PIKIRAN RAKYAT – Ribuan umat Islam dari Tarekat Syattariyah Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, melaksanakan sholat ied pada Kamis, 20 April 2023 di Masjid Peuleukung, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Setempat.

“Pelaksanaan sholat ied hari ini setelah kami melakukan hisab dengan metode bilangan lima,” ungkap Teuku Raja Keumangan, cucu kandung Abu Habib Muda Seunagan, pemimpin Tarekat Syattariyah.

Ia menjelaskan, Tarekat Syattariyah diperkenalkan oleh Abu Habib Muda Seunagan dan menjadi salah satu Tarekat yang populer di Kabupaten tersebut.

Selain di Nagan Raya, pengikut Tarekat Shattariyah juga berasal dari sejumlah Kabupaten/Kota Provinsi Aceh seperti Kabupaten Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara. Seluruh pengikut Tarekat melaksanakan sholat ied pada Kamis pagi.

Baca Juga: Penetapan Lebaran 2023 di Berbagai Belahan Dunia: Arab Saudi Cs hingga Amerika Serikat

Lebih lanjut, Teuku Raja Keumangan mengungkapkan jika Tarekat Sattariyah sudah ada di Aceh sejak 200 tahun yang lalu.

Tarekat Syattariyah merupakan aliran tarekat yang muncul pada abad ke-15 di India dan dinisbahkan kepada tokoh yang mengembangkannya, yakni Abdullah asy-Syattar. Awalnya, tarekat ini lebih dikenal dengan nama Isyqiyah di Iran dan Transoxiana (Asia Tengah), sedangkan di wilayah Turki Usmani disebut Bistamiyah.

Tarekat merupakan istilah yang merujuk pada aliran dalam dunia tasawuf atau sufisme Islam. Istilah ini bermakna "jalan" atau "metode" secara bahasa, dan secara konseptual diartikan sebagai "jalan kering di tengah laut".

Baca Juga: Volume Kendaraan Tinggi, One Way Tol Cikampek - Kalikangkung Diperpanjang hingga Pukul 24.00 WIB

Hal ini juga merujuk pada sebuah ayat dalam Al-Qur'an yang menyebutkan, "Dan sungguh, telah Kami wahyukan pada Musa, ‘Tempuhlah perjalanan di malam hari bersama para hamba-hamba-Ku, (dan) buatlah untuk mereka jalan kering di tengah laut'."

Tarekat Syattariyah menjadi salah satu aliran tasawuf yang terkenal di dunia Islam.

Lebih jauh, Teuku Raja Keumangan mengatakan pihaknya menghargai perbedaan perayaah Idul Fitri 1444 H yang terjadi di kalangan umat Islam di Indonesia. Menurutnya, perbedaan tersebut telah menjadi ketentuann Allah SWT yang menyimpan hikmah tersendiri.***