Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Gunung, Magelang
Mengenal Tradisi Thudong, Ritual Umat Buddha Berjalan Kaki Ribuan Kilometer
Akurat.co
Jenis Media: News

AKURAT.CO Perbincangan masyarakat Indonesia belakangan ini salah satunya diramaikan dengan aksi sejumlah biksu yang berjalan kaki melakukan tradisi Thudong atau perjalanan dari Thailand menuju Candi Borobudur, Magelang.
Tujuan dari perjalanan kali ini adalah untuk menyambut Hari Raya Waisak yang jatuh pada Minggu, 4 Juni 2023 mendatang.
Perjalanan religi yang dilakukan para biksu dengan jalan kaki dari Thailand ke Borobudur termasuk dalam tradisi keagamaan yang dikenal dengan sebutan Thudong.
baca juga:
Lantas, apakah tradisi Thudong itu?
Tradisi Thudong
Kata Thudong berasal dari bahasa Thailand yang memiliki arti sebagai sarana untuk melepaskan diri serta dapat diartikan juga sebagai kehidupan membara, bertapa, menyendiri dan meditatif dari para biksu.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Agama, Jumat (19/5/2023), tradisi Thudong adalah ritual keagamaan yang dilakukan oleh umat Buddha dengan berjalan kaki ribuan kilometer atau dikenal juga sebagai perjalanan religi.
Ritual keagamaan ini merupakan tradisi salah satu aliran Buddha yang terbesar, Buddhisme Theravada, yang dilakukan dengan melakukan perjalanan ke tempat-tempat suci. Tempat suci yang dimaksud yaitu gua, gunung hutan dan candi.
Namun untuk saat ini para biksu dapat bersinggah di vihara. Biasanya dilakukan oleh para biksu yang telah mengambil sumpah untuk hidup sebagai biksu pengembara atau biksu aranyaka.
Kini Buddhisme Theravada tersebar di Thailand, Sri Lanka, Myanmar, Kamboja dan Vietnam.
Tujuan utama dari Thudong adalah untuk mencari pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran Buddha, membersihkan pikiran dan hati dari hambatan dan mencapai keadaan meditasi yang lebih dalam. Para biksu harus berlatih disiplin diri, termasuk puasa, meditasi dan pembiasaan kesederhanaan.
Biksu pengembara yang melakukan Thudong diharapkan menghindari tiga dosa utama dalam Buddhisme yaitu keinginan, kemarahan dan kebodohan.
Para biksu mengembangkan nilai kebajikan yaitu kasih sayang, kedermawanan dan kebijaksanaan. Selain itu, tujuan dari perjalanan dalam tradisi Thudong melatih kesabaran para biksu seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha bahwa kesabaran merupakan praktik dhamma yang paling tinggi.
Kesabaran dilatih dalam perjalan yang panjang ini karena terkena panas sinar matahari, hujan hanya akan makan sebanyak satu kali setiap hari dengan minum seadanya dan tinggal atau beristirahat di tempat seadanya.
Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama, bahkan sebelum vihara ada dan belum ada tempat tinggal bagi para biksu. Meski telah ada sejak ratusan tahun lalu, tradisi ini baru pertama kali dilakukan di Indonesia dan telah tercatat dalam Museum Rekor Indonesia-Dunia (MURI).
Dalam melakukan perjalanan jauh tanpa membawa banyak perbekalan atau uang para biksu dibantu serta didukung masyarakat dan umat Buddha yang tersebar di berbagai daerah.
Sentimen: positif (66.5%)