Sentimen
Negatif (88%)
10 Jul 2023 : 10.42
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Cianjur, Dubai, Jayapura

Kasus: HAM, pembunuhan, penganiayaan, penembakan

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Jokowi Kunjungi Papua Nugini dan Australia untuk Redam Konflik Papua, Bicara dari Hati ke Hati

10 Jul 2023 : 10.42 Views 14

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Jokowi Kunjungi Papua Nugini dan Australia untuk Redam Konflik Papua, Bicara dari Hati ke Hati

PIKIRAN RAKYAT - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke Australia dan Papua Nugini (PNG) salah satunya untuk meredam konflik di Papua. Menghadapi kelompok separatis yang kian memecah belah, Jokowi berharap Australia dan PNG tidak mengindahkan keinginan kelompok tertentu yang berpotensi mencederai persatuan.

"Saya sudah berbicara dari hati ke hati secara informal sehingga diharapkan dengan adanya kunjungan ke kedua negara bisa meredam konflik (di Papua) dan keinginan-keinginan (kelompok) tertentu," harap Jokowi, di Jayapura, Jumat, 7 Juli 2023.

Presiden menyatakan harapan itu usai membuka Papua Street Carnival yang dipusatkan di kawasan Kantor Gubernur Dok II Jayapura. Dikatakan Jokowi, besar harapannya untuk mengurangi intensitas konflik di Papua, melalui kunjungannya ke Australia dan PNG.

Jokowi juga mengatakan dirinya ingin mempererat kerja sama dengan kedua negara, dalam bidang ekonomi, terutama mining (pertambangan), industri dan streaming atau hilirisasi. Secara umum, Kepala Negara RI itu menyatakan ingin menjalin hubungan baik dengan PNG dan Australia.

Baca Juga: Cek Fakta: 6 Jenderal TNI Diringkus Kabarnya Jadi Beking Pimpinan Al Zaytun

"Apapun itu kedua negara baik Australia dan PNG sangat berpengaruh di region kita," kata Jokowi, dikutip dari Antara, Sabtu, 8 Juli 2023.

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua makin bengis dan tak terkendali belakangan. Dalam kurun enam tahun terakhir, kelompok yang salah satunya dipimpin Egianus Kogoya itu telah melakukan sebanyak 65 kali aksi kekerasan yang menyebabkan 74 orang luka-luka dan meninggal.

"74 Orang yang meninggal dan luka-luka itu terdiri dari aparat keamanan dan warga sipil," kata Kasatgas Humas Damai Cartenz Kombes Donny Charles Go di Jayapura, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara, Kamis, 16 Februari 2023.

Sejak 2017, Kogoya mulai memimpin aksi kekerasan bersenjata itu, yang meliputi 31 aksi penembakan, 16 aksi kontak tembak, delapan penyerangan, tiga pembantaian dan dua pembakaran. Selain itu, KKB juga pernah melakukan aksi pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, pengancaman, hingga penyanderaan pilot di kasus terbaru.

Baca Juga: Polri Respons Video Anak TKW Asal Cianjur, Gandeng Pihak Imigrasi Usut Korban TPPO di Dubai

"Polda Papua telah menerbitkan 16 orang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) untuk dilakukan tindakan hukum," kata Donny.

Terbaru, Pilot Susi Air disandera KBB pimpinan Egianus Kogoya sejak 7 Februari 2023 lalu, tepatnya setelah mendaratkan pesawatnya di lapangan terbang Paro, Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan. Pesawat yang ditumpanginya dibakar para grup separatis tersebut ketika itu. 6 bulan berlalu, WNA tersebut belum juga berhasil dievakuasi.

Tanggapan Pakar atas Harapan Jokowi

Ilmuwan dari Fakultas Hubungan Internasional (HI) Universitas Cenderawasih Mariana Buinay menilai kunjungan Presiden Jokowi ke Australia dan PNG telah memberikan gambaran kepada kelompok-kelompok separatis. Umumnya, kata dia, ini merupakan pesan bagi semua orang yang bergerak dengan ideologi sendiri lantaran ingin lepas dari NKRI.

Baca Juga: Mahfud MD Soal Jadi Cawapres Ganjar Pranowo: Saya Tidak Tahu, Kalau Bicara dengan PDIP Sering

Alasan bisa beragam, mulai dari keadilan, pelanggaran HAM alias human right, serta prospek perjuangannya ke depan. Menurut Mariana, kunjungan Jokowi dapat menjadi langkah berdampak terkait isu tersebut.

"Kelompok-kelompok itu akan melihat apakah Indonesia mampu menciptakan keadilan untuk melakukan kerja sama dengan Australia misalnya dalam bidang pengembangan sumber daya manusia atau kerja sama di bidang ekonomi," katanya.

"Mereka akan berpikir dengan perjuangannya, apakah tetap dengan ideologinya atau mengubah strategi ke depan misalnya memperjuangkan keadilan tidak melalui separatis tetapi turut serta dalam pendidikan dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi di daerah masing-masing, " kata Mariana. ***

Sentimen: negatif (88.6%)