.

Mengutip kanal jogjaprov.go.id, luas TPA Piyungan mencapai 12,5 hektare, sementara awalnya hanya 5,8 hektare lahan di Desa Sitimulyo yang disediakan untuk menjadi tempat penampungan sampah. Sampah yang ditimbun di TPA Piyungan setiap tahunnya terus meningkat.

Di tahun 2021, sampah yang ditampung oleh TPA mencapai 600 hingga 650 ton per harinya. Selanjutnya di tahun 2022, jumlah tersebut meningkat menajdi 700 ton setiap harinya. Di tahun 2023 ini, data terbaru menyebutkan bahwa sampah yang masuk ke TPA Piyungan mencapai 850 ton setiap harinya.

Hingga akhirnya pemerintahpun membuat keputusan untuk menutup TPA Piyungan mulai tanggal 23 Juli hingga 5 September 2023. Pemerintah menyampaikan bahwa penutupan sementara TPA Piyungan terpaksa dilakukan karena lokasi yang sudah sangat penuh dan melebihi kapasitas yang telah disediakan.

Pemerintahpun mengharapkan kerja pemerintah kabupaten/kota masing-masing daerah untuk melakukan penanganan secara mandiri sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat.

Mengingat kondisi warga di sekitar TPA Piyungan yang memprihatinkan kondisi kebersihan dan ksehatannya, saya rasa penutupan pelayanan TPA Piyungan menjadi solusi terbaik dalam upaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar.

Sesungguhnya persoalan buka tutup TPA ini sudah bukan hal baru lagi, sehingga menunggu solusi signifikan dari pemerintah daerah akan persoalan sampah ini rasanya bagaikan pungguk merindukan bulan.

Dari pada menunggu solusi dari Pemerintah, saat ini saya lebih percaya pada kinerja ibu-ibu warga desa yang mampu mengolah sampahnya sendiri secara mandiri, seperti mereka yang mangayam sampah plastic menjadi kerajinan tas ataupun mengolah sampah plastic menjadi ecobricks.

Bertemu dengan para pengelola sampah swasta seperti dari Rapel.id, Daur Resik, Kelompok Usaha Pengelola Sampah (KUPAS) Panggungharjo lebih memantik semangat saya untuk turut bertanggung jawab atas pengelolaan sampah organic dan anorganic di rumah tangga saya secara mandiri.

Alih alih berharap pada Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Tamanmartani di Kapanewon Kalasan, Sleman sebagai tempat pembuangan sementara sebagai solusi atas TPA Piyungan yang ditutup sementara, saya lebih berharap agar warga mulai tergerak untuk mengelola dan mengolah sampahnya sendiri.

Daripada mengulang kisah lama dan kena PHP lagi, lebih baik kita menuliskan kisah baru perjalanan sampah kita. Karena lagi-lagi persoalan sampah adalah masalah yang tak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Setiap rumah tangga memproduksi berbagai jenis sampah setiap harinya.

Yang bisa kita lakukan adalah mengurangi produksi sampah dan mengelolanya dengan bijak. Sampah rumah tangga adalah jenis sampah yang berasal dari aktivitas sehari-hari di rumah, seperti sisa makanan, kemasan plastik, kertas, botol, dan banyak lagi

Mengapa Harus Memilah Sampah?
Dengan memilah sampah rumah tangga, kita dapat mendaur ulang dan mengurangi jumlah sampah yang pada akhirnya akan mencemari lingkungan. Daur ulang sampah membantu menghemat sumber daya alam dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Selain itu jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhirpun dapat berkurang. Hal ini membantu mengurangi beban tempat pembuangan akhir yang biasanya penuh dengan sampah dan sulit untuk dikelola. Memilah sampah membantu menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita.

Sampah yang tercecer dapat menimbulkan masalah kesehatan dan menciptakan lingkungan yang tidak nyaman.Dengan mempraktikkan pemilihan sampah rumah tangga, kita memberikan contoh yang baik bagi anak -anak dan generasi mendatang tentang bagaimana menjaga bumi agar tetap hijau dan berkelanjutan.

Jenis Sampah Rumah Tangga
Untuk memulai gerakan memilah sampah ini pertama-tama penting untuk mengenali jenis-jenis sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Sampah rumah tangga umumnya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama:
• Sampah Organik: Sisa makanan, daun, dan bahan organik lainnya.
• Sampah Anorganik Non-Recyclable: Plastik, karet, tisu, dan bahan-bahan non-daun lainnya.
• Sampah Anorganik Recyclable: Botol plastik, kertas, kardus, dan logam.
• Sampah Berbahaya Beracun: Baterai, cat, obat-obatan, dan produk kimia rumah tangga.

3R: Reduce, Reuse, Recycle
Sebagai langkah awal, kita dapat menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah rumah tangga:
• Reduce (Kurangi): Kurangi penggunaan produk sekali pakai dan kemasan berlebihan. Pilihlah produk dengan kemasan ramah lingkungan dan hindari pemborosan.
• Reuse (Gunakan Kembali): Selalu pertimbangkan untuk menggunakan kembali barang-barang sebelum memutuskan untuk membuangnya. Contohnya, gunakan botol minuman ulang dan kantong belanjaan kain.
• Recycle (Daur Ulang): Pastikan kita memisahkan semua sampah yang dapat didaur ulang seperti kertas, plastik, dan logam. Pisahkan sampah berdasarkan jenisnya untuk memudahkan proses daur ulang sebelum diserahkan kepada pengelola daur ulang.

Sentimen: negatif (100%)