Sentimen
Netral (93%)
27 Jul 2023 : 00.08
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Institusi: UIN, UIN Alauddin Makassar

Tokoh Terkait

Rekontekstualisasi Semangat Hijrah Milenial Dengan Islam Moderat

27 Jul 2023 : 00.08 Views 24

Akurat.co Akurat.co Jenis Media: News

Rekontekstualisasi Semangat Hijrah Milenial Dengan Islam Moderat

AKURAT.CO Penggunaan istilah hijrah menjadi cukup tenar saat ini. Khususnya di kalangan generasi muda atau dikenal dengan istilah hijrah milenial.

Mereka berusaha mengaitkan hijrahnya Rasulullah SAW dengan upaya pribadi dalam peningkatan pengamalan agama.

Namun banyak justru generasi muda yang salah kaprah menafsirkan makna hijrah.

baca juga:

Dosen UIN Alauddin Makassar, Abdul Rauf Muhammad Amin, memiliki pandangan bahwa hijrah yang dilakukan seseorang harus memiliki pemaknaan yang kontekstual.

Hijrah tidak bisa dipandang secara hitam putih, misal dengan mengartikannya sebagai perpindahan tempat semata. Di mana, hijrah harus substansial, bisa membawa pelakunya dari keburukan kepada kebaikan.

"Tapi itu sekali lagi tergantung pada cara berpikir. Terkadang anak-anak milenial itu memaknai hijrah perspektif yang konservatif," katanya melalui keterangan, Rabu (26/7/2023).

Abdul Rauf mengungkapkan bahwa terminologi hijrah dalam Islam harus dimaknai secara kontekstual. Maksudnya adalah bahwa hijrah itu harus mengakomodasi tiga hal, antara lain adalah wahyu, reason/akal pikiran, dan realitas.

"Kalau kita bisa mengombinasikan tiga hal ini untuk memahami Islam maka akan sangat powerful untuk memperbaiki kualitas keagamaan kita. Hijrah juga harus dimaknai sebagai perjalanan spiritual dan mentalitas sehingga dapat membawa seseorang memahami konsep moderasi beragama," jelasnya.

"Hijrah itu adalah perubahan pola pikir dari Islam yang radikal dan ekstrem, menjadi Islam yang moderat. Islam yang moderat itulah yang sebenarnya dikehendaki dalam Islam. Ini yang membutuhkan narasi-narasi yang sustainable agar bisa mengurangi terjadinya tren radikalisme," tambah Abdul Rauf.

Dia menekankan pada generasi muda tentang pentingnya untuk tidak melakukan apa yang disebut sebagai truth claim atau klaim kebenaran. Adanya klaim kebenaran secara sepihak sebenarnya menunjukkan kurangnya ilmu di dalam memahami Islam. Oleh karena itu, perbanyaklah belajar sehingga bisa mengkontekstualisasikan Islam dalam kehidupan nyata.

Abdul Rauf juga menyoroti pentingnya mendapatkan panduan beragama yang valid dan aman. Hal ini bisa dilakukan dengan mempelajari track record dari dai yang diikuti, apakah moderat atau tidak. Sangat disayangkan apabila dai yang dijadikan panutan justru mengajarkan intoleransi yang sebenarnya jauh dari nilai-nilai keislaman itu sendiri. Beredarnya banyak kajian di internet yang diisi oleh beragam dai seharusnya membuat menjadi lebih selektif dalam mencari pelajaran agama.

"Kesalahan dalam memilih guru bisa membentuk dan mengkonstruksi pemahaman beragama menjadi pemahaman yang radikal. Kalau hanya belajar di internet, potensial sekali untuk melenceng dari pemahaman beragama yang sebenarnya," jelasnya.

Penulis buku Implementasi Maqasid Syariah dalam Perspektif Kontemporer ini menekankan bahwa para dai juga memiliki peranan penting dalam memahamkan hijrah secara benar pada masyarakat. Para dai harus bisa menjadi sosok yang solutif dalam menjawab berbagai permasalahan umat. Dai yang berhasil melakukan kontekstualisasi Islam adalah yang dapat menjadi penolong di tengah sempitnya pemahaman beragama.

"Termasuk para dai ini sebenarnya punya dua problem. Di samping dia harus memperbaiki diri dan pemahamannya, dia juga harus menarasikan pemikiran dan pemahaman yang baik kepada masyarakat. Jangan sampai seorang dai malah jadi bagian dari masalah tapi dia justru harus bisa jadi solusi dari masalah itu sendiri," pungkas Abdul Rauf.

Sentimen: netral (93.4%)