Sentimen
Negatif (66%)
11 Jul 2023 : 04.16
Partai Terkait
Tokoh Terkait

Benarkah Suhu Dingin Belakangan Ini karena Fenomena Aphelion? Begini Penjelasan BMKG

11 Jul 2023 : 04.16 Views 9

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Benarkah Suhu Dingin Belakangan Ini karena Fenomena Aphelion? Begini Penjelasan BMKG

PIKIRAN RAKYAT - Belakangan ini terjadi fenomena suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia terasa lebih dingin daripada biasanya.

Beredar pesan broadcast di media sosial yang menyebutkan bahwa cuaca dingin yang terjadi di Indonesia belakangan ini karena jarak bumi dengan matahari dalam titik terjauh saat periode revolusi atau Aphelion.

Dijelaskan bahwa saat berada di titik Aphelion, cuaca di bumi akan cenderung lebih dingin dibandingkan periode lainnya.

Forecaster BMKG Jatiwangi dan Kertajati Ahmad Faiz Zyin menjelaskan bahwa fenomena Aphelion ini adalah fenomena astronomi yang terjadi setahun sekali pada bulan Juli.

Baca Juga: El Nino Berpotensi Kembali Melanda, Waspada Lonjakan Suhu di Sejumlah Wilayah

Kendati demikian, kondisi cuaca dingin yang terjadi di wilayah Indonesia pada bulan Juli tidak terkait dengan fenomena Aphelion.

“Saat Aphelion, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi,” kata Faiz.

Menurutnya, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi.

Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni antara bulan Juli hingga September.

Baca Juga: Suhu di Arab Saudi Capai 40 Derajat Celsius, Calon Haji Harus Waspada Cuaca Ekstrem

Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT berada pada musim kemarau.

Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia. Pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsun Dingin Australia.

Monsoon Dingin Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudra Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin.

Baca Juga: PBB Beri Peringatan Suhu Ekstrem pada Periode 2023-2027, Susi Pudjiastuti Beri Solusi

Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin pada malam hari.

Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari.

“Hal ini yang membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari,” ujar Faiz.

Fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng, Jawa Tengah dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang.***

Sentimen: negatif (66.5%)