Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: bandung, Semarang, Jabodetabek, Batang, Klaten, Purworejo, Yogyakarta, Sleman, Madura, Pekalongan, Tegal, Bantul
Tadarus Pakai Bahasa Isyarat, Yuk Tengok Ponpes Tunarungu Jamhariyah Sleman
Krjogja.com
Jenis Media: News

Suasana ponpes Jamhariah di Sleman (foto: Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Krjogja.com - SLEMAN - Mau tahu tadarus di Pondok Pesantren Tunarungu - Tuli Jamhariah di Sleman? Kita tengok yuk. Puluhan anak-anak tampak menggerakkan jari-jarinya di atas halaman kitab suci Al-Qur'an. Lembar demi lembar mereka lafalkan dengan cara khusus, sembari menanti waktu berbuka tiba.
Aktivitas ini biasa dilakukan oleh anak-anak disabilitas di Ponpes Jamhariyah, Dusun Grogolan, Umbulmartani, Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Ini cara paling efektif untuk membaca dan memaknai huruf demi huruf dari masing-masing ayat di sana. Walaupun hujan turun rintik sejak pagi, tak membuat santri-santri spesial tersebut patah semangat untuk belajar. Secara perlahan, hafalan Al-Qur'an mereka tuntaskan demi menambah pahala di bulan suci Ramadan.
Randi Pranarelza (32), menceritakan pengalamannya merintis pondok pesantren tersebut dengan misi membantu anak-anak disabilitas tunarungu dan tuli agar bisa setara dengan remaja kebanyakan.
“Kalau di sini memang khusus tunarungu – tuli, saya melihat bahwa tunarungu di Indonesia sepertinya masih kurang tersentuh terkait agama. Nah setelah kami buat ponpes ini dengan berbagai metodenya mereka bisa terbantu melalui komunikasi. Karena sebenarnya santri-santri khusus ini sama seperti kita, cerdasnya, kebutuhan lingkungan sosialnya termasuk juga membutuhkan asupan rohani,” kata Randi, seperti dikutip dari Merdeka.com, Sabtu (1/4/2023).
Selama Ramadan ini, Pondok Pesantren Jamhariyah turut meramaikannya dengan ragam kegiatan. Mulai dari sahur bersama, belajar ilmu-ilmu formal, pengajian bersama komunitas tunarungu luar pondok sampai berbuka dan salat tarawih berjemaah.
“Untuk di kegiatan di bulan Ramadan kami ada buka puasa dan sahur. Kalau sahur nanti jam 3 mereka bangun lalu amalan biasa, ngaji dan tahajud sampai subuh,” katanya.
Randi menyebut bahwa praktik komunikasi menjadi hal yang amat penting bagi santri-santrinya. “Nah dari komunitas tunarungu itu, kami sudah perlahan-lahan dikenalkan menggunakan bahasa isyarat yang baik,” katanya.
Sore itu menunjukkan pukul 17:40 WIB, secara tertib santri-santri di sana mulai merampungkan mengajinya dan menata meja-meja serta kibat suci Al-Qur'an di lemari yang tersedia.
Wajah sumringah tampak jelas, bahwasanya dalam hitungan menit adzan berkumandang. Artinya mereka boleh makan dan minum sebelum kembali lanjut salat dan membaca Al-Qur'an.
Usia pondok pesantren ini juga masih terbilang belia. Tahun 2019 menjadi titik awal didirikannya Ponpes Jamhariyah, dengan lokasi awal di selatan Yogyakarta, tepatnya Kabupaten Bantul. Satu tahun setengah berlalu, Randi bersama para pengurus lainnya memindahkan lokasinya ke utara Yogyakarta, di Kabupaten Sleman.
Jumlah santrinya kini telah mencapai 25 orang, dengan mayoritas berasal dari luar daerah seperti Purworejo, Klaten, Jawa Barat, Lampung sampai Pulau Madura dan Kalimantan.
“Kami memiliki sebanyak 25 orang santri. Ini asalnya macam-macam, tapi kebanyakan luar kota seperti Klaten, Purworejo, Batang, Pekalongan, Tegal, Semarang, Jabodetabek, Bandung, Madura sampai Lampung dan Kalimantan juga ada,” katanya lagi.
Sentimen: positif (98.8%)