Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Kab/Kota: Beijing, Tiongkok
Peran Strategis Indonesia Meredakan Ketegangan di Selat Taiwan
Kompas.com
Jenis Media: Nasional
/data/photo/2023/04/08/6430dae610072.jpg)
KETEGANGAN yang meningkat di Selat Taiwan dalam beberapa pekan terakhir, sebagai pusat dinamika geopolitik yang kompleks, memiliki implikasi potensial dan menjadi sorotan dunia internasional.
Untuk memahami dinamika ini, diperlukan penilaian komprehensif mengenai sejarah, geopolitik, dan hubungan lintas-Selat.
Mengingat hal ini, kemungkinan peran Indonesia, dengan posisi geografisnya yang strategis dan pengaruhnya yang signifikan di ASEAN, terutama sebagai ketua pada 2023, harus dipertimbangkan.
Posisi geopolitik Indonesia, ditambah posisinya yang berpengaruh di ASEAN dan diaspora Indonesia yang cukup besar di Taiwan, memberikan potensi unik untuk menjadi penengah yang efektif dalam isu-isu berkaitan Selat Taiwan.
Keanekaragaman budaya Indonesia, komitmen yang teguh terhadap perdamaian dan stabilitas regional menggarisbawahi potensi ini.
Strategi efektif untuk menenangkan wilayah Selat Taiwan haruslah memperhatikan dinamika yang kompleks di wilayah tersebut.
Pendekatan semacam itu harus bertujuan menghindari konflik militer, membina hubungan politik yang kuat, dan meningkatkan saling ketergantungan ekonomi.
Inti dari strategi ini terletak pada kekuatan dialog. Selat Taiwan mewujudkan jaringan kepentingan geopolitik yang kusut antara Amerika Serikat, Tiongkok, dan Taiwan.
Dalam konteks ini, dialog muncul sebagai alat yang sangat penting – bukan sebagai pengesahan terhadap salah satu posisi, tetapi sebagai sarana untuk memahami dan mengakui perspektif semua pihak yang terlibat. Dialog ini dapat menjadi dasar untuk resolusi damai dalam suasana konstruktif.
Pada saat sama, sangat penting untuk membina hubungan ekonomi yang kuat untuk memperkuat rasa saling ketergantungan.
Hubungan ekonomi yang terjalin dapat menjadi pencegah konflik yang ampuh, karena potensi konsekuensi ekonomi dari tindakan militer dapat mencegah pihak-pihak yang terlibat untuk memicu konflik.
Misalnya, meningkatkan dukungan ekonomi untuk Taiwan dapat berfungsi sebagai balasan damai terhadap ketegasan yang dirasakan dari Beijing sekaligus memperkuat prinsip-prinsip demokrasi.
Pendekatan multi-segi sangat penting, menggabungkan dukungan ekonomi strategis dan postur pertahanan yang seimbang.
Memperkuat hubungan ekonomi dengan Taiwan dapat membantu mengimbangi dampak tekanan ekonomi. Mitra global dapat meningkatkan hubungan perdagangan mereka dengan Taiwan, mengurangi ketergantungan ekonomi Taiwan pada Tiongkok.
Dinamika yang saling menguntungkan ini dapat menumbuhkan ekonomi Taiwan yang tangguh dan beragam.
Meskipun postur pertahanan yang tepat sangat penting bagi kawasan ini, postur pertahanan yang tepat tidak harus menandakan permusuhan.
Sekutu dapat membantu Taiwan dalam meningkatkan kemampuan pertahanannya tanpa memprovokasi Tiongkok.
Komitmen ini dapat digarisbawahi melalui latihan multinasional yang menekankan pentingnya kebebasan navigasi dan penerbangan lintas batas, dengan tujuan mencegah dan bukan untuk memprovokasi.
Komunitas internasional berbagi tanggung jawab untuk mengatasi masalah-masalah terkait Selat Taiwan.
Pendekatan yang terkonsolidasi mengirimkan pesan yang jelas: tindakan agresif tidak akan ditoleransi, dan nilai-nilai demokrasi serta hak asasi manusia harus dihormati.
Kepatuhan terhadap hukum internasional dan resolusi di lembaga-lembaga multilateral dapat memberikan kontribusi signifikan dalam menjaga perdamaian.
