Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: Biak
Gerhana Matahari Hibrida Jadi Ladang Penelitian
Akurat.co
Jenis Media: News

AKURAT.CO Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat akan terjadi fenomena alam langka pada 20 April 2023 mendatang. Fenomena tersebut adalah gerhana matahari hibrida.
Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN, Emanuel Sungging, menjelaskan, fenomena alam itu dapat menjadi momentum baik untuk melakukan riset antariksa. Riset disiplin ilmu lain juga dapat memanfaatkan momen langka ini untuk penelitian.
Sungging mencontohkan, peneliti dari disiplin ilmu hayati dapat ikut meneliti apakah ada pengaruh proses terjadinya gerhana matahari terhadap perilaku makhluk hidup di bumi. Peneliti disiplin ilmu lain dapat melakukan penelitian pengaruh gerhana matahari terhadap perilaku makhluk hidup, baik itu hewan atau tumbuhan.
baca juga:
"Selain itu, seperti di bidang ilmu sosial peneliti di bidang tersebut juga dapat melakukan penelitian etnoastronomis, terkait bagaimana budaya yang timbul di masyarakat terkait adanya gerhana matahari hibrida. Adanya momen ini membawa kesempatan untuk melakukan kolaborasi lintas-disiplin," terangnya dikutip Jumat (7/4/2023).
Sungging dan timnya akan melakukan pengamatan di Biak Numfor, Papua, yang berada tepat di lintasan gerhana matahari. Ada tiga hal yang akan lakukan yaitu riset terkait korona, dampak gerhana pada ionosfer dan perubahan kecerlangan.
Untuk mengukur korona akan menggunakan indeks flattening Ludendorf agar dapat melihat bentuk dan struktur korona. Nilai indeks yang dihasilkan akan diturunkan untuk mengidentifikasi aktivitas magnetik dan memprediksi siklus matahari.
Indeks Flattening Ludendorf sendiri merupakan parameter kuantitatif untuk menganalisis bentuk dan struktur korona global. Indeks ini juga menjadi salah satu indicator parameter medan magnetik matahari dalam jangka panjang.
"Dengan menggunakan alat sederhana kami akan mengukur dinamika ionosfer. Mengapa ionosfer menjadi penting, karena sangat berdampak pada akurasi GPS dan juga terkait komunikasi terutama komunikasi maritim yang menggunakan kanal HF (High Frequency). Kami akan melihat pada saat terjadinya gerhana ini ada gangguan atau tidak," jelas peneliti ahli madya BRIN itu.
Gerhana matahari hibrida terjadi ketika dalam satu waktu fenomena gerhana ada daerah yang mengalami gerhana matahari total dan ada pula yang mengalami gerhana matahari cincin (tergantung dari lokasi pengamatan).
Fenomena tersebut disebabkan oleh kelengkungan bentuk bumi. Indonesia sudah mengalami gerhana matahari beberapa kali yaitu pada 1983 dan 2016 terjadi gerhana matahari total dan gerhana matahari cincin di tahun 2019.
Gerhana matahari hibrida yang akan terjadi pada 20 April 2023 nanti berlangsung selama 3 jam 5 menit, mulai dari durasi kontak awal hingga akhir jika diamati dari wilayah Biak. Dengan durasi fase tertutup total 58 detik.
Sementara jika diamati dari Jakarta, durasi dari kontak awal hingga akhir adalah 2 jam 37 menit. Namun jika diamati dari Jakarta, persentase tertutupnya matahari hanya sebesar 39 persen.
Sentimen: positif (79%)