Sentimen
Netral (86%)
9 Apr 2023 : 04.57
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Gunung

Kasus: covid-19

Partai Terkait

Sejak Pandemi Covid-19, Persebaran Hoaks Semakin Serius

9 Apr 2023 : 04.57 Views 35

Medcom.id Medcom.id Jenis Media: News

Sejak Pandemi Covid-19, Persebaran Hoaks Semakin Serius

Jakarta: Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat persebaran hoaks semakin serius sejak pandemi covid-19 melanda Indonesia. Pengguna media sosial diharapkan meningkatkan kemampuan menyaring dan memverifikasi informasi.
 
"Orang itu lebih cenderung percaya hoaks jika memang informasinya itu sesuai dengan opini yang dimiliki atau diyakini," Pemeriksa Fakta Senior Mafindo, Syarief Ramaputra, melalui keterangan tertulis yang diterima, Sabtu, 8 April 2023.
 
Pernyataan Syarief itu mengemuka dalam kegiatan Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) Ngabuburit bertema Pintar Cek Fakta dan Berita pada Kamis, 6 April 2023. Kegiatan yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi ini untuk memperingati Hari Internasional Fact-Checking.

-?

- - - -
Kominfo mencatat jumlah informasi yang beredar di internet semakin tidak terbendung. Dengan penetrasi internet yang mencapai 78 persen, pengguna internet di Indonesia telah menembus angka 215 juta orang. 
 
Survei Kominfo dan Katadata Insight Center (2021) menemukan 73 persen responden menjadikan media sosial sebagai sumber informasi. Dengan latar belakang tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk memilah fakta dan berita yang beredar di internet. Waspada gelembung informasi
Syarief menggarisbawahi ada fenomena gelembung informasi karena basis algoritma tertentu. Fenomena ini memungkinkan informasi yang diterima seseorang sesuai pada minatnya saja. 
 
Sebuah hoaks informasi yang secara terus menerus tampil dapat berpotensi dipercayai oleh banyak orang. Hal ini yang disebut dengan fenomena post truth.
 
"Perkembangan artificial intelligence menjadi momok tersendiri dalam penipuan di internet. Teknologi AI dapat mengubah wajah seseorang mirip seperti aslinya," kata dia. 
 
Teknologi ini, menurut Syarief, sudah digunakan sebelumnya dalam pembuatan film. Tetapi, potensi negatifnya juga tidak ikut sirna.
 
Manajer Kebijakan Publik Meta Indonesia, Karissa Sjawaldy, mengatakan Facebook mempunyai mekanisme sendiri dalam memoderasi konten negatif, hoaks, atau misinformasi. Pertama, Facebook akan menghapus konten yang membahayakan atau yang berisi unsur kekarasan.
 
Kedua, mengurangi distribusi informasi di newsfeed. Misalnya, informasi yang salah dan keliru. Dan ketiga, memberikan tanda untuk konten yang sudah diverifikasi. Tips agar tak ikut menyebarkan hoaks
Dari sisi pengguna, Karissa membagikan tips agar tidak ikut menyebarkan berita hoaks atau misinformasi.  Cek kembali kebenaran informasi dari sumber yang terpercaya.  Cek judul berita yang bombastis dan tautan dari berita. Cek foto atau video yang sudah termanipulasi. Cek tanggal pemberitaan sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. 
Karissa kemudian menjelaskan pengguna Facebook dapat melaporkan suatu informasi sebagai hoaks. Laporan dari pengguna ini nantinya akan dicek ulang oleh pihak Facebook. 
 
Dia menjelaskan Whatsapp tidak bisa melakukan laporan ini. "Maka, pengguna diharapkan dapat menyaring secara mandiri," kata Karissa.
 
Baca: Sebar Video Hoaks Soal Letusan Gunung Merapi, Dosen Ini Dihujat Netizen
 
Executive Producer BuddyKu, Gambon Nugroho, mengatakan Buddyku hadir sebagai platform mendapatkan informasi berita untuk berkarya, berinovasi, dan menjadi produktif bersama. Sebagai media yang nemproduksi berita, Gambon menyebutkan BuddyKu menerapkan prinsip jurnalistik dasar yang di dalamnya ada proses verifikasi fakta. 
 
"Kita riset materi dari segala macam sumber kita dapatkan mau primer atau sekunder itu kita akan verifikasi," kata Gambon.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 

(UWA)

Sentimen: netral (86.5%)