Indonesia, sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, memiliki perspektif berharga terkait situasi di Selat Taiwan.
Dengan sekitar setengah juta warga negara Indonesia yang tinggal dan bekerja di Taiwan—di antaranya terdapat puluhan ribu anggota Nahdlatul Ulama (NU)—situasi di sana berdampak langsung pada Indonesia.
Data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa pada kuartal I 2022, jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Taiwan mencapai 294.000 orang.
Taiwan juga merupakan salah satu destinasi utama bagi pekerja migran Indonesia di Asia Timur. Menurut BI, TKI di Taiwan menyumbang sekitar 14,92 persen total remitansi pada periode Januari—Maret 2022.
Oleh karena itu, Indonesia memiliki kepentingan langsung dalam setiap perkembangan di Selat Taiwan.
Sejarah membuktikan bahwa peran dan kepentingan geopolitik Indonesia di Asia telah membantu negara ini memfasilitasi dialog antara pihak-pihak yang bertikai.
Kepemimpinan Indonesia di ASEAN memberikan posisi strategis untuk memengaruhi dan memediasi diskusi di antara negara-negara anggota dan di luar organisasi tersebut.
Dengan mempertimbangkan sejarah diplomatik, posisi geopolitik, dan kepentingan langsung penduduknya di luar negeri, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi penengah efektif dalam isu Selat Taiwan.
Ini bisa dicapai dengan menekankan pentingnya perdamaian, stabilitas, dan patuh terhadap hukum internasional.
Indonesia dapat menjadi tuan rumah dialog perdamaian antara kedua belah pihak, dengan menekankan dedikasinya terhadap perdamaian dan stabilitas regional.
Selain itu, sebagai negara dengan ekonomi Asia yang sedang berkembang, Indonesia dapat meningkatkan hubungan perdagangan dan investasinya dengan Taiwan, memperkuat fondasi ekonomi Taiwan, dan menyampaikan pesan yang tegas kepada Beijing.
Meskipun ASEAN pada umumnya menahan diri untuk tidak mencampuri urusan internal anggotanya, potensi destabilisasi kawasan akibat konflik menjadikannya sebagai keprihatinan bersama.
Sebagai pemain kunci di ASEAN, Indonesia dapat mendorong peran yang lebih proaktif dalam menengahi situasi.
Tradisi multikultural dan multi-agama yang kaya di Indonesia juga dapat memainkan peran penting dalam mengurangi ketegangan.
Mendorong pertukaran antarwarga, program budaya, dan dialog antaragama antara Taiwan, Tiongkok, dan Indonesia dapat membantu meredakan situasi dengan menumbuhkan rasa saling menghormati dan memahami.
Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi Islam terbesar di dunia dengan banyak anggota di kalangan pekerja migran Indonesia di Taiwan, dapat secara signifikan mempromosikan perdamaian di Selat Taiwan.
NU dapat mendorong interaksi antara para pemuka agama dari Taiwan, Tiongkok, dan Indonesia melalui dialog antaragama.
Namun, dialog semacam itu sangat kompleks dan rumit dan membutuhkan pemilihan peserta yang cermat, agenda seimbang, dan proses fasilitasi yang menghormati semua perspektif.
Pesan publik NU memiliki pengaruh yang cukup besar di Indonesia dan internasional. Dengan menggunakan platformnya, NU dapat menyebarkan pesan-pesan yang menganjurkan perdamaian, toleransi, dan saling menghormati - narasi-narasi yang sangat penting dalam menghadapi ketegangan saat ini.
Pengaruh NU dapat menjadi sangat penting dalam menyeimbangkan situasi di mana narasi memengaruhi persepsi dan kebijakan.
Di Taiwan, Pengurus Cabang Istmewa NU (PCINU) Taiwan memegang peran penting dalam memperkuat ikatan Indonesia dan Taiwan, meski tidak ada hubungan diplomatik resmi antara keduanya selama 53 tahun.
Meskipun ada Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, tetapi itu tidak memiliki wewenang diplomatik, berbagai organisasi masyarakat Indonesia mengisi ruang ini melalui pertukaran budaya dan sosial.
Mereka berusaha mempromosikan kepentingan dan kekayaan budaya Indonesia di Taiwan, misi yang menjadi pendorong bagi PCINU.
Program pertukaran budaya yang difasilitasi oleh NU dapat lebih meningkatkan pemahaman dan pengalaman bersama antara masyarakat di Taiwan, Tiongkok, dan Indonesia.
Program-program ini dapat melibatkan pertukaran di berbagai tingkatan— mulai dari interaksi pelajar hingga perayaan keagamaan bersama. Interaksi semacam itu dapat membantu menghilangkan hambatan dan stereotip serta memanusiakan "yang lain".
Mengingat besarnya diaspora Indonesia di Taiwan, inisiatif proaktif dari NU dan pemerintah Indonesia sangatlah penting. NU dapat memanfaatkan jaringannya yang luas di Taiwan untuk menyelenggarakan sesi informasi dan inisiatif pembangunan perdamaian.
Sementara itu, pemerintah Indonesia harus memprioritaskan keselamatan warga negaranya di Taiwan dalam upaya diplomatiknya dengan membangun jalur komunikasi dengan pemerintah Tiongkok dan Taiwan.
Situasi ini menuntut pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi dari NU dan pemerintah Indonesia.
Dengan bekerja sama, mereka dapat memastikan bahwa kepentingan dan keselamatan warga negara Indonesia di Taiwan tetap terjaga pada masa-masa yang tidak menentu ini.
Melalui langkah-langkah proaktif seperti itu, mereka dapat secara efektif memitigasi potensi risiko yang ditimbulkan oleh ketegangan yang sedang berlangsung di Selat Taiwan.
Mengatasi situasi di Selat Taiwan merupakan tugas menantang. Namun, potensi dampak dari kegagalan dalam mengelola konflik ini secara efektif – gangguan terhadap stabilitas regional, potensi jatuhnya korban jiwa, dan kerusakan pada tatanan internasional – terlalu serius untuk diabaikan.
Hal ini sangat mendesak bagi Indonesia, mengingat banyaknya jumlah warganya yang tinggal di Taiwan.
Kompleksitas tugas ini menuntut strategi yang komprehensif dan komitmen jangka panjang terhadap perdamaian, stabilitas, dan nilai-nilai demokrasi.
Sangat penting untuk fokus pada pencegahan konflik daripada memenangkan konflik. Tanggung jawab kita bersama adalah memastikan bahwa abad ke-21 menjadi era perdamaian dan kerja sama, bukan konflik dan perpecahan.
Dari sudut pandang geopolitik, Indonesia, dengan posisinya yang strategis dan berpengaruh di ASEAN, memiliki peran yang tidak dapat disangkal dalam masalah Selat Taiwan.
Dengan NU, yang memiliki jaringan yang luas di kalangan diaspora Indonesia di Taiwan, peran ini tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga sebagai mediator dan penjaga perdamaian.
Bersikap proaktif dan konsisten dalam mempromosikan dialog dan kerja sama antar negara merupakan cara optimal untuk mencegah ketegangan meningkat menjadi konflik bersenjata, yang dapat menimbulkan dampak negatif meluas.
Ketidakstabilan yang disebabkan oleh konflik semacam itu dapat merugikan pihak-pihak yang terlibat langsung maupun Indonesia dan negara-negara lain.
Oleh karena itu, tindakan proaktif, bukan hanya pendekatan yang bersifat menunggu dan melihat, sangatlah penting.
Peran potensial Indonesia dan NU dalam meredakan ketegangan di Selat Taiwan memberikan contoh nyata tentang bagaimana negara dan organisasi masyarakat dapat berkontribusi dalam menegakkan perdamaian dan stabilitas global.
Mengingat posisi geopolitik Indonesia yang unik, populasi yang cukup besar di Taiwan, dan peran potensial Nahdlatul Ulama, keterlibatan proaktif negara ini dapat menjadi kekuatan yang kuat untuk perdamaian dan stabilitas.
Hal ini menggarisbawahi pentingnya dialog, partisipasi aktif, dan upaya yang berkelanjutan di tengah lanskap geopolitik yang rumit saat ini.
Mari kita memprioritaskan pencegahan konflik daripada resolusi, karena tanggung jawab kita bersama terletak pada memastikan bahwa abad ke-21 muncul sebagai era perdamaian dan kerja sama, bukan konflik dan perpecahan.
-. - "-", -. -
Sentimen: positif (100%